Lima Cara Gereja Lokal Dapat Bertumbuh Secara Sehat
[Judul Asli: Lima Cara Untuk Menjangkau Dunia Dewasa Ini ]
Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh
secara sehat:
Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh
secara sehat:
- Gereja yang sehat harus bertumbuh secara jumlah dan secara
kedewasaan rohani.
- Gereja yang sehat harus mengalami pertumbuhan keluar (tidak
hanya ke dalam), yaitu dengan terlibat dalam pengutusan misi
dunia.
- Gereja yang sehat harus mendirikan gereja-gereja baru di daerah
sekitar yang tidak jauh dari tempat dimana gereja itu berada.
- Gereja yang sehat harus memberikan dorongan semangat dan contoh
teladan bagi gereja-gereja lain.
- Gereja yang sehat harus mengembangkan pengaruh sosialnya di
masyarakat di mana gereja itu berada.
1. Mendorong Adanya Pertumbuhan Baik Secara Jumlah Dan Secara Rohani
PEMBERITAAN INJIL. Adalah sangat penting bagi pendeta dan anak
buahnya untuk membuat rencana-rencana yang dapat memberikan dorongan
semangat khususnya di dalam bidang penginjilan untuk jemaat lokal.
Dan pekabaran Injil ini harus secara kultural dapat diterima.
Terlalu sering gereja-gereja lokal tidak mempunyai kepekaan terhadap
masyarakat di sekitar mereka sendiri dengan mengesampingkan
kelompok-kelompok masyarakat yang secara geografis berdekatan.
Tetapi orang-orang Kristen akan menunjukkan sikap kritis mereka,
bilamana melihat adanya seorang penginjil yang melangkah keluar
untuk melayani di luar lingkungan budayanya sendiri. Tuhan menemui
orang-orang di tempat mana mereka berada/tinggal. Dia makan dan
minum bersama-sama mereka dan menghadiri pesta jamuan makan yang
mereka adakan. Dia berada bersama orang-orang yang lapar, orang-
orang yang sakit, para bangsawan, orang-orang kaya, seseorang yang
sudah lima kali mengalami kawin cerai. Pendeta dengan rekan-rekan
seimannya harus dapat menemukan alat atau sarana yang melaluinya
Injil dapat disampaikan dan didengar dengan sebaik-baiknya.
PEMURIDAN. Gereja harus terlibat di dalam tugas pemberitaan Injil.
Tetapi, jika hanya membuat keputusan-keputusan saja, dan tidak
mengadakan langkah pemuridan, maka ini merupakan kesalahan yang
tragis. Yesus memerintahkan kepada murid-murid-Nya untuk memandang
sekelilingnya, pergi dan menjadikan murid, membaptiskan dan mengajar
(Matius 28:19-20). Proses untuk menempatkan domba-domba baru masuk
ke dalam kawanan domba harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sebuah
gereja lokal harus mengembangkan suatu proses pemikiran mengenai hal
pemuridan untuk menolong mengarahkan dan menangani hasil-hasil dari
pekabaran Injil dan memantapkan orang-orang yang baru percaya
tersebut ke dalam persekutuan. Berikut ini beberapa saran tentang
langkah-langkah di dalam pekabaran Injil/proses pemuridan
sebagaimana sudah dikembangkan oleh dua belas anggota dari team
pastoral (pelayanan penggembalaan) di sebuah gereja yang pernah
digemabalakan oleh si penulis artikel ini:
Langkah 1: Setiap pengunjung yang hadir di dalam semua kegiatan
kebaktian, pagelaran musik rohani dan acara-acara kebaktian
khusus lainnya diminta untuk mengisi kartu-kartu isian yang
sudah disediakan.
Langkah 2: Selama minggu berikutnya satu team pemberita Injil
mengunjungi rumah-rumah para pengunjung yang hadir (berdasarkan
kartu-kartu yang sudah diisi) dan menyampaikan berita Injil.
Langkah 3: Jika pengunjung yang dikunjungi itu menunjukkan sikap
tertarik terhadap Injil, maka dia didorong untuk bersedia datang
lagi di dalam kebaktian gereja. Dia juga diundang untuk
menghadiri kelas-kelas pemahaman Alkitab -- yang terdiri dari
beberapa kelompok kecil, yang disediakan selama lima minggu
secara berurutan, yang khusus membahas mengenai pokok-pokok dasar
Alkitab dan Injil, sehingga dalam suasana seperti itu anggota-
anggota yang hadir di dalam kelas pemahaman Alkitab mendapat
kesempatan untuk menerima Kristus.
Langkah 4: Proses pemuridan berjalan terus, sementara setiap
pribadi diundang untuk menghadiri kelas-kelas dewasa pada hari
Minggu sesuai dengan pilihan masing-masing. Kelas-kelas ini
mengajarkan hal-hal seperti bagaimana hidup di tengah-tengah
masyarakat sebagai orang yang beriman, bagaimana melakukan
tindakan-tindakan sosial, kegiatan cell-group, team-team doa,
dan lain sebagainya, dimana para pendatang baru dapat
mengembangkan rasa ikut memiliki dari bagian persekutuan dan
mengembangkan hubungan antara satu dengan yang lain.
Langkah 5: Keanggotaan Gereja disampaikan setiap kali pribadi-
pribadi menjadi orang percaya. Penulis yakin apabila hal
keanggotaan gereja terlalu ditekankan, dapat juga terjadi bahwa
hal keanggotaan gereja ini tidak mendapatkan perhatian sama
sekali. Keanggotaan gereja dan baptisan adalah penting bagi
komitmen kepada gereja lokal.
Langkah 6. Proses penginjilan dan pemuridan terselesaikan bilamana
orang percaya baru sudah dimantapkan di dalam kegiatan-kegiatan
kebaktian umum secara reguler; dan di dalam kelas-kelas Sekolah
Minggu dewasa untuk bersekutu, saling memberikan perhatian,
dan belajar bersama, disamping saling menasehati dan mendoakan.
Juga dimantapkan di dalam kegiatan kelompok-kelompok kecil di
rumah-rumah yang terdiri dari empat sampai delapan orang anggota
(cell-group). Kelompok-kelompok kecil ini sangat perlu untuk
mengembangkan adanya komitmen yang dalam, baik untuk perkembangan
spirituil masing-masing pribadi, ataupun di dalam hal untuk
saling merawat dan memelihara kehidupan rohani dalam kebersamaan.
Pekerja gereja, di mana penulis pernah menjadi gembalanya, menemukan
juga bahwa pada dasarnya Tuhan sudah menetapkan bagi kehidupan
gereja tiga tingkatan kontak yang dapat memenuhi kebutuhan spirituil
masing-masing anggota dan juga menolong mengembangkan persekutuan
dan pemuridan yang sungguh sangat diperlukan bagi suatu pertumbuhan
gereja yang sehat.
Tingkatan pertama: Kontak-kontak yang terjadi selama kegiatan
kebaktian Minggu pagi. Kontak-kontak ini menolong orang-orang
percaya untuk memelihara hubungan mereka dengan Kristus. Suatu
kebaktian yang besar, yang terdiri dari jumlah anggota yang
banyak, dimana di dalam kebaktian seperti itu diusahakan agar
setiap anggota jemaat mengalami kontak langsung secara pribadi
dengan Allah sendiri dan semua aspek dari kebaktian sehingga
penyembahan berjalan terus dan bekerja di dalam pribadi setiap
anggota jemaat sampai pada akhir kebaktian.
Tingkatan kedua: Kontak terjadi selama diselenggarakannya kelas-
kelas Sekolah Minggu untuk orang-orang dewasa. Jumlah yang hadir
di kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa bervariasi di setiap kelas
yang ada, mulai dari 25 sampai dengan 175 dan sengaja diadakan
dengan cara membagi kelompok-kelompok yang jumlah anggotanya
besar, menjadi beberapa kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Kelompok-kelompok kecil ini bersatu dan bersehati untuk berakar
dan bersekutu, bersaksi bersama pada tiap akhir minggu,
mengunjungi orang-orang sakit, mengadakan perwujudan kasih bagi
mereka-mereka yang diperhadapkan pada suatu kebutuhan, melakukan
kegiatan retreat, kebaktian bersama akhir tahun dan berbagai
langkah kegiatan lainnya di mana melalui kesemuanya itu suasana
rasa memiliki satu dengan yang lain, saling memperhatikan, saling
bertanggung jawab dapat dikembangkan dan dimantapkan.
Tingkatan ketiga: Kontak yang dipusatkan pada kelompok kecil.
Kelompok-kelompok kecil ini memberikan kesempatan kepada orang-
orang percaya untuk mengenal satu dengan yang lain secara dekat
dan saling mengasihi. Di sini mereka dapat mengakui dan
membereskan dosa-dosa mereka, mendapatkan dukungan rohani dan doa-
doa di dalam mencapai sasaran-sasaran masing-masing secara
pribadi, dan melayani Allah sebagai bagian dari satu team.
2. Menekankan Hal Penginjilan Sedunia
Sebagai tambahan atas pertumbuhan baik secara jumlah maupun rohani,
satu jemaat harus bertumbuh juga di dalam keterlibatannya untuk
penginjilan dunia. Gereja yang sehat harus mempunyai visi untuk
menjangkau dunia dan membuat rencana untuk menerangi dan menggarami
dunia. Pendeta berkewajiban untuk memberikan tantangan sehubungan
dengan hal ini kepada anggota-anggota jemaat, tantangan untuk
memberikan perhatian dan ikut mengambil bagian dalam Amanat Agung.
Mengarahkan fokus di bidang misi (pengutusan) bukannya sekedar
pilihan tetapi merupakan suatu perintah atau amanat yang harus
ditaati. Hal ini memerlukan adanya pemeliharaan secara terus-menerus
agar visi yang terarah itu tidak pudar ataupun menyimpang; dan
pendeta harus memberikan teladan serta membuka jalan dengan
melangkah pergi, melayani, dan mendoakan. Dia sebagai pendeta perlu
mengembangkan adanya roh kesediaan untuk memberi di dalam gereja
sehingga dengan demikian anggota-anggota jemaat akan bersedia
untuk ikut mengambil bagian, baik dengan uang mereka untuk mengambil
bagian dalam kebutuhan dunia.
3. Mendirikan Gereja-Gereja Baru
Prioritas ketiga dari suatu gereja yang sehat adalah mendirikan
gereja-gereja baru. Jika orang-orang Kristen yang sehat berlipat
ganda dengan sendirinya, maka demikian juga dengan jemaat yang
sehat. Gereja dimana penulis pernah menjadi gembalanya sudah
mendirikan beberapa gereja-gereja muda dengan cara yang pada
mulanya agak serampangan, tetapi gereja tersebut akhirnya mengalami
keberhasilan dan mengusahakan yang terbaik. Pertama, diadakan
penelitian terhadap suatu daerah tertentu, untuk mengetahui apakah
sebenarnya kebutuhan yang mendesak dan potensial dari daerah
tersebut. Dipilih satu letak yang strategis, dan usaha penginjilan
pribadipun dilakukan. Daftarkan orang-orang di sekitar tempat
tersebut yang merasa tertarik dan bersimpati. Anggota-anggota
jemaatpun juga mengadakan penelitian, untuk mencari tahu siapakah
anggota-anggota jemaat yang merasa terbeban untuk menolong
mendirikan serta memperkuat gereja baru ini. Pada kelas Sekolah
Minggu baru yang diadakan berikutnya di gereja "induk", ajaklah
orang-orang yang berasal dari tempat baru, yang tertarik untuk
bergabung dalam gereja baru dan juga anggota-anggota gereja induk
itu sendiri yang menyatakan kesediaan, untuk mengambil bagian
untuk memperkuat gereja yang baru dimulai ini.
Sebagaimana halnya bayi manusia, kelompok ini untuk selama sembilan
bulan berada di dalam rahim "gereja induk" di mana mereka saling
berdesakan dan merasa nyaman serta saling akrab satu dengan yang
lain. Kelas baru ini diberi nama "Gereja Kecil di Lantai Tiga", dan
pengajar-pengajarnya adalah anggota team penggembalaan dari gereja
"induk" yang sudah dipilih untuk mendampingi, membimbing "gereja
yang masih baru" tersebut dan menjadi pendeta (gembala) pertama yang
penuh waktu. Sesudah mengadakan pertemuan selama sembilan bulan dan
meulai membentuk kelompok-kelompok kecil di antara mereka, maka
gereja baru tersebut diluncurkan melalui kebaktian pelepasan yang
meriah dan doa-doa bersama. Dewasa ini, sesudah tiga tahun, gereja
tersebut memiliki jumlah anggota sebanyak dua ratus. Dan gereja
tersebut belum lama ini juga mengangkat pendeta-pendeta pembantu.
4. Membantu, Memberikan Dorongan Semangat Kepada Gereja-Gereja Yang
Ada
Prioritas keempat untuk suatu gereja yang sehat adalah membantu,
memberikan dorongan semangat kepada gereja-gereja yang lain. Pendeta
gereja setempat harus terbuka, bersedia untuk mendoakan dan
mengusahakan yang terbaik untuk membantu pertumbuhan gereja-gereja
di sekitar daerah di mana gereja yang digembalakannya berada.
Penulis ini sudah sepuluh tahun lamanya menjadi anggota kelompok
pendeta-pendeta di daerah lokal di mana dia menggembalakan. Setiap
pendeta yang menjadi anggota dari kelompok pendeta-pendeta gereja
lokal di daerah tersebut, bersatu hati untuk menjaga dan memelihara
keberadaan dan kebaikkan gereja-gereja satu dengan yang lain dan
dengan secara jujur, tulus dan murni mengusahakan pertumbuhan dari
gereja-gereja di sekitar daerah tersebut. Seringkali penulis
mengadakan waktu dalam satu team, untuk melayani gereja-gereja lokal
yang lain ataupun mengundang satu kelompok atau team dari gereja
yang lain untuk datang dan saling bersekutu satu dengan yang lain.
5. Mengembangkan Perhatian Sosial
Prioritas kelima untuk suatu gereja lokal yang sehat adalah adanya
kesadaran sosial. Di sekitar gereja, senantiasa dijumpai banyak
orang yang miskin, sakit secara mental, sakit secara tubuh di rumah-
rumah perawatan tertentu, mereka yang berada di dalam penjara dan
rumah-rumah sakit, dan mereka yang menderita karena masalah-masalah
keluarga. Gereja-gereja harus melatih anggota-angota jemaatnya untuk
menjadi kelompok-kelompok dengan tugas pelayanan khusus secara lokal
dan mengarahkan perhatian gereja untuk mengatasi berbagai
permasalahan sosial yang timbul di daerah di mana gereja berada.
Sumber:
Judul Buku : Filsafat Pelayanan Berdasarkan Alkitab
Judul Artikel: Lima Cara Untuk Menjangkau Dunia Dewasa Ini
Pengarang : Raymond C. Ortlund
Penerbit : Yakin, Surabaya
Halaman : 65 - 69
e-JEMMi 04/2002