Wawasan Kepemimpinan dari Rasul Paulus

Paulus menuliskan surat-suratnya kepada kelompok-kelompok kecil orang yang dikenalnya secara pribadi, yaitu Timotius, Titus, dan Filemon. Paulus juga menulis surat-surat kepada kelompok-kelompok besar pembaca, seperti jemaat di Roma, Korintus, dan Galatia. Surat-surat ini memberikan wawasan tentang mengapa pemimpin itu ada. Dia juga menambahkan wawasan tentang pengetahuan, keahlian, dan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan pemimpin-pemimpin saat ini.

Dalam setiap surat, Paulus mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hidup ini, seperti dosa (Roma 3:9), iman (Roma 3:22), pernikahan (Roma 7:2; 1 Korintus 7), kesatuan (1 Korintus 1:10), karunia-karunia rohani (1 Korintus 12), dan kemerdekaan (Galatia 5:17). Dengan mempelajari surat-surat Paulus kepada Roma, Korintus, Galatia, Tesalonika dan Filemon, kita akan melihat satu rangkaian karakteristik yang dipandang Paulus penting dalam pertumbuhan para pemimpin Kristen.

Ciri-ciri kepemimpinan yang efektif tidak kalah ragam dan jumlahnya dengan pikiran dan hati manusia sendiri. Tidak akan ada daftar yang paling lengkap, dan tidak ada suatu daftar yang paling cocok untuk Anda. Kelima karakteristik berikut ini juga tidak lengkap, namun kelima hal ini bisa menyampaikan kekuatan dan janji yang ditawarkan oleh Paulus: rasa belas kasihan, kesadaran diri, kebenaran oleh iman, komitmen, dan komunitas.

Belas Kasihan melalui Kesatuan Rohani

Orang-orang Kristen Yahudi di dekat Yerusalem berada di tepi jurang kelaparan. Paulus menyebut mereka sebagai "orang-orang saleh yang miskin di Yerusalem" (Roma 15:26, versi KSI). Paulus mengumpulkan persembahan untuk orang miskin, dan ia mendesak pertanggungjawaban orang Kristen untuk membantu mereka yang membutuhkan. Dia mencari kesempatan bagi orang-orang Kristen non-Yahudi untuk menjangkau dengan belas kasihan serta untuk menunjukkan kesatuan rohani.

Paulus tidak menggerakkan kegiatan amal massal melalui surat, tetapi dia menekankan secara langsung adanya kebutuhan dana (Roma 15:25-26; 1 Korintus 16:1; 2 Korintus 8:1-9:15). Dalam 2 Korintus 9:6, dia memperluas seruannya ini sedikit lebih jauh dengan menggambarkan upah-upah dari memberi -- "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." Paulus menunjukkan bahwa kemurahan hati membawa keuntungan bagi pemberi karena persembahan bisa berfungsi sebagai penyembahan kepada Tuhan dan bisa menginspirasi iman orang lain.

Dalam kepemimpinan yang berbelaskasihan, Anda bertindak untuk kepentingan para pengikut, rekan, serta organisasi Anda. Para pekerja bersedia bekerja semaksimal mungkin untuk pemimpin seperti ini. "Kesetiaan serta ketaatan kepada tugas bertumbuh dari kepercayaan dan pengetahuan akan perlindungan yang datang dari hubungan kerja." (Winston, 2002).

Para pekerja pun dapat merasakan dukungan untuk mereka. Sebagai balasannya, mereka terdorong untuk memberikan dukungan penuh mereka. Pemimpin seperti ini memampukan bawahan-bawahannya untuk memberikan yang terbaik melalui teladan mereka.

Kesadaran Diri

Kepercayaan diri dan kesadaran diri akan menguatkan pemimpin Kristen. "Pertama-tama pemimpin perlu menciptakan kedamaian dalam kehidupannya sebelum dia berhasil menciptakan kedamaian dalam organisasinya. Seorang pemimpin yang memunyai konflik dengan dirinya sendiri dapat diibaratkan seperti rumah tangga yang terpecah-pecah." (Winston, 2002, p. 82). Para pemimpin perlu bersedia mempelajari nilai-nilai yang mereka anut dengan cermat serta cara mereka yang bisa menggerakkan organisasi mereka menuju visi yang kukuh.

Para pemimpin yang efektif memimpin dengan sebuah tujuan, bukannya "berlari seperti orang yang tanpa tujuan" (1 Korintus 9:26-27). Menurut pandangan Alkitab, hal ini mengatakan bahwa kita hidup untuk tujuan-Nya, bukan tujuan kita. Sebagai orang-orang Kristen, kita tahu bahwa kebutuhan kita akan Kristus akan membawa kita melampaui kegagalan-kegagalan kita sehingga kita dapat bertumbuh semakin efektif. Saat kita bertumbuh dalam Kristus, kita akan menyadari kegagalan dan kekurangan kita sebagai manusia.

Dalam Roma 14:1-2, Paulus mengingatkan kita bahwa orang-orang Kristen tidak perlu saling setuju dalam segala hal berkenaan dengan kehidupan Kristen. Paulus melanjutkannya dengan menjelaskan perbedaan antara orang Kristen yang kuat dan lemah. Dalam usahanya untuk menjelaskan peranan kebhinekaan dalam keseluruhan rencana Allah tentang penebusan, Paulus memberikan contoh bahwa pemahaman Injil yang benar membuat orang Kristen yang kuat mengerti bahwa pola makanan tidak memengaruhi kehidupan rohaninya. (Roma 14:2; Kolose 2:16).

Kebenaran oleh Iman

Paulus menggunakan kata kerja Ibrani "dibenarkan" sebanyak 27 kali, sebagian besar terdapat dalam kitab Roma dan Galatia. Istilah ini menggambarkan apa yang terjadi ketika seseorang percaya kepada Kristus sebagai Juru Selamatnya. Paulus menekankan dua ide yang berbeda. Pertama, tidak ada orang yang hidup menjalani kehidupan yang sempurna, "Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24)

Yang kedua, walaupun kita semua adalah orang berdosa, Allah akan menyatakan tidak bersalah kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus. Pemikiran pokok dalam konsep pembenaran adalah bahwa walaupun kita layak dinyatakan bersalah (Roma 3:9-19), Allah menyatakan kita benar karena iman kita di dalam Kristus.

Dalam Galatia 2:16, Paulus menggunakan kata kerja "dibenarkan" sebanyak tiga kali. Sebanyak tiga kali ayat ini menyatakan bahwa tidak ada yang "dibenarkan" karena melakukan hukum; tiga kali pula ayat ini menekankan persyaratan mutlak tentang dasar iman kita kepada Kristus.

Komitmen untuk Bertumbuh

Pemimpin-pemimpin Kristen percaya bahwa manusia memunyai nilai harkat yang melebihi kontribusi nyata mereka sebagai pekerja. Oleh sebab itu, para pemimpin Kristen peduli dengan pertumbuhan pribadi, pekerjaan, serta kerohanian setiap dan semua individu dalam organisasi masing-masing.

Setiap orang Kristen wajib menjadi yang terbaik bagi Allah. Jika kepemimpinan dapat dikembangkan, kita perlu mencari cara untuk mengembangkannya. Dengan melakukannya, kita menyiapkan diri kita untuk pelayanan yang lebih besar yang mungkin ada di sekitar kita. Roma 12:1 (versi Ende) memberikan perintah kepada para pemimpin: "persembahkanlah tubuhmu sebagai kurban hidup, suci dan berkenan pada Allah. Itulah ibadat rohani yang sesuai dengan budimu." Kata kerja "persembahkanlah" di sini diikuti dengan 36 kata kerja yang menerangkan secara rinci apa yang terjadi jika kita menaatinya.

Yang utama, doronglah diri Anda sendiri untuk memimpin, "jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. ...; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; ...." (Roma 12:8) Ayat ini merupakan panggilan untuk melangkah dalam kepemimpinan dengan sepenuh hati. Nasihatilah orang-orang yang lainnya dengan ajakan yang membangun untuk meraih pencapaian yang berfaedah.

Membangun Komunitas

1 Korintus 1:10-13 mengawali tema tentang kesatuan dalam pikiran dan tujuan. "Perpecahan dalam komunitas mengkhianati tujuan dari penyaliban Kristus; yaitu untuk menyatukan semua orang dalam satu tubuh, tubuh Kristus." (Matera, 2001, p.10). Para pemimpin perlu mencari jalan untuk membangun komunitas di antara orang-orang yang bekerja dalam sebuah institusi.

Maksud Paulus yang sesungguhnya adalah satu tubuh yang bekerja bersama-sama -- menekankan kesatuan. Akan tetapi, Paulus juga menggambarkan pelajaran-pelajaran yang dapat dipelajari dari sebuah komunitas. "Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? ... mata tidak dapat berkata kepada tangan: 'Aku tidak membutuhkan engkau'...." (1 Korintus 12:19-21) Bisakah kita bertahan hidup tanpa tangan? Ya, tetapi kita perlu menyesuaikan diri dengan tangan palsu kita atau menemukan cara lain untuk mengambil barang-barang. Walaupun tubuh kita tidak akan lengkap tanpa tangan, namun tubuh masih akan dapat bertahan. Namun sebaliknya, tangan terkuat pun tidak akan berguna tanpa tubuh. Tangan-tangan memerlukan sinyal-sinyal yang dikirim dari otak serta makanan yang diberikan oleh darah.

Intinya adalah tubuh bisa bertahan tanpa tangan, sedangkan tangan tanpa tubuh adalah sesuatu yang tidak terpikirkan. Gereja-gereja yang berbeda-beda seperti gereja Korintus menyadari perbedaan-perbedaan di dalam gerejanya. Inilah sebabnya surat-surat Paulus menekankan persoalan-persoalan tentang persatuan. Persoalan yang masih menjadi penyakit gereja-gereja saat ini. Solusinya adalah menghormati satu sama lain dan melaksanakan petunjuk Yesus Kristus, sang kepala. (t/Uly)

Daftar Pustaka:

  • Matera, Frank J. (2001). Strategies for Preaching Paul. Collegeville, MN. The Liturgical Press.

  • Winston, Bruce (2002). Be a Leader for God's Sake. Regent University, School of Leadership Studies. Virginia Beach, Virginia.

Diterjemahkan dan disunting seperlunya dari:

Kategori Bahan Indo Lead: 
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar