Pujian dan Penyembahan

BAGIAN E2
PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Oleh Gerald Rowlands

PENDAHULUAN DARI PENGARANG

Pokok bahasan Pujian dan Penyembahan adalah satu dari tema-tema yang paling penting di dalam seluruh Alkitab. Namun ini merupakan salah satu bagian yang paling diabaikan. Gagal dalam melakukan pujian dan penyembahan yang murni sama dengan kehilangan aspek yang vital dari panggilan tertinggi kita di dalam Kristus.

Tahun-tahun terakhir ini, Allah telah dan sedang memulihkan pelayanan ini pada umatNya. Tanda-tanda sehubungan dengan kebangunan rohani besar yang sedang melanda dunia adalah pemulihan dari pujian dan penyembahan di dalam Gereja, seperti yang dinubuatkan oleh nabi Yoel (Yl 2:21,23,26).

Pelajaran ini dipersembahkan pada pemimpin-pemimpin gereja di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin. Doa di dalam hatiku ialah agar kebenaran-kebenaran ini dapat menolong dan memberikan inspirasi dan motivasi bagi banyak pembaca saya untuk menjadi para pemuji dan penyembah Allah. Inilah apa yang dicari oleh Bapa : "Para penyembah, yang menyembah di dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:23).

Bab 1
Imamat Yang Baru

Pendahuluan

Di bawah Perjanjian Lama, Allah telah menetapkan suatu keimamatan untuk mewakili umatNya (bertindak sebagai penengah) di hadapanNya.

Pelayanan mereka mencakup sistem yang rumit dari upacara-upacara agama dan upacara-upacara lainnya. Upacara-upacara ini merupakan bayangan dari pernyataan rohani yang akan datang. Upacara-upacara itu merupakan bayangan dari hal-hal tersebut, tetapi bukan merupakan hal itu sendiri (Ibr 8:5; 10:1).

Pelayanan keimamatan dari Kristus menggenapi setiap macam pelayanan bayangan dari keimamatan yang ada di dalam Perjanjian Lama. Dia sudah menggenapi semua bayangan tersebut. Dia adalah penggenapan dari semua jenis pelayanan yang tertulis. Keimamatan orang Lewi telah diganti oleh keimamatan yang baru (Ibr 7:11-14). Dengan istilah-istilah perjanjian baru, setiap orang percaya adalah imam di hadapan Allah.

Kita tidak mengorbankan korban-korban binatang, seperti yang dilakukan oleh imam-imam dalam perjanjian lama. Kita disebut menjadi "imamat yang kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani, yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Ptr 2:5).

Salah satu persembahan rohani yang kita berikan adalah pujian. "Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya" (Ibr 13:15).

Kata Yunani untuk "mempersembahkan" adalah anaphero, yang berarti membawa, membangkitkan dan mempersembahkan. Kata yang sama ini dipakai dalam Keluaran 24:5 (di dalam versi Yunani Septuaginta) dimana mereka "mempersembahkan" "... korban bakaran, dan menyembelih lembu-lembu jantan sebagai korban keselamatan kepada Tuhan".

A. ASPEK-ASPEK IMAMAT DI DALAM PERJANJIAN LAMA

Kata imam ini dihubungkan dengan seseorang yang "mendekat pada" Allah. Anda akan mengamati hak istimewa dari imamat yang disebut dalam Keluaran 19:22, Ulangan 21:5 dan Yehezkiel 44:15. Kata imam sering kali menunjukkan putera-putera dari Harun, namun hal ini juga mempunyai aplikasi yang jauh lehih luas.

Istilah ini juga dipakai oleh Melkisedek (Kej 14:18), Yitro (Kel 3:1), dan imam-imam yang disebut dalam Keluaran 19:22-24 yang melakukan pelayanan keimamatan sebelum orang-orang Lewi dipilih sebagai suku imam.

1. Tiga Tanda dari Keimaman dalam Perjanjian Lama

Dalam Bilangan 16:5 kita melihat tiga hal yang merupakan tanda dari keimamatan di dalam Perjanjian Lama: "... Tuhan akan memberitahukan siapa kepunyaanNya, dan siapa yang kudus; dan Ia akan memperbolehkan orang itu mendekat kepadaNya: yaitu orang yang akan dipilihNya ..."

  1. Dipisahkan Untuk Yehovah "... siapa kepunyaanNya".
  2. Kudus "... dan siapa yang kudus ..."
  3. Ditentukan Untuk Mendekati Allah "... dan Dia memperbolehkan orang itu mendekat padaNya".

2. Tiga Tanda yang Disebutkan

a. Kedudukan. Yang pertama disebutkan adalah kedudukan seorang imam: ia disucikan; dipisahkan dari dunia untuk Allah.

b. Keadaan. Yang disebut kedua ini adalah keadaannya: ia adalah kudus - ditahbiskan untuk Tuhan. Setiap bejana yang dipersembahkan kepada Allah menjadi suci di hadapan Allah (Im 27:28).

c. Pelayanan dan Tugas dari Imam-imam dan Masyarakat. Yang disebut ketiga adalah pelayanan dan tugasnya: untuk mendekati Allah. Ini menunjukkan setiap tugas yang harus dilakukan para imam. Sejak ke imamatan itu berdiri di tempat umat apabila dia berhadapan dengan Allah, maka fungsinya juga mewakili bagian-bagian yang penting yang merupakan dasar dari seluruh masyarakat. Mereka harus menjadi:

  1. Seorang Yang Dipanggil, Dan Dipisahkan.
  2. Bangsa Yang Kudus, Orang-orang Yang Kudus (Yang Berharga).
  3. Imamat Yang Berkerajaan Yang Diperuntukkan Bagi Allah (Kel 19:4-6).

3. Peranan Umat Perjanjian Baru

Perjanjian Baru juga menjelaskan peranan yang Allah inginkan untuk umat Perjanjian BaruNya.

a. Kita Adalah Ekklesia - suatu kelompok yang dipanggil keluar: dipanggil keluar dari "dosa Mesir" dan dari kerajaan Setan; dan dipisahkan bagi Kerajaan Allah dan PutraNya yang kekasih (Kol 1:13).

b. Kita Harus Menjadi Bangsa Yang Suci. Kesucian adalah penting untuk hubungan dan persekutuan dengan Allah. "Tanpa kekudusan, tidak seorangpun akan melihat Tuhan" (Ibr 12:14).

c. Untuk Mendekat Pada Allah dan untuk mempersembahkan korban-korban rohani: "... suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani, yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Ptr 2:5); "... marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur (pujian) kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang ..." (Ibr 13:15).

B. ASPEK-ASPEK SELANJUTNYA DARI KEIMAMATAN PERJANJIAN LAMA

1. Keadaan Sebagai Seorang Anak

Allah memilih anak-anak dari Harun untuk menjadi imam-imam (Kel 6:16-20; Bil 3:6-10). Harun adalah iman besar yang pertama.

2. Penetapan (Ditentukan)

Putera-putera Harun telah ditentukan oleh Musa untuk menduduki tempat keimamatan. Kita juga ditentukan untuk menjadi imam-imam bagi Allah, oleh Yesus Kristus (Why 5:10).

3. Keutuhan

"Tak seorang pun yang mempunyai cacat tubuh ... datang untuk mempersembahkan korban bagi Tuhan ..." (Im 21:17-21).

4. Pembasuhan (Pembersihan)

Para imam diharuskan mencuci tangan dan kaki mereka sebelum memasuki tempat yang Kudus (Kel 30:17-21; 40:30-32).

5. Pakaian

Lihat Keluaran 28:40-43. Apabila para imam akan melayani di tempat kudus, mereka diharuskan memakai pakaian-pakaian imam mereka.

"Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus dan ia harus menutupi auratnya dengan celana dan ia harus memakai ikat pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan (ikat kepala): itulah pakaian kudus ..." (Im 16:4). Pakaian itu terdiri dari empat bagian:

a. Jubah. Jubah ini, ditenun merupakan satu potongan, tanpa ada jahitan.

b. Celana. Celana linen.

c. Ikat Pinggang. Ikat pinggang yang berwarna-warni, dengan empat warna yang sama seperti yang terdapat pada tirai, yang tergantung di depan ruangan suci.

d. Topi. Sebuah ikat kepala dari linen (topi).

Kita juga mempunyai pakaian rohani untuk pelayanan keimamatan kita. "Imam-imamnya akan Kukenakan pakaian keselamatan ..." (Mzm 132:16).

Yesus berkata kepada kita: "Maka Aku menasehatkan engkau, supaya engkau membeli dari padaKu ... pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan ..." (Why 3:18).

6. Pengurapan

Calon imam harus dibawa pada pintu Kemah Allah.

a. Dibasuh. Tubuhnya dibasuh dengan air. "Karena itu marilah kita menghadap ... dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibr 10:22).

b. Diberi Pakaian. Ia diberi pakaian keimamatan. "... tetapi kamu harus tinggal ... sampai kamu diperlengkapi/dipakaikan [Yunani = enduo] dengan kekuasaan dari tempat tinggi" (Luk 24:49).

c. Diurapi. Ia diurapi dengan minyak yang kudus (lambang dari Roh Kodus) (Kel 30:30).

"... Allah telah mengurapi, memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan ..." (2 Kor 1:21,22 niv).

7. Pelayanan Keimamatan (1 Ptr 2:9) (Di dalam Kemah Allah - bagi Allah)

a. Di Halaman. Untuk menjaga api tetap menyala di mezbah korban bakaran (Im 6:9,13).

Untuk membersihkan abu-abu dari mezbah (Im 6:10,11).

Untuk mempersembahkan korban pagi dan petang (Kel 29:38-44).

Untuk memberkati umat, setelah mempersembahkan korban hari itu (Im 9:22; Bil 6:23-27).

Untuk mempersembahkan korban-korban diatas mezbah.

Untuk meniup nafiri-nafiri dari perak, atau tanduk-tanduk yobel.

b. Di Dalam Ruang Suci. Untuk membakar dupa diatas mezbah emas pagi dan petang.

Untuk membersihkan dan menyalakan lampu-lampu setiap malam.

Untuk menempatkan roti sajian di atas meja roti sajian setiap hari Sabat.

Ini hanyalah ringkasan pendek mengenai tugas-tugas seorang imam, tetapi ini merupakan suatu bimbingan bagi kita juga tentang tugas-tugas kita sebagai "Imamat Rajani" bagi Allah kita.

C. UMAT DARI PERJANJIAN BARU ADALAH JUGA ......

1. Anak-anak Allah

Kita adalah keluarga Allah (Ef 3:15), dan merupakan keturunan Imam Besar kita - Yesus Kristus (Ibr 2:11, 13). Hanyalah mereka yang benar-benar merupakan keturunan dari anak-anak Allah mempunyai jalan masuk untuk menjadi imamat rajani. Dan hanyalah melalui kelahiran baru maka roh manusia itu dapat "dihidupkan" bagi Allah. Sebelum hal ini terjadi, kita sama sekali tidak mampu memberikan korban penyembahan rohani "yang dicari oleh Bapa" (Yoh 4:23,24). Penyembahan rohani adalah penyembahan dari Roh Allah melalui roh kita yang ditebus dan telah dibaharui.

2. Imam-imam yang Telah Ditentukan Bagi Allah

"... Akulah yang memilih kamu, dan telah menetapkan kamu ..." (Yoh 15:16). Sebagai anak Allah, kita adalah "... imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah" (1 Ptr 2:9). Kristus telah membuat kita "Imam-imam yang berKerajaan untuk melayani Allah kita" (Why 5:10 niv).

3. Keutuhan

Kita sempurna [Yunani = pleeroo berarti sempurna atau utuh] di dalam Kristus (Kol 2:10) - sehingga kita memenuhi syarat untuk menyembah.

Keadaan tubuh yang tidak sempurna dan cacat yang disebut dalam Imamat 21:17-21 adalah lambang bagi kita. Aplikasinya pada penyembah-penyembah pada saat ini adalah bagaimana cara kita menyembah Tuhan dengan benar.

Cacat-cacat tubuh yang disebut itu, merupakan kerohanian yang tidak sempurna dari kita, yang dapat menghalang-halangi penyembahan kita. Allah menginginkan pujian itu keluar dari umat yang SEMPURNA (UTUH).

Kehidupan Kekristenan kita haruslah konsisten/sama dengan yang kita ucapkan di dalam penyembahan kita pada Allah. Kita tak dapat memuji Allah dan dengan mulut yang sama itu, mengutuk manusia. Hal ini tak boleh terjadi (Yak 3:9-11).

4. Dibasuh

a. Contoh Dalam Perjanjian Lama. Sebelum mereka pergi ke Bethel, untuk membangun sebuah mezbah bagi Tuhan sehingga mereka dapat menyembahNya, Yakub memerintahkan pada seisi rumahnya: "... Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada ditengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu" (Kej 35:2).

Musa juga meminta dengan sangat agar Israel menyucikan dirinya dan mencuci pakaiannya (Kel 19:10) dalam persiapan untuk hari yang ketiga dimana Tuhan akan menyatakan diriNya.

Allah menyuruh para imam untuk mencuci tangan dan kaki mereka di kolam pembasuhan sebelum memasuki Kemah untuk melayani (Kel 30:18-21; 40:12-16).

Kita juga "dibasuh" (1 Kor 6:11) "... dengan air dan firman" (Ef 5:26), "... oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus" (Tit 3:5).

Nadab dan Abihu mati di depan Allah karena gagal memenuhi persyaratan yang telah Allah tetapkan bagi para imam yang akan melayani Dia (Im 10:1-3). Allah mengatakan, "Kepada orang yang karib kepadaKu, Kunyatakan kekudusanKu, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaanKu".

Kita perlu memperhatikan peringatan ini. Bukanlah hal yang remeh untuk datang di hadapan Tuhan. Bagi seorang imam, untuk melakukan tugas di bawah Taurat adalah benar-benar suatu hak yang sangat istimewa.

Saat ini pun keadaannya sama seperti itu. Pada kenyataannya, saat ini hak istimewa itu lebih lagi kita dapatkan. Perjanjian yang kita miliki saat ini lebih indah dan lebih banyak daripada yang didapatkan dalam Perjanjian Lama. Begitu penting untuk tidak mengabaikan persiapan kita untuk menyembah Dia.

Pelayanan keimamatan dari banyak gereja telah sirna karena, seperti Nadab dan Abihu, mereka tidak berhati-hati untuk memenuhi persyaratan yang Allah buat bagi para penyembahNya.

b. Akibat-akibatnya. Perhatikanlah lima akibat dari penyucian oleh DarahNya, Firman dan RohNya:

1) Hati Nurani Yang Murni (Ibr 10:22). Pendekatan kita pada Allah tidak lagi dihubungkan dengan pemercikkan diri kita sendiri dengan darah dari binatang. Pengorbanan Kristus telah menggenapi segala sesuatu yang dilambangkan hal itu. Sekarang dengan darah Kristuslah kita dipercik. Karena kita telah menerima kuasa dengan imam kita, maka hati kita "... telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibr 10:22). Hanya dengan cara ini kita dapat mendekat pada Allah, dalam jaminan yang penuh oleh iman.

2) Tangan-tangan Yang Bersih (Mzm 24:3,4). "Siapakah ... yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus? Orang yang bersih tangannya ..." (Mzm 24:3,4). "Mendekatlah pada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu ..." (Yak 4:8).

Di sini kita mendapatkan persyaratan yang sama antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, yaitu pembasuhan tangan sebelum melayani Tuhan. Ini berarti kita harus suci agar kita dapat melayani sesama kita. Kita harus menyerahkan tangan-tangan kita untuk bekerja dan menghindarkan pemakaian tangan kita untuk mencuri dan melakukan hal-hal yang jahat lainnya.

3) Hati Yang Murni (Mzm 24:3,4). "Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus? Orang yang ... murni hatinya ..." Hati yang murni menunjukkan motivasi yang benar. Mengapa kita memuji Tuhan? Apakah motivasi kita benar, ataukah kita mempunyai motivasi yang tersembunyi dan tidak baik?

"Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu ... dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!" (Yak 4:8). Di dalam ayat ini, orang yang mendua hati dihubungkan dengan orang yang tidak suci hatinya.

Seorang yang mendua hati yang pikirannya (hati, kasih) berada pada dua hal disaat yang sama tidak akan pernah dapat menjadi penyembah-penyembah yang sejati.

Tak seharusnya kita mencoba untuk menaikkan penyembahan kita jika pikiran kita tidak benar-benar ditujukan kepada Tuhan. Untuk mempersembahkan pujian padahal pikiran kita berada di tempat lain adalah suatu penghinaan yang besar bagi Pribadi dan Sifat Allah.

4) Rendah Hati dan Roh yang Merendah (Mzm 51:19). "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk, tidak akan Kau pandang hina, ya Allah".

"Hati yang remuk" oleh Daud bukan dimaksudkan pada hati yang berat atau sedih. Jiwa yang hancur dimaksudkan pada roh yang telah "takluk" karena berhadapan dengan Allah.

Anda tidak dapat mengendarai kuda sebelum dia "patah". Ketika telah takluk, seekor kuda telah menyerahkan dirinya pada kehendak dari penunggangnya. Kemudian kuda itu dapat dipimpin dan ditunggangi; penunggangnya tidak akan dilemparkan oleh kuda yang telah takluk.

Jiwa yang hancur menunjukkan pada roh yang telah belajar untuk disiplin, dan menyerahkan dirinya pada ketuhanan Kristus.

Sebuah hati yang patah dan remuk adalah hati yang penuh dengan pertobatan dan kerendahan hati. Ini menunjukkan keadaan hati Daud setelah hukuman yang berat dari Tuhan yang ditujukan padanya karena perzinahan dengan Batsyeba.

5) Takut Dan Gentar Akan Allah (Mzm 89:8). "Allah disegani dalam kalangan orang-orang kudus, dan sangat ditakuti melebihi semua yang ada disekelilingnya".

5. Diberi Pakaian

Kita tidak dipanggil untuk mengenakan pakaian jubah yang khusus, seperti imam-imam dalam Perjanjian Lama; tetapi secara rohani ada suatu situasi yang sangat nyata dimana kita harus "berpakaian".

a. Mengenakan Pakaian Keselamatan. Di dalam Mazmur 132:16, Allah berkata: "Imam-imamnya akan Kukenakan pakaian keselamatan ..." Pakaian dari para imam dengan jubah dari linen mempunyai lambang dari dua hal:

1) Menyembunyikan Daging (terjemahan bebas = Aurat): "Bahwa tak ada daging yang memuliakan kehadiranNya".

2) Bebas dari Kutukan dan Usaha Diri Sendiri. Allah lebih memilih linen dari pada bulu domba, karena linen tidak menyebabkan seseorang berkeringat, sedangkan bulu domba menyebabkan berkeringat - keringat mempunyai lambang dari kutukan dan usaha diri sendiri (Kej 3:19). Juga, linen dapat dibersihkan dengan sempurna. Sedangkan bulu domba tidak.

b. Berpakaian Kerendahan. Dalam 1 Petrus 5:5 kita semua dinasehati untuk "... rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab Allah menentang orang yang congkak ..." Kecongkakan yang fana tidak mempunyai tempat di hadirat Allah.

c. Mengenakan Pakaian Kebenaran. "... suatu kumpulan besar ... berdiri di hadapan tahta dan di hadapan anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka" (Why 7:9).

Di dalam Wahyu 19:8 kita diberi tahu bahwa linen yang halus (jubah putih) adalah kebenaran orang-orang kudus.

d. Mengenakan Pakaian Kuasa. Dalam Lukas 24:49, Yesus memerintahkan para murid menunggu di Yerusalem sampai mereka diberi (pakaian) dengan kuasa dari tempat yang maha tinggi. Seperti halnya para imam dalam Perjanjian Lama yang diurapi dengan minyak sebelum melakukan pelayanannya, maka kita pun harus mengenakan pakaian dengan kuasa dari Roh Kudus agar dapat melakukan tugas kita dengan baik dalam peranan kita sebagai seorang imam.

Yesus sendiri tidak memuji pelayananNya hingga Dia diberi pakaian pada saat Roh Kudus turun atasNya di sungai Yordan (Mat 3:16).

6. Para Pelayan Sebagai Imam-imam Perjanjian Baru yang Mempersembahkan Korban Pada Allah:

a. Mempersembahkan Diri Kita Sendiri (Rm 12:1 gnb). "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasehati kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah. Itu adalah ibadahmu yang sejati".

Mempersembahkan seluruh keberadaan kita pada Allah berarti seluruhnya menjadi milikNya sampai kekal. Kemudian kita dapat memuji Tuhan dengan semua yang ada pada kita (Mzm 103:1).

Kita mempunyai tiga bagian dalam diri kita - roh, jiwa dan tubuh. "Semoga [1] roh, [2] jiwa dan [3] tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat ..." (1 Tes 5:23).

Daud menyuruh kita untuk "Pujilah Tuhan ... hai segenap batinku" (Mzm 103:1).

1) Roh. "Dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku" (Luk 1:47).

2) Jiwa. "Pujilah Tuhan hai jiwaku ..." (Mzm 103:1).

3) Tubuh. "... biarlah segala makhluk (tubuh, daging) memuji namaNya yang kudus ..." (Mzm 145:21).

b. Korban Pujian (Ibr 3:15,16). Istilah "korban pujian" menunjukkan bahwa tidak selalu mudah atau menyenangkan untuk melakukan hal itu. Kita harus memuji Tuhan pada setiap saat tidak hanya pada saat waktu mudah untuk dilakukan. Korban pujian kita adalah "buah dari bibir kita" - pujian yang apabila dilakukan, menunjukkan sesuatu yang diucapkan hingga dapat didengar oleh orang lain.

c. Demonstrasi dari Pujian. "... supaya kamu memberitakan (menunjukkan) perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib" (1 Ptr 2:9).

d. Nyanyian Mazmur, Nanyian Pujian dan Nyanyian Rohani Kita. Salah satu cara untuk mempertahankan kehidupan agar tetap penuh dengan Roh adalah dengan menyanyi. Ada tiga macam nyanyian untuk melayani Tuhan, yaitu: Mazmur, nyanyian pujian dan nyanyian rohani. Nyanyian rohani adalah nyanyian-nyanyian spontan yang diberikan oleh Roh yang berbicara bagi kebutuhan kita dan pelayanan kepada Allah untuk dikasihi, disembah dan dipuja (Ef 5:19; Kol 3:16).

e. Kekayaan Kita. "Muliakanlah Tuhan dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya" (Ams 3:9,10 niv).

Di dalam Perjanjian Lama, Allah menuntut bahwa apabila imam-imam itu datang di hadapanNya, mereka tidak boleh datang dengan tangan kosong. Mereka harus membawa persembahan-persembahan (1 Taw 16:29; Kel 23:15; 34:20; Ul 16:16,17).

Kita tidak boleh datang di hadapanNya dengan tangan kosong. Kita harus datang dengan pujian, penyembahan, pemujaan dan ucapan syukur, menyatakan pujian kita dengan nyanyian, sukacita, dan dengan keberadaan kita.

Bab 2
Elemen-elemen Atau Bagian-bagian Yang Vital Dari Pujian

A. APAKAH PUJIAN ITU?

Andaikata kita dapat membelah atau menganalisa apakah pujian itu, apakah yang dapat kita temukan di tengah-tengahnya? Apakah intisari, bahan dan alamiah dari pujian itu? Dari apakah pujian yang benar itu dibuat? Apakah sebenarnya bagian-bagian yang vital ada di dalamnya? Marilah kita melihat pertama-tama pada kata-kata yang terdapat dalam Perjanjian Lama yang diterjemahkan sebagai "pujian", agar kita dapat menentukan sesuatu mengenai arti dan makna dari apa sebenarnya yang dimaksud dengan pujian itu.

1. Kata-kata dalam Perjanjian Lama yang Diterjemahkan Sebagai "Pujian"

a. Hallal. Inilah kata yang paling sering digunakan dalam Perjanjian Lama untuk pujian. Kata ini muncul sebanyak delapan puluh delapan kali. Arti yang terutama adalah "untuk menghasilkan suara yang jelas". Arti selanjutnya adalah "membanggakan, memperingati, meneriakkan, untuk kemuliaan di dalam ..."

Karena itu, pujian yang benar, harus mempunyai suara yang jelas dan terang. Tidak boleh ada keragu-raguan akan apa yang dimaksudkan dalam nyanyian itu. Kita harus dapat mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud dalam nyanyian itu. Didalamnya ada kata-kata perayaan, dan pemujaan/penyanjungan Tuhan.

b. Hilluwi. Hilluwi (yang diambil dari kata Hallal) adalah "perayaan ucapan syukur diakhir masa panen". Pujian semacam ini harus dilakukan dengan penuh sukacita.

Keadaan setelah panen di dalam dunia pertanian dapat menggambarkan inti dari kata-kata ini. Bulan-bulan yang panjang penuh kekuatiran, telah lampau. Hasil-hasil panen telah dikumpulkan dengan baik. Pekerjaan-pekerjaan berat telah diselesaikan, alat-alat yang digunakan telah diletakkan. Dan hasil-hasil tanah telah di tumpuk di dalam lumbung dengan aman. Saat itu adalah saat untuk merayakan keberhasilan dari suatu panen, saat untuk gembira dan berpesta.

Nyanyian dan tarian merupakan bagian yang dilakukan hari itu. Kegembiraan adalah suatu pernyataan dari rasa ucapan syukur terimah kasih dan pujian.

c. Tehillah. Tehillah adalah kata yang lain yang diambil dari kata hallal. Kali ini tekanannya adalah nyanyiannya, artinya kita menyanyikan hallal kita, perayaan kita! Kita perdengarkan nyanyian yang jelas untuk memuji Allah. Kita merayakan Dia di dalam nyanyian kita.

Nyanyian dan nyanyian rohani harus dengan jelas dan tanpa salah untuk memuji Allah. Kita harus bangga terhadap Dia, baik di dalam kata-kata dan di dalam irama musik.

d. Shabach. Ini berarti "berteriak dengan suara keras, teriakan penuh kemenangan, memuliakan Dia di dalam kemenangan!" Pujian tidak selalu harus ramai. Kita tidak selalu harus berteriak. Ada saat-saat kita berteriak penuh kemenangan apabila hal itu cocok dengan pujian kita pada Allah. Mazmur 47:2: "... elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai". Apabila saat itu dalam keadaan demikian, janganlah menyanyi dengan setengah hati; biarlah kita bersorak-sorai dengan segenap hati kita.

e. Zamar. Yang artinya adalah "untuk menjamah atau memainkan senar-senar". Di sini jelas yang dimaksudkan adalah memuji Tuhan dengan alat-alat musik. Juga mengandung arti "nyanyikan pujian dengan iringan alat-alat musik". Betapa indahnya memainkan bagi Tuhan segala macam alat musik, menggubah bagiNya lagu-lagu yang indah untuk memuji Allah.

f. Yadah. Artinya yang pertama adalah "menyatakan pengakuan dari ucapan syukur". Namun demikian, yadah juga menunjukkan sesuatu pemikiran tentang mengulurkan tangan-tangan. "Memberikan ucapan syukur dengan tangan yang terulur kepada Allah."

g. Towdah. Kata ini datang dari kata yang sama dari Yadah, karena itu mempunyai arti yang mirip; tetapi Towdah mempunyai arti yang lebih khusus: Artinya ialah "mengulurkan tangan dan pemujaan dan ucapan syukur".

h. Barak. "Sujud di dalam pemujaan". Di sini, sikap dari seluruh tubuh berbicara tentang pujian kita. Untuk bersujud di hadapan seseorang, adalah pernyataan kerendahan hati dan untuk menunjukkan betapa berharganya orang yang kita hadapai.

2. Isi dari Pujian

Marilah kita sejenak memikirkan beberapa isi yang dapat kita tangkap dari bentuk-bentuk pujian di bawah ini.

a. Dengan Mengekspresikan Tubuh. Sikap ini merupakan gerakan tubuh yang mendemonstrasikan persepsi spiritual pandangan rohani. Pujian dan penyembahan dimulai dari tanggapan hati kita pada pernyataan Allah dan kebesaranNya. Agar menjadi pujian yang benar, hal-hal di atas harus terlihat.

b. Dengan Suara yang Dapat Didengar. Yang mungkin dikecualikan adalah BARAK, yang merupakan sikap tubuh yang sujud dan penuh penyembahan; sikap menyembah yang sedemikian itu dapat dilakukan dengan diam. Namun, kita dapat juga bersujud DAN menyanyi atau bersorak kepada Allah.

c. Aktif Secara Fisik. Memuji menuntut keikut sertaan fisik. Tidak selalu diam atau tidak aktif. Karena pujian adalah sesuatu yang kita LAKUKAN!

d. Merupakan Pelepasan Dari Emosi Kita. Memuji Tuhan BUKANLAH suatu latihan emosional; memuji Tuhan adalah aktivitas rohani. Bagaimana pun, pasti ada pelampiasan emosional.

Sangat banyak orang Kristen takut mengekspresikan emosi mereka. Mereka selalu mencari cara untuk menindasnya, karena meyakini bahwa hal itu terlalu duniawi dan kedagingan. Istilah-istilah Alkitab tentang pujian memerlukan pelepasan emosional yang positif tetapi terkontrol.

Allah memberi kita emosi, dan emosi-emosi itu dimaksudkan untuk memuliakan Dia. Daud berkata bahwa kita harus "Memuji Tuhan dengan seluruh yang ada di dalam kita" (Mzm 103:1). Hal itu termasuk emosi-emosi kita. Emosi manusia harus diungkapkan.

Apabila kita tidak menyediakan pelepasan secara positif dan sehat, maka ada pelepasan yang negatif dan tidak sehat. Memuji Allah adalah cara yang paling sehat untuk melepaskan emosi-emosi anda. Hal itu adalah cara yang telah ditentukan Allah!

e. Penghargaan. Setiap ekspresi yang benar dari pujian harus penuh dengan penghargaan, berarti menghormati dan menghargai seseorang dengan betul.

Aktivitas memuji tidak boleh mempunyai perasaan yang tidak menghargai Allah. Memuji Allah bukan sekedar cara untuk menyenangkan diri kita sendiri.

Memuji bukan terutama untuk kesenangan hati seorang manusia, walaupun kita juga menikmati ketika melakukannya. Namun pujian itu harus dan selalu harus merupakan suatu pernyataan untuk menyenangkan dan menghargai Allah.

Untuk melepaskan emosi kita melalui pujian, hingga merupakan sesuatu yang alkitabiah dan sah, kita harus berhati-hati untuk jangan sampai terlalu berlebihan dan membuatnya sebagai sesuatu yang dipertontonkan secara kedagingan. Penghargaan yang benar harus selalu menjadi inti dari pujian kita.

B. MENGAPA KITA WAJIB MEMUJI TUHAN?

Mazmur 47:8 mengatakan "... bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran". Kami seharusnya mengetahui mengapa kami mempersembahkan pujian bagi Allah. Di bawah ini ada beberapa alasan secara alkitabiah mengapa kami seharusnya melakukan hal yang demikian:

1. Karena Siapa Dia

"Nanyikanlah bagi TUHAN ..." (Mzm 149:1). Dengan perkataan lain, pujilah Dia karena Dia adalah Tuhan. Dia mempunyai kekuasaan hingga saat yang terakhir. Kekuasaan yang tertinggi. Dia adalah Raja diatas segala raja dan Tuan diatas segala tuan.

Dia ada sebelum segala sesuatu dijadikan dan Dia adalah Pencipta dari segala sesuatu. Karena itu, Dialah yang terbesar dari segala sesuatu. "Besarlah Tuhan, dan sangatlah terpuji ..." (Mzm 48:2; 96:4).

2. Pujian itu Memuliakan Allah

"Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku ..." (Mzm 50:23). Sungguh inilah yang seharusnya yang menjadi kerinduan terbesar bagi seluruh umat Allah : untuk memuliakan Dia.

3. Karena Allah Memerintahkan Kepada Kita

"Pujilah Tuhan" bukanlah hanya suatu permintaan atau suatu sasaran saja. Itu adalah suatu perintah.

4. Untuk Segala KebaikanNya

"Pujilah Tuhan hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikanNya" (Mzm 103:2).

5. Untuk Kasih SetiaNya

"Biarlah mereka bersyukur kepada Tuhan karena kasih setiaNya" (Mzm 107:21).

6. Untuk Segala KeperkasaanNya

"Pujilah Dia karena segala keperkasaanNya" (Mzm 150:2).

7. Karena Hal Itu Baik

"Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan" (Mzm 92:2,3; 147:1).

8. Dia Layak Untuk Disembah

"Tuhan layak untuk dipuji" (2 Sam 22:4; Mzm 18:4).

9. Pujian Mengagungkan Allah (Mzm 69:31).

10. Memuji-muji Itu Layak (Pantas)

"Sebab memuji-muji itu layak bagi orang-orang jujur" (Mzm 33:1). Terjemahan bebas bahasa Inggris "memuji-muji itu indah". Kata kuno bahasa Inggris "indah" berarti layak, benar, tepat, cocok dan patut. Sayangnya, beberapa orang Kristen merasa bahwa memuji-muji Tuhan itu tidak layak/tidak patut. Untuk beberapa alasan, mereka merasa bahwa sikap sebagai orang-orang Kristen harus anggun.

Namun, Alkitab memberikan gambaran yang berbeda. Allah berkata bahwa sebuah jubah pujian adalah yang paling indah. Bersukacita dalam Tuhan dan memuji-muji Tuhan adalah patut dan cocok untuk anak Allah. Bagi saya lebih baik menyenangkan Allah daripada menyenangkan manusia!

11. Allah Berdiam (Bertahta) Di Dalam Pujian

"Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayan di atas puji-pujian orang Israel" (Mzm 22:4). Yang Maha Kudus dari Israel tinggal di dalam puji-pujian kita! Apabila hati kita dipenuhi dengan pujian, maka hati itu juga di penuhi dengan Allah, karena Dia berdiam dalam puji-pujian kita.

Hal ini juga berlaku untuk rumah atau gereja kita. Penuhilah rumah-rumah dan gereja-gereja itu dengan puji-pujian, dan tempat-tempat itu akan dipenuhi oleh hadirat Allah.

Kita dapat membuat diri kita sendiri diliputi oleh hadirat Allah dengan memelihara kebiasaan untuk memuji. Kemudian kita dapat lebih menyadari akan hadiratNya pada persoalan-persoalan kita, kesulitan-kesulitan dan keadaan-keadaan yang kurang menyenangkan hati kita.

12. Puji-pujian Melahirkan Kuasa

Dalam Mazmur 84:5-8 Daud mengatakan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumahMu: yang terus menerus memuji-muji Engkau ... berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau ... mereka berjalan makin lama makin kuat ..."

Orang yang memuji-muji Allah mempunyai Tuhan sebagai kekuatannya. Dia juga mendapatkan sukacita Tuhan melalui pujian, dan sukacita dari Tuhan itu adalah kekuatannya (Neh 8:11).

13. Mendapatkan Apa yang Diinginkan

"Bergembiralah karena Tuhan (bahasa Inggris: Jiwa yang memuji Tuhan akan bergembira di dalam Tuhan) dan Dia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu" (Mzm 37:4).

Betapa banyaknya orang yang berkata, "Kalau saja Allah memberikan apa yang diinginkan hatiku, aku mau memuji-muji Dia!" Namun aturan ilahi merupakan kebalikan dari hal tersebut.

Kita memuji-muji Dia, dan bergembiralah di dalam Dia, dan KEMUDIAN Dia akan memberikan kepada kita apa yang diinginkan hati kita. Allah akan meletakkan keinginan-keinginan yang suci di dalam hati yang penuh dengan pujian sehingga kita akan mendapatkan keinginan-keinginan yang benar. Keinginan-keinginan "orang yang suka memuji" Dia, berada dalam susunan yang benar, dan Allah akan dengan senang hati memberikan padanya keinginan-keinginan tersebut.

14. Pujian Itu Mendahului Kemenangan

Raja Yosafat memimpin umat Allah berperang melawan musuh mereka. Allah memerintahkan kepadanya untuk menentukan penyanyi-penyanyi bagi Allah (2 Taw 20)

Mereka berjalan di depan orang-orang bersenjata, memuji Allah dan berkata:

"Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi Tuhan, bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setiaNya. `Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat Tuhanlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah" (2 Taw 20:21:22).

Bayangkan sepasukan bala tentara yang dipimpin oleh sebuah paduan suara! Sungguh aneh untuk dipikirkan secara manusiawi untuk pergi berperang dengan cara seperti ini.

Tetapi "... senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk merutuhkan benteng-benteng" (2 Kor 10:4).

Saat kita menghadapi musuh, kita perlu untuk memperbaharui kekuatan kita dengan pujian dan maju berperang dengan pujian pada Allah di dalam mulut kita. Kemudian kita dapat mengharapkan untuk melihat keselamatan hadiratNya dan kuasaNya.

C. SIAPA YANG SEHARUSNYA MEMUJI-MUJI TUHAN?

  1. Semua Manusia Di Mana Saja (Mzm 145:21; 148:11-13)
  2. Segala Makhluk (Mzm 145:21)
  3. Semua Yang Bernafas (Mzm 150:6)
  4. Umat Allah (Mzm 79:13)
  5. Orang-orang Benar (Mzm 140:14)
  6. Orang-orang Kudus (Mzm 145:10)
  7. Orang-orang Yang Ditebus (Mzm 107:1, 2)
  8. Semua Yang Takut Akan Tuhan (Mzm 22:24)
  9. Semua Yang Percaya Dan Mengenal Ke-benaran (1 Tim 4:3)
  10. Hamba-hamba Allah (Mzm 113:1; 134:1; 135:1)
  11. Segala MalaikatNya (Mzm 148:2)
  12. Segenap Alam (Mzm 148:3-10)

D. BILAMANA KITA MEMUJI-MUJI ALLAH?

1. Dari Pagi Hingga Malam

"Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama Tuhan" (Mzm 113:3).

2. Sepanjang Hari

"Mulutku penuh dengan puji-pujian kepadaMu, dengan penghormatan kepadaMu sepanjang hari" (Mzm 71:8).

3. Selama Kita Hidup (Mzm 146:2)

"Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup ..."

4. Pada Segala Waktu

"Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu ... puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku" (Mzm 34:1).

5. Pada Saat Jiwa Tertekan

"Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah, Sebab aku bersyukur lagi kepadaNya, penolongku dan Allahku" (Mzm 42:12).

6. Di Dalam Segala Sesuatu

"Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" (Ef 5:20).

E. DI MANA KITA SEHARUSNYA MEMUJI-MUJI TUHAN?

1. Di Tengah-tengah JemaatNya yang Besar

"... AKU MEMUJI-MUJI ENGKAU DI TENGAH-TENGAH JEMAAT" (Mzm 22:23).

2. Di Antara Bangsa-bangsa

"Aku mau bersyukur kepadaMu DI ANTARA BANGSA-BANGSA, ya Tuhan" (Mzm 57:10).

3. Di Dalam PelataranNya

"Masuklah ... KE DALAM PELATARANNYA dengan puji-pujian" (Mzm 100:4).

4. Dalam Majelis Para Tua-tua

"Biarlah mereka meninggikan Dia juga ... dan memuji-muji Dia DALAM MAJELIS PARA TUA-TUA" (Mzm 107:32).

5. Di Antara Bangsa-bangsa

"Aku mau bersyukur kepadaMu DI ANTARA BANGSA-BANGSA, ya Tuhan, dan aku mau bermazmur bagiMu DI ANTARA SUKU-SUKU BANGSA" (Mzm 108:4).

6. Di Tengah-tengah Orang Banyak

"... Aku hendak memuji-muji Dia DI TENGAH-TENGAH ORANG BANYAK" (Mzm 109:30).

7. "... Di Dalam Jemaat Orang-orang Saleh" (Mzm 149:1).

8. "... Dalam Tempat KudusNya ..." (Mzm 150:1).

Bab 3
Pujian : Berkat-berkat Dan Halangan-halangan

A. BAGAIMANA PUJIAN MEMBAWA BERKAT ALLAH

1. Di Dalam Lingkaran Hydrologi

Di alam ini ada suatu daur ulang yang dapat memberikan berkat yang besar bagi bumi. Dan daur ulang itu dikenal sebagai LINGKARAN HYDROLOGI.

Di dalam Alkitab lingkaran hydrologi ini seringkali diucapkan. Hal ini terdiri dari proses dua langkah.

a. Penguapan. Air menguap dari samudera atau danau, kemudian naik keatas menjadi uap air dan membentuk awan-awan.

b. Hujan Yang Turun. Uap air kemudian makin lama makin menebal, dan berubah kembali menjadi air dan jatuh berupa hujan ke atas bumi ini. Hujan ini kemudian menjadikan alam ini subur dan memberikan hasil yang banyak.

Peristiwa ini dipakai untuk menggambarkan prinsip rohani: Pada saat pujian kita naik ke Sorga, pujian-pujian itu membentuk "hujan berkat" (Yeh 34:26). Hujan-hujan berkat ini kemudian akan turun atas kita sebagai berkat-berkat dari Allah.

"Ia menarik ke atas titik air, dan memekatkan kabut menjadi hujan, (yang dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia). Siapa mengerti berkembangnya awan? ... Ia mengembangkan terangNya di sekelilingNya, dan menudungi dasar laut" (Ayb 36:27-30 pph).

Allah menyebabkan matahari bersinar di atas samudera. Panas itu menyebabkan air di samudera itu menguap. Sebagai uap yang panas, uap itu naik menuju ke langit di mana uap-uap itu membentuk awan-awan.

Ketika uap-uap itu menjadi dingin, uap itu mencair kembali dan membentuk titik-titik air. Titik-titik air ini kemudian menjadi hujan "... dicurahkan oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia" (ayat28).

2. Kebenaran-kebenaran Rohaninya

Proses alamiah ini menggambarkan kebenaran rohani.

a. Allah Membuat Berkat-BerkatNya Itu Bercahaya di Atas Setiap Manusia sama seperti matahari yang bercahaya di atas samudera.

b. Hati Manusia Harus Dipanaskan terhadap Allah dan memberi tanggapan atas berkat-berkatNya yang telah disinarkan terhadap mereka.

c. Pujian-pujian Manusia Itu Harus Naik pada Allah seperti halnya uap air yang telah dibentuk oleh matahari dari samudera tersebut.

d. Pujian-pujian Itu Membentuk Awan-awan Berkat.

e. Allah Menyebabkan Awan-awan Menjadi Dingin Dan Mengembun menjadi hujan kemudian turun dengan limpahannya keatas bumi ini.

f. Berkat-berkat Dari Hujan ini menjadikan bumi ini subur dan makmur, menyediakan benih-benih bagi para penabur dan roti untuk dimakan.

g. Kelebihan dari Hujan ini akan membentuk sungai-sungai, dan kemudian mengalir ke laut, dari mana mereka sebenarnya berasal, dan seluruh proses itu akan kembali berulang.

3. Ilustrasi Dari Alkitab

Perhatikanlah ayat-ayat Alkitab di bawah ini yang menggambarkan seluruh proses tersebut:

a. Amos 5:8; 9:6 - Tuhan "... memanggil air laut dan mencurahkannya ke atas permukaan bumi ..."

Amos adalah seorang petani, dan sangat mengerti proses bagaimana hujan itu dibentuk. Di sini dia menggambarkan proses dari penguapan itu. Allah "memanggil air laut" - Untuk menguap dan dari uap itu kemudian turun hujan ke atas permukaan bumi ini.

b. Mazmur 147:7,8 - "Bernyanyilah bagi Tuhan dengan nyanyian syukur, bermazmurlah bagi Allah kita dengan kecapi! Dia, yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi, yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput".

c. Amsal 11:25 - "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum" (terjemahan bebas: Jiwa yang memberi berkat akan menjadi gemuk: dan dia yang memberi air dia juga akan diberi minum).

Pada saat kita menyanyikan pujian bagi Allah, Tuhan membentuk awan-awan dari berkat itu dari puji-pujian kita, dan dari awan itu Dia mengirimkan hujan berkat ke atas bumi ini. Jumlah dari berkat itu ditentukan oleh pujian yang kita kirimkan pada Allah. Makin banyak kita memberi makin banyak juga Allah membalas kita.

Pada masa Milenium yang akan datang (masa seribu tahun) pemerintahan Kristus di atas bumi, semua bangsa di bumi diwajibkan untuk menyembah Yehovah. Apabila mereka gagal melakukannya, Allah akan menghentikan hujan dari mereka. "Tetapi bila mereka dari kaum-kaum di bumi tidak datang ke Yerusalem untuk sujud menyembah kepada Raja, TUHAN semesta alam, maka kepada mereka tidak akan turun hujan" (Zak 14:17). Tak ada penyembahan - tak ada hujan!

d. Pengkhotbah 1:7 - "Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; kemana sungai mengalir, kesitu sungai mengalir selalu".

e. Pengkhotbah 11:3 - "Bila awan-awan sarat mengandung hujan, maka hujan itu dicurahkannya ke atas bumi ..."

f. Hosea 6:3 - "... Dia (Tuhan) akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi".

g. Yesaya 45:8 - "Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan ..."

h. Zakharia 10:1 - "Mintalah hujan daripada Tuhan pada akhir musim semi! Tuhanlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat akan diberikanNya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang".

i. Yesaya 55:10 - "... hujan dan salju turun dari langit dan ... mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan".

j. Yakobus 5:7 - "Karena itu saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun musim gugur dan musim semi".

4. Hujan Akhir

Ayat-ayat Alkitab di sini dengan jelas menunjukkan bahwa akan ada "hujan akhir" dari Roh Allah sebelum kedatangan dari Tuhan. Masa itu dikenal sebagai "saat hujan akhir" (Zak 10:1).

Roh Allah akan turun dari Sorga sebagai hujan yang lebat. Nabi Yoel menubuatkan hujan itu sebagai berikut: "... hujan pada awal dan hujan pada akhir musim [bersama-sama] seperti dahulu" (Yl 2:23).

Biasanya, bangsa Israel mengalami dua musim hujan. Musim hujan yang pertama datang pada saat masa mereka menanam, mereka menggemburkan tanah dan kemudian menanam benih-benih. Musim kedua datang setelah musim panas yang kering, selama berbulan-bulan pada akhir tahun masa menanam. (Inilah saat di mana Pesta Nafiri dirayakan [lihat bab C10.6]). Pada hujan akhir ini benih-benih gandum mulai masak dan siap untuk dituai.

Dari sinilah kita mengenal istilah hujan awal dan hujan akhir. Namun hujan lebat rohani yang begitu mulia dari Roh Allah pada akhir zaman ini adalah sama seperti jika kedua musim hujan datang bersama-sama!

Petani Sorgawi akan sabar menanti datangnya hujan yang berlimpah ini dan akhirnya Dia dapat mengumpulkan hasil tuaian yang besar. Apakah yang menyebabkan hujan yang lebat ini? Penyembahan yang limpah pada Allah yang dinaikkan oleh orang-orang yang memuji Dia - yang naik ke Sorga seperti uap air yang membentuk awan yang begitu besar!

Dia akan membangkitkan umat pemuji pada akhir zaman ini; dan mereka akan bangkit seperti angkatan perang yang gagah perkasa, yang berbaris di atas permukaan bumi. "Biarlah pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka" (Mzm 149:6).

Pujian-pujian mereka akan membentuk awan-awan yang begitu banyak yang terisi penuh dengan berkat. Allah akan mendinginkan mereka, dan mengirim kembali hujan-hujan berkat yang jauh lebih besar dari apa yang pernah kita saksikan sebelumnya. Hujan lebat yang melimpah ini akan menyiapkan tuaian akhir yang sangat besar dari jiwa-jiwa bagiNya.

B. HALANGAN-HALANGAN UNTUK MEMUJI

Sekalipun orang-orang telah didorong untuk memuji dan diberitahu bahwa pujian itu alkitabiah, benar dan layak, tetapi tidak selalu mudah bagi mereka untuk mulai memuji Allah. Banyak alasan yang diberikan untuk menolak hal ini.

Mereka mengelak memberikan alasan-alasan mengapa mereka tidak dapat memuji Allah. Beberapa dari mereka beralasan karena kedudukan dan temperamen mereka. Mereka mengatakan malu, atau yang lain lagi mengatakan tidak dapat bersikap lugas atau demonstratif.

Faktanya adalah, bahwa Alkitab tidak menerima alasan dari siapapun dan apapun alasan itu. Daud berkata, "Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya!" (Mzm 150:6). Apabila ada yang mempunyai nafas, anda hidup dan anda harus memuji Allah! Hanya "orang-orang mati yang tidak memuji-muji Tuhan ..." (Mzm 115:17).

Ada beberapa halangan tertentu untuk memuji, namun Allah menginginkan agar kita dapat memenangkan semua halangan-halangan itu. Dia tidak mau menerima halangan apapun yang kita kemukakan sebagai alasan untuk tidak memuji Dia.

1. Dosa

Dosa adalah halangan yang pertama untuk memuji. Ini adalah alasan dasar mengapa orang-orang yang belum bertobat tidak memuji Allah. Ini juga merupakan satu alasan mengapa beberapa orang Kristen juga tidak mau memuji Allah.

Dosa yang belum diakui menghalang-halangi kita di dalam hadirat Allah. Apabila kita menyadari adanya dosa yang belum diampuni dalam hidup kita, kita tak akan merasa bebas atau merasa tenang didalam hadirat Allah.

Daud berkata, "Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, [Apabila aku menyadari ada dosa di dalam hidupku], tentulah Tuhan tidak mau mendengar" (Mzm 66:18). Dosa dan kesalahan akan memisahkan kita dari Allah (Yes 59:2), dan kita akan kehilangan persekutuan yang dulu pernah kita nikmati.

Adanya dosa dalam hidup kita akan mengikat lidah kita di hadapan Tuhan. Hal yang dapat kita bicarakan dengan bebas pada Dia dalam situasi seperti ini adalah dosa-dosa kita.

Jawaban yang jelas dari halangan ini ialah: Akuilah dosa-dosa itu pada Allah dan terimalah dengan sungguh-sungguh pengampunanNya dan penyucianNya sehingga hubungan kita dengan Allah dapat dipulihkan, dan pujian itu dapat mengalir dari diri kita (1 Yoh 1:9).

2. Hukuman (Penuduhan)

Sekalipun kita telah diampuni oleh Tuhan, tidak selalu mudah untuk mengampuni diri kita sendiri. Banyak orang Kristen tetap tinggal di dalam perasaan bersalah dan tertuduh. Walaupun Allah dengan bebasnya mengampuni mereka, mereka tidak dapat mengampuni diri mereka sendiri.

Ini yang mengakibatkan suatu perasaan tidak berharga. Dan kebebasan untuk menyembah itu sepertinya terhambat. Mereka cenderung untuk "menundukkan kepalanya" di dalam hadirat Allah. Hadirat Allah cenderung membuat mereka merasa lebih tidak layak. Mereka tidak dapat merasa yakin akan kemurahan dan kasih karunia Allah yang telah diberikan kepada mereka.

Sikap seperti ini seringkali datang karena kesadaran akan dirinya sendiri lebih besar dari kesadaran akan Allah. Apabila kita terus menerus menyelidiki hati kita dengan sikap yang negatif dan selalu mencari kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan kita, kita akan selalu menemukannya. Tidak seorang pun yang sempurna.

Inspeksi diri atau memeriksa diri sendiri yang keterlaluan ini pun tidak sehat. Perhatian itu selalu tertuju pada diri sendiri, bukan pada Yesus.

Alkitab menasehatkan kita untuk "Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan" (Ibr 12:2). Dan hal ini paling sedikit akan menyelesaikan dua hal:

Pertama, menghilangkan pemikiran-pemikiran dan perhatian pada diri kita sendiri dan mulai memandang Yesus.

Yang kedua, makin kita melihat dan memikirkan Yesus, merenungkan tentang Dia, memenuhi segenap pikiran kita dengan Dia, maka makin kita mempunyai kerinduan untuk memuji Dia.

Beginilah bagaimana pujian itu dimulai - dengan memandang pada Yesus. Pujian dan penghargaan kita pada Dia akan makin bertambah pada saat kita melakukan ini. Kesadaran kita akan betapa layaknya Dia itu akan bertambah, dan ini akan meningkatkan pemikiran-pemikiran kita di dalam pujian dan penyembahan padaNya.

3. Keduniawian

Oliver Cromwell suatu saat mendefinisikan "keduniawian" sebagai "segala sesuatu yang mendinginkan kasih kita pada Yesus Kristus". Keduniawian adalah lawan dari kerohanian. Keadaan dimana pikiran-pikiran kita itu lebih berpusat pada hal-hal dalam dunia ini dari pada hal-hal dari Allah dan KerajaanNya.

Orang-orang yang mempunyai pikiran duniawi menganggap bahwa memuji Allah itu sangat memalukan. Hal itu berlawanan dengan rasa harga diri mereka yang manusiawi. Untuk mengatasi masalah ini adalah dengan lebih memusatkan diri pada Kristus. Apabila kesadaran dan penghargaan kita pada Dia itu bertambah, maka keduniawian itu dengan sendirinya berkurang.

Salah satu gejala dari keduniawian adalah obsesi untuk mempertahankan diri dan kesopanan - sadar yang berlebihan tentang "Apa yang orang-orang pikirkan?" - terlalu memikirkan apa reaksi orang-orang kalau melihat kita.

Sebagai orang Kristen pikiran kita yang terutama adalah untuk menyenangkan hati Tuhan. Hal ini tidak selalu menyenangkan hati manusia. Apabila kita terlalu memikirkan untuk menyenangkan manusia dan mencari persetujuannya, maka kita dalam bahaya tidak menyenangkan hati Allah.

4. Konsep Yang Keliru Tentang Allah

Ini seringkali merupakan halangan yang kuat untuk memuji. Banyak orang yang mempunyai pandangan yang keliru, yang sama sekali negatif tentang Allah. Mereka melihat Allah sebagai seseorang yang selalu berusaha memergoki mereka ketika melakukan kesalahan, sehingga Tuhan dapat menghukum mereka; mereka merasa bahwa Tuhan itu menentang segala sesuatu yang mereka lakukan. Mereka merasa bahwa hanya sedikit harapan untuk menyenangkan hatiNya dan menikmati perkenananNya.

Mereka memandang Allah sebagai makhluk yang selalu berusaha menghalangi seseorang menikmati kehidupannya dengan segala cara.

Bagaimana seseorang dapat memuji Allah jika mereka memikirkan Allah seperti ini?

Pujian ini mulai timbul dalam hati kita hanya apabila kita mendapatkan konsep yang benar tentang Allah. Roh Kudus harus menunjukkan Allah pada kita sebagaimana sebenarnya Dia.

Membaca Firman adalah cara yang terbaik untuk mengatasi konsep-konsep kita yang salah tentang Allah, tetapi hal itu pun baru akan terjadi apabila kita bersikap terbuka dan membiarkan Roh Kudus menunjukkan kebenaran itu pada kita.

Banyak orang membaca Alkitab tapi tetap menutup pikiran mereka terhadap kebenaran. Kesadaran yang sungguh akan Allah, akan siapa dan apakah Dia, akan benar-benar memimpin kita pada pujian dan penyembahan.

5. Tradisi Keagamaan

Di zaman Kristus, banyak orang membiarkan adat-istiadat manusia yang kosong membuat Firman Allah tidak berlaku (Mat 15:6). Sayangnya, ada banyak di zaman sekarang melakukan hal yang sama.

Banyak orang Kristen telah terbawa-bawa dalam apa yang disebut tradisi Kristen, yang melesukan pujian dan penyembahan. Tradisi-tradisi semacam itu mengatakan bahwa pujian itu hanyalah semata-mata emosionalisme.

Ingatlah bahwa "Agama itu justru menekan, tetapi Penebusan itu membebaskan". Orang-orang yang dipenjarakan dalam tradisi manusia sering kali juga mempunyai konsep yang keliru tentang Allah. Allah begitu negatif dalam pandangan mereka. Allah itu sepertinya sama sekali tidak mempunyai emosi, kaku dan penuh dengan larangan-larangan.

Orang-orang yang berpandangan seperti itu akan menjadi sama seperti itu. Cara untuk mengatasi keadaan seperti ini ialah mempunyai keberanian untuk membeberkan tradisi-tradisi dihadapan Firman Allah dengan hati dan pikiran yang terbuka. Apabila Roh Kudus menunjukkan kesalahan-kesalahan pada tradisi anda, bersedialah untuk menyerahkannya dan peluklah Firman Allah sebagai gantinya.

6. Keangkuhan

Keangkuhan adalah halangan yang selanjutnya untuk melepaskan pujian. Problema ini amat sukar untuk diatasi karena kita sendiri tidak mau mengakui adanya keangkuhan itu didalam hati kita. Egoisme kita tidak membiarkan kita untuk melakukannya!

Kita diberitahu di dalam Alkitab: "Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu" ().

Apabila kita tidak mau merendahkan diri kita sendiri, Allah akan menentang kita dan menghancurkan keangkuhan kita. "... rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihi orang yang rendah hati" (1 Ptr 5:5).

Kecongkakan itu berhubungan erat dengan gambaran diri sendiri: selalu ingin orang memikirkan yang baik tentang dia; selalu menginginkan untuk terlihat melakukan apa yang baik dan sopan.

7. Takut Pada Manusia

Amsal 29:25 mengatakan pada kita, "Takut kepada orang mendatangkan jerat". Takut pada manusia, pemikiran dan pendapat-pendapatnya, justru akan membentuk jerat dimana banyak orang yang akan tertangkap.

"Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan ..." (Ams 9:10). Apabila kita benar-benar takut pada Tuhan, kita tak perlu takut pada manusia.

Seharusnya kita selalu mencari cara untuk menyenangkan hati Tuhan di dalam segala sesuatu. Untuk melakukan hal ini kita harus benar-benar memuji Dia.

Apabila manusia tidak menyukainya, itu adalah urusan mereka. Jangan pernah membiarkan pendapat-pendapat mereka membatasi anda dan menghalang-halangi anda dan kehendak anda untuk memberi Allah pujian yang memang layak bagiNya.

8. Tekanan Setan

Akhirnya kita tiba pada yang paling serius dari semua rintangan-rintangan, yaitu tekanan yang ditimbulkan oleh setan atas pujian.

Mungkin sukar bagi kita untuk mengerti kebencian yang begitu mendalam dari Setan pada Allah, dan betapa bencinya dia mendengar orang-orang memuji Allah.

Setan menginginkan penyembahan yang seharusnya diberikan pada Allah. Ingatkah anda pada saat Yesus dicobai di padang gurun, Setan meminta Yesus untuk sujud dan menyembah dia? (Mat 4:9).

Yang membawa kejatuhan Setan, adalah kecemburuan yang sangat berakar dalam pada Allah. Dalam keangkuhannya, dia menyangka dirinya lebih besar dari pada Allah (Yes 14:13, 14). Dia penuh dengan kecemburuan yang tidak beralasan ketika ia mendengar Allah dipuji dan dibesarkan. Maka ia mencari cara untuk melemahkan dan menekan pujian-pujian itu.

Apabila seseorang dibawah pengaruh Setan, atau salah satu dari roh jahatnya, orang ini bahkan tidak dapat menyebut Nama Yesus. Apabila diberi semangat untuk melakukannya, maka kerongkongannya terasa kaku. Kata-kata itu tidak bisa keluar. Perlu diperhatikan pula bahwa apabila Nama Yesus itu diucapkan di hadapan orang yang dibawah pengaruh setan, maka roh-roh jahat yang berada didalamnya mulai berontak dan marah.

Setan memberikan reaksi yang sangat kuat hanya dengan menyebut Nama itu. Kadang-kadang korbannya mengeluarkan busa dari mulutnya, justru telentang, mengutuk dan menghujat - begitu keras reaksinya melawan pujian pada Allah atau Yesus.

C. KESIMPULAN

Apabila seorang Kristen sadar akan adanya ketidak sukaan untuk memuji, maka harus ada penyelidikan yang sungguh-sungguh dan jujur dari hatinya. Ia harus benar-benar minta pada Allah untuk menunjukkan padanya apa masalah yang menyebabkannya, dan apa yang sudah menghalang-halangi aliran dari pujian itu.

Apabila sudah ditemukan, harus ada pertobatan dan berbalik dari halangan itu. Kemudian orang tersebut harus menetapkan hatinya untuk taat pada Allah dan memberikan pujian bagi Dia.

Apabila tampaknya pujian itu masih begitu mustahil dapat keluar dari dirinya, maka diperlukan bantuan dari seorang yang matang dan peka secara rohani. Mungkin ada tekanan dari setan di dalam kehidupannya yang perlu untuk dipatahkan. Sebelum hal ini dilakukan, orang tersebut tak mungkin dapat hidup menyembah Allah dalam sukacita dan kebebasan.

Ketidak mampuan untuk memuji dan menyembah Allah menunjukkan adanya penyumbatan disuatu tempat. Di situ ada problema yang mendasar yang perlu untuk ditangani. Teruslah mencari Allah sampai kemenangan itu datang, dan sungai-sungai dari pujian akan dilepaskan dari hatimu yang terdalam!

Bab 4
Cara-cara Alkitabiah Untuk Memuji Dan Menyembah Allah

A. PUJIAN DAN PENYEMBAHAN: ADA PERBEDAAN

1. Ucapan Syukur

Pujian pada dasarnya adalah suatu ekspresi dari kekaguman dan sukacita. Tetapi pada tingkat yang lebih tinggi, juga merupakan ekspresi dari rasa syukur dan terima kasih untuk kebaikan-kebaikan yang telah diterima. Karena itu, pujian dan ucapan syukur seringkali dihubungkan bersama-sama dan seringkali saling berhubungan.

Namun, bentuk murni dari pujian tidak termasuk ucapan syukur dan terima kasih. Yang paling penting, pujian itu merupakan ekspresi dari pujaan dan pengagungan pada sesuatu yang dipuji seseorang, walaupun tanpa memandang apakah kebaikan-kebaikan telah diterima atau tidak. Beberapa orang merasa bahwa tingkatan yang lebih tinggi dan pujian ini disebut "PENYEMBAHAN".

2. Pemujaan

Karena itu, penyembahan pada Allah, pada dasarnya adalah meninggikan pribadiNya, sifat-sifatNya, keadaanNya dan kesempurnaanNya. Pemujaan ini diberikan pada Allah untuk siapa dan apakah Dia itu, bukan hanya karena apa yang telah dilakukanNya untuk kita. "Berikanlah kepada Tuhan kemuliaan namaNya, sujudlah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan" (Mzm 29:2).

Penyembahan pada mulanya adalah sesuatu kesadaran yang terdalam akan penghargaan. Kemudian merupakan suatu ekspresi yang diperlihatkan dari penghargaan yang didalam itu. Penghargaan itu belum dapat disebut penyembahan sebelum tampak ekspresinya secara nyata.

Apabila penghargaan itu masih ada di dalam hati dan pikiran, itu masih disebut suatu kekaguman. Apabila ekspresi itu kemudian dinyatakan dengan sikap yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar, maka baru namanya penyembahan.

B. EKSPRESI VOKAL DARI PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Ada banyak macam cara alkitabiah dimana kita dapat mengekspresikan pujian kita pada Allah. Marilah kita melihat beberapa dari cara-cara ini.

Sebenarnya banyak sekali cara-cara itu. Dan mungkin andapun dapat menemukan cara-cara yang lain yang juga sama-sama alkitabiahnya. Saya yakin bahwa Allah ingin setiap orang kristen cukup bebas di dalam roh mereka untuk dapat memuji Dia di dalam semua cara yang terdapat dalam Alkitab.

Apabila anda menyadari bahwa pujian yang di dalam hati itu tak mungkin dapat diekspresikan dengan memadai, maka biarlah saya sarankan anda mempelajari cara-cara yang beraneka ragam ini. Lihatlah pada ayat-ayat Alkitab yang akan dikutip dan pertimbangkanlah dengan penuh doa, inti dan maknanya, kemudian LAKUKANLAH ekspresi mana yang anda ingin lakukan.

Contohnya, apabila anda sudah mempelajari ayat-ayat Alkitab tentang berteriak, maka lakukanlah dan berteriaklah pada Tuhan.

Anda akan menemukan satu kelepasan yang sangat besar pada saat melakukannya. Sesuatu yang terlepas akan anda rasakan dalam jiwa anda; dan dimensi baru dari sukacita akan terlepas didalam jiwa anda. Ini disebabkan karena anda taat pada Allah, dan anda mulai untuk memuji Dia dalam cara-cara baru yang telah ditetapkanNya untuk anda di dalam FirmanNya.

Andaikan anda harus mengajarkan pada orang lain prinsip-prinsip pujian ini, mintalah mereka juga untuk MELAKUKAN setiap cara yang anda ajarkan. Jangan merasa puas hanya dengan berbicara tentang metode-metode pujian; biarlah orang-orang itu ikut berpartisipasi dan melakukan dengan nyata apa yang anda ajarkan.

1. Memuji Allah dengan Menggunakan Suara

"Sambil memperdengarkan nyanyian syukur dengan nyaring, dan menceritakan segala perbuatanMu yang ajaib" (Mzm 26:7) "... aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah, dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur ..." (Mzm 42:5). "Bibirku bersorak-sorai sementara menyanyikan mazmur bagiMu, ... Lidahku juga menyebut-nyebut keadilanMu sepanjang hari ..." (Mzm 71:23,24).

Daud terus-menerus mengucapkan pujian bagi Allah. Ia akan mengatakan hal-hal seperti, "Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepadaNya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku ..." (Mzm 28:7).

Kita harus juga menanamkan kebiasaan untuk berbicara tentang Tuhan dan karya-karyaNya yang ajaib. Mulailah setiap hari baru dengan mengucapkan pujian bagi Allah. Katakan padaNya betapa besar dan ajaibNya Dia, dan betapa besar kasih anda padaNya dan betapa anda menghargaiNya. Berterima kasihlah padaNya atas hari yang baru, dan mulailah memuji Dia karena hadiratNya menyertai anda sepanjang hari itu.

Gunakanlah suara anda, bibir anda, mulut anda. Pakailah semua itu sebagai alat pujianmu. Anda akan terkejut untuk mengetahui betapa cepatnya anda melakukan kebiasaan memuji ini.

"Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap di dalam mulutku" (Mzm 34:2).

"Biarlah bergembira dan bersukacita karena Engkau; semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari padaMu tetap berkata: `Tuhan itu besar!" (Mzm 40:17).

"Pujilah Allah kami, hai bangsa-bangsa, dan perdengarkanlah puji-pujian kepadaNya!" (Mzm 66:8).

2. Bersorak Pada Allah

Kata memuji yang telah kita bicarakan di atas hanya memerlukan suara sekeras orang bercakap saja. Kita berbicara pada Allah dengan cara seperti orang yang sedang bercakap, mengatakan padaNya pendapat kita tentang Dia dengan mengatakan penghargaan kita. Namun, ada juga masa dimana pada saat yang tepat dan alkitabiah kita menaikkan suara dan bersorak kepada Allah. "Hai segala bangsa, bertepuk tanganlah elu-elukan Allah dengan sorak-sorai!" (Mzm 47:2).

Banyak orang-orang yang masih berpaham kuno sangat tidak menyukai sorak-sorai atau berteriak dengan suara keras. Mereka merasa kurang sopan untuk melakukan.

Beberapa bahkan berkata, "Tidak usah berteriak; bukankah Allah tidak tuli!" Pada mereka itu kita akan menjawab, "Allah juga bukan seorang yang penggugup!"

Ada saat dan tempatnya untuk melakukan pujian dengan sorak-sorai sukacita, dan kita tidak perlu takut untuk melakukannya apabila saat itu datang.

"Tetapi semua orang yang berlindung padaMu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya ..." (Mzm 5:12).

"Bersukacitalah pada Tuhan dan bersorak-sorailah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!" (Mzm 32:11).

"Biarlah bersorak-sorai dan bersukacita orang-orang yang ingin melihat Aku dibenarkan ..." (Mzm 35:27).

"Biarlah imam-imamMu berpakaian kebenaran, dan bersorak-sorai bagi orang-orang yang Kau kasihi ... dan orang-orang yang saleh akan bersorak-sorai dengan girang" (Mzm 132:9,16).

"Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!" (Yes 12:6).

"Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempuk soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!" (Zef 3:14).

"... lalu tampaklah kemuliaan Tuhan kepada segenap bangsa itu ... Tatkala seluruh bangsa itu melihatnya, bersorak-sorailah mereka, lalu sujud menyembah" (Im 9:23:24).

"Segala sesudah tabut perjanjian Tuhan sampai keperkemahan, bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehigga bumi bergetar" (1 Sam 4:5).

3. Menyanyi

"Datanglah ke hadapanNya dengan sorak-sorai" (Mzm 100:2) [Terjemahan bebas: Datanglah ke hadapanNya dengan nyanyian]. Nyanyian adalah reaksi yang paling sederhana dan paling alamiah untuk menyatakan keajaiban Allah. Ekspresi dari emosi sukacita yang keluar secara spontan/langsung. Dalam kalangan anak-anak Allah hal menyanyi merupakan pernyataan yang indah untuk mengekspresikan pujian.

Segera setelah keluar dari Mesir, dan Allah membawa mereka dengan aman melewati Laut Merah, Miryam memimpin anak-anak Israel dalam nyanyian dan pujian kepada Allah. Mereka telah dilepaskan secara ajaib dari cengkeraman musuhnya. "Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka. Menyanyilah bagi Tuhan, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkanNya ke dalam laut" (Kel 15:21).

Di seluruh Alkitab ada banyak ayat-ayat tentang menyanyi. Disini ada beberapa dari ayat-ayat tersebut:

"... aku mau bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan, Allah Israel" (Hak 5:3).

"Sebab itu aku mau menyanyikan syukur bagiMu, ya Tuhan, diantara bangsa-bangsa, dan aku mau menyanyikan mazmur bagi namaMu" (2 Sam 22:50).

"Bernanyilah bagiNya, bermazmurlah bagiNya, percakapkanlah segala perbuatanNya yang ajaib" (1 Taw 16:9).

"Lalu raja Hizkia dan para pemimpin memerintahkan orang-orang Lewi menyanyikan puji-pujian untuk Tuhan dengan kata-kata Daud dan Asaf, pelihat itu. Maka mereka menyanyikan puji-pujian dengan sukaria, lalu berlutut dan bersujud menyembah" (2 Taw 29:30).

"Aku hendak bersyukur kepada Tuhan karena keadilanNya, dan bermazmur bagi nama Tuhan, Yang Mahatinggi" (Mzm 7:18).

"Aku mau bersukacita dan bersukaria karena Engkau, bermazmur bagi namaMu, Yang Mahatinggi" (Mzm 9:3).

"Bermazmurlah bagi Tuhan, yang bersemayam di Sion ..." (Mzm 9:12).

"... Aku mau menyanyi untuk Tuhan, karena Ia telah berbuat baik kepadaku" (Mzm 13:6).

"Bangkitlah, ya Tuhan, di dalam kuasaMu! Kami mau menyanyikan dan memazmurkan keperkasaanMu" (Mzm 21:14).

"... aku mau menyanyi dan bermazmur bagi Tuhan" (Mzm 27:6).

"Nyanyikanlah mazmur bagi Tuhan, hai orang-orang yang dikasihiNya, dan persembahkanlah syukur kepada namaNya yang kudus!" (Mzm 30:4).

"Nyanyikanlah bagiNya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!" (Mzm 33:4).

"Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, bermazmurlah bagi Raja kita, bermazmurlah! Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi, bermazmurlah dengan nyanyian pengajaran" (Mzm 47:7,8).

"Hatiku siap, ya Allah, hatiku siap; aku mau menyanyi, aku mau bermazmur" (Mzm 57:8).

"Tetapi aku mau menyanyikan kekuatanMu, pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setiaMu; sebab Engkau telah menjadi kota bentengku, tempat pelarianku pada waktu kesesakanku. Ya kekuatanku, bagiMu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setiaNya" (Mzm 59: 17,18).

"Maka aku hendak memazmurkan namaMu untuk selamanya, sedang aku membayar nazarku hari demi hari" (Mzm 61:9).

Sebenarnya masih ada banyak lagi ayat-ayat alkitab yang lain mengenai nyanyian pujian bagi Allah, tetapi dengan sedikit ayat-ayat ini kiranya cukup untuk memberikan gagasan betapa pentingnya menyanyi itu.

Menyanyi adalah suatu tanda sukacita dan kepuasan. Menyanyi adalah tanda dari kegembiraan, menunjukkan adanya kepuasan di dalam kehidupan seseorang.

Menyanyi adalah suatu ekspresi yang sehat dari emosi yang positif dan bukan hanya memberikan kekuatan pada seluruh tubuh, tapi juga bagi jiwa dan roh.

Allah senang mendengar kita menyanyikan pujian bagiNya.

a. Jenis-jenis Nyanyian. Di dalam Efesus 5:19 dan Kolose 3:16, kita dianjurkan untuk menyanyi "... mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani ... kepada Allah".

Ayat-ayat di dalam Mazmur telah menyediakan banyak sekali bahan-bahan untuk penyembahan di dalam nyanyian mulai dari kidung-kidung pujian yang kuno sampai paduan suara modern diambil langsung dari ayat-ayat tersebut.

Puji-pujian juga telah menyediakan banyak sekali tema-tema untuk memberikan inspirasi pada Gereja dan memperlengkapinya dengan lagu-lagu pujian.

Lagu-lagu rohani agak berbeda dengan dua bentuk di atas. Nyanyian-nyanyian ini diberikan secara langsung oleh Roh Kudus dan langsung dinyanyikan seperti yang ditunjukkan oleh Roh Kudus baik kata-kata dan nadanya.

Nyanyian ini mungkin bisa di dalam bahasa dari orang yang menyanyi, dalam hal ini mereka yang menyanyi "... dengan pengertian ..." (1 Kor 14:15). Pada lain waktu, kata-katanya mungkin dalam "bahasa lidah", dan dalam hal ini pikiran dari orang tersebut "... tidak turut bekerja" (1 Kor 14:14).

Pikiran kita tidak mempunyai pengertian alamiah tentang apa yang sedang dinyanyikan, namun pada saat yang sama itu mengetahui cara intuisi bahwa Roh Kudus sedang memuji dan membesarkan Allah, seringkali dengan "bahasa dari malaikat".

Dalam kasus ini nyanyian-nyanyian ini sama sekali dinyanyikan secara langsung dan tanpa rencana. Nyanyian-nyanyian itu hanya di dasarkan pada iman. Para penyanyi, mendengarkan pada Roh Allah yang ada pada rohnya, dan dengan setianya mengikuti melodi dan kata-kata yang diberikan Roh Kudus itu.

C. EKSPRESI FISIK DARI PUJIAN DAN PENYEMBAHAN

Sebagai tambahan, dari ekspresi pujian yang dapat didengarkan yang diucapkan itu, Alkitab memberikan banyak cara dimana kita dapat juga memakai ekspresi secara fisik di dalam menyembah Allah.

1. Berdiri

Berdiri tegak selalu merupakan suatu tanda dari penghargaan. Apabila ada orang penting yang memasuki suatu ruangan, maka yang telah hadir itu akan bangkit berdiri di atas kaki mereka dan berdiri tegak menghormati dan menunjukkan penghargaan pada orang tersebut.

Seringkali Roh Kudus juga akan memberikan kita inspirasi untuk berdiri dengan tegak di hadapan Tuhan sebagai suatu sikap penyembahan dan penghargaan. "Biarlah segenap bumi takut kepada Tuhan, biarlah semua penduduk dunia gentar terhadap Dia!" (Mzm 33:8).

"Mari, pujilah Tuhan, hai semua hamba Tuhan, yang datang melayani di rumah Tuhan pada waktu malam". "Pujilah nama Tuhan, pujilah, hai hamba-hamba Tuhan, hai orang-orang yang datang melayani di rumah Tuhan, di pelataran rumah Allah kita" (Mzm 134:1; 135:1,2).

2. Mengangkat Tangan

Mengangkat tangan adalah tanda yang umum untuk menyerah. Dengan mengangkat kedua tangan kita tinggi-tinggi di hadapan Allah, kita mengakui bahwa kita ini benar-benar menyerah pada Dia.

Kita mengatakan lagi padaNya bahwa kita adalah milikNya tanpa pamrih.

Kita tidak lagi mempunyai keinginan untuk memberontak melawanNya; kita mempunyai senjata di tangan kita untuk berperang melawan Dia.

Orang-orang yang TIDAK menyerah sepenuhnya kepada Tuhan mempunyai masalah di dalam melakukan hal ini, walaupun tampaknya hanya sederhana saja. Mereka dengan kuat menolak cara penyembahan seperti ini. Namun, sekali mereka melakukannya, mereka akan merasakan kelepasan yang besar dan mereka akan mampu mengekspresikan pujian dan bahkan pada banyak cara yang lain juga.

"Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah Tuhan" (Mzm 134:2). Mengangkat tangan juga merupakan tanda dari kerinduan yang mendalam pada Allah. "Dengarkanlah suara permohonanku, apabila aku berteriak kepadaMu minta tolong, dan mengangkat tanganku ke arah tempatMu yang Maha Kudus" (Mzm 28:2).

Mengangkat tangan juga merupakan simbol kehausan secara rohani akan Allah. "Aku menadahkan tanganku kepadaMu, jiwaku haus kepadaMu seperti tanah yang tandus" (Mzm 143:6).

3. Bertepuk Tangan

Apabila seseorang melakukan sesuatu sehingga kita menjadi sangat kagum dan puas, dan kita ingin agar mereka mengetahuinya maka seringkali kita bertepuk tangan baginya.

Mungkin seorang pemain piano konser telah memainkan lagu yang sangat indah, hingga para pengunjung menikmatinya, biasanya mereka langsung bertepuk tangan. Apabila mereka masih ingin menyatakan kepuasan mereka lebih jelas lagi, seringkali mereka berdiri dan bertepuk tangan. Kita menyebutnya sebagai `suatu perasaan kagum sambil berdiri'. Apabila Allah itu begitu ajaib, dan telah melakukan banyak hal-hal yang ajaib yang juga memenangkan kekaguman dan kepuasan kita, apakah terlalu aneh apabila kita bertepuk tangan bagiNya?

Kita diperintahkan untuk bertepuk tangan pada Allah. "Hai segala bangsa, bertepuk tanganlah, ..." (Mzm 47:2). Tepuk tangan adalah tanda dari sukacita, kegembiraan dan kepuasan.

4. Bersujud atau Berlutut

Seringkali apabila seseorang itu dipenuhi oleh perasaan hadirat dan kemuliaan Allah, mereka secara langsung akan jatuh di atas lututnya atau bersujud di hadapan Allah. Ini adalah sikap tubuh dari rasa gentar dan penghormatan.

"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut dihadapan Tuhan yang menjadikan kita" (Mzm 95:6).

Suatu hari setiap lutut akan berlutut di hadapanNya (Flp 2:10).

5. Jatuh Tersungkur Di Hadapan Allah

Ini adalah sikap luar biasa yang lain dari ketaatan dan penyembahan. Untuk jatuh dan tersungkur di hadapan seseorang adalah tanda suatu ketakutan yang paling mendalam. Kita merendahkan diri kita sendiri untuk meningkatkan rasa meninggikan seseorang dimana di depanNya kita menjatuhkan diri kita.

6. Menari

Karena menari adalah sangat demonstratif dan mungkin condong merupakan bentuk emosional dari pujian, maka bentuk tarian ini banyak mendapat kritikan dan perlawanan, terutama pada umat yang masih konservatif. Karena banyak pertimbangan ini maka saya akan memberikan uraian yang lebih banyak tentang pokok bahasan ini.

Menari menggunakan seluruh anggota tubuh untuk menyatakan kegembiraan, pujian dan penyembahan di hadapan Allah. Kata Ibrani dan Yunani yang dipakai untuk menterjemahkan "menari" yang terdapat dalam Alkitab mempunyai banyak macam arti termasuk "meloncat, melompat-lompat kecil, mengangkat kaki dan meloncat".

Ini menunjukkan sesuatu yang dilakukan secara spontan, tanpa direncanakan terlebih dahulu atau diatur seperti halnya gerakan tarian yang lain. Tarian ini biasanya tidak dilakukan menurut aturan-aturan tertentu atau gerakan-gerakan koreographi, tetapi lebih sederhana, merupakan respon yang langsung dari sukacita di hadapan Allah.

Kejadian-kejadian seperti ini tertulis di dalam Kisah Para Rasul 3:8 oleh seorang yang dulunya lumpuh lalu disembuhkan "... berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah" dan gerakannya itu dapat dilihat di dalam terang kebenaran yang berbeda.

Apabila kita mengingat hal ini, maka kita ingat bahwa tarian ini sering dilakukan anak-anak dari Israel ketika melakukan penyembahan.

"Biarlah mereka memuji-muji namaNya dengan tari-tarian ..." (Mzm 149:3).

"Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian ..." (Mzm 150:4).

a. Kejadian-kejadian Tentang Tarian Ini Yang Tertulis Dalam Alkitab:

1) Untuk Merayakan Keselamatan Dan Pembebasan. "Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah seluruh perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari" (Kel 15:20).

"Ketika Yefta pulang ke Mizpa ke rumahnya, tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia dengan memukul rebana serta menari-nari, ..." (Hak 11:34). Saat itu ia pulang membawa kemenangan yang besar.

2) Untuk Bersukacita Karena Pemulihan. Ketika Peti Perjanjian dikembalikan ke Yerusalem, "Dan Daud menari-nari di hadapan Tuhan dengan sekuat tenaga ..." (2 Sam 6:14).

"... Mikhal ... melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari dihadapan Tuhan" (2 Sam 6:16).

"... Mikhal ... melihat raja Daud melompat-lompat dan menari-nari ..." (1 Taw 15:29).

Yeremia menubuatkan tentang pemulihan yang agung yang akan datang: "Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai, orang-orang muda dan orang-orang tua akan bergembira. Aku akan merubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka" (Yer 31:13).

Menurut Ratapan 5:15, tarian mereka telah diubahkan dari dukacita ketika mereka ditawan. Di dalam Yeremia 31:13, kita melihat bahwa tarian itu dipulihkan ketika mereka dibawa keluar dari tempat tawanan mereka.

Sukacita dan tawa ria yang mengiringi kembalinya para tawanan itu adalah suatu kesaksian pada orang Kafir bahwa "Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita" (Mzm 126:3).

3) Tarian Di Dalam Perjanjian Baru. Ayat ini telah diperdebatkan, oleh mereka yang menentang adanya tarian di dalam Gereja saat ini, mereka mengatakan bahwa tarian itu adalah murni di dalam Perjanjian Lama, dan tidak terdapat di dalam Gereja Perjanjian Baru.

Namun, apabila kita membaca Perjanjian Baru, maka ungkapan tarian ini terdapat di sana.

Ketika orang yang lumpuh itu disembuhkan, ia memberikan respon dengan kegembiraan yang meluap: "Ia melonjak berdiri lalu berjalan kian kemari dan mengikuti mereka ke dalam Bait Allah, berjalan dan melompat-lompat serta memuji Allah" (Kis 3:8).

Ketika Paulus melihat seorang yang lumpuh di Listra, dia "berkata dengan suara nyaring, `Berdirilah tegak di atas kakimu!' Dan orang itu melonjak berdiri, lalu berjalan kian kemari" (Kis 14:10). Lonjakannya itu jelas adalah respon yang penuh sukacita karena kesembuhan yang telah diterimanya secara mujizat.

Satu dari kata Yunani untuk sukacita yang sering tampak di Perjanjian Baru adalah agal-liao, yang berarti secara harafiah "melompat dengan sukacita".

Kata ini bukanlah suatu sukacita yang mendalam, tetapi suatu ungkapan sukacita yang besar; yang penuh dengan dinamika dan emosi, yang menyebabkan seseorang itu nyata-nyata "melompat karena kegembiraan". Di bawah ini ada beberapa ayat yang mengatakan tentang sukacita semacam itu di dalam Perjanjian Baru :

Yesus berkata, "Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah [agalliao]: sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga ..." (Luk 6:23).

Maria berkata, "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira [agalliao] karena Allah, Juru selamatku" (Luk 1:46,47).

Kepala penjara itu "... sangat bergembira [agalliao], bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah" (Kis 16:34).

"Sebaliknya bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira [agalliao] dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaanNya" (1 Ptr 4:13).

Pada akhir buku Perjanjian Baru, kita menemukan satu himbauan untuk "Marilah kita bersukacita dan bersorak sorai [agalliao - melonjak karena sukacita], dan memuliakan Dia [Kristus]. Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantinNya telah siap sedia" (Why 19:7).

Ketika anak terhilang itu kembali kepada bapanya, ada "musik dan tarian" (Luk 15:25).

Apabila pemulihan dari segala sesuatu seperti yang diucapkan oleh nabi-nabi itu telah terjadi (Kis 3:21-24), di sana pasti ada juga tarian, karena inilah salah satu yang diucapkan oleh para nabi (Yer 31:13).

b. Beberapa Aspek Dari Tarian Rohani:

1) Tarian itu Dilakukan Secara Langsung dan Gayanya Tidak Menjemukan. Gerakan-gerakannya tidak teratur dan juga tidak dilatih atau mempunyai gerakan-gerakan yang tepat.

Ungkapannya dapat berubah dalam lonjakan, lompatan, loncat-loncat kecil dan berputar. Tarian juga disertai dengan musik dari alat-alat musik (1 Taw 15:29; Mzm 149:3). Kadang-kadang disertai juga dengan nyanyian (Kel 15:20, 21).

2) Dapat Dilakukan Sendiri ataupun Bersama-sama dalam Satu Kelompok. Daud menari di hadapan Tuhan. Miryam dan SEMUA perempuan menari-nari.

3) Tarian itu Bukanlah Tarian dengan Anggota Sidang yang Lain Jenis. Miryam dan semua wanita menari (Kel 15:20). Orang-orang muda dan orang-orang tua bersama-sama (Yer 31:13).

4) Tidak ada Batasan Umur untuk Tarian. Orang-orang muda dan tua bersama-sama.

5) Seringkali Nyanyian dan Tarian dilakukan Bersama-sama. "Bukankah dia ini Daud yang dinyanyikan orang secara berbalas-balasan sambil menari-nari, demikian: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa?" (1 Sam 29:5).

6) Ada Waktu yang Tepat untuk Menari. "Ada waktu untuk menangis ... dan ada waktu untuk menari" (Pkh 3:4).

7) Allah Telah Menubuatkan Adanya Pemulihan dari Tarian. "... dan akan tampil dalam tari-tarian orang yang bersukaria" (Yer 31:4).

"Pada waktu itu anak-anak dara akan bersukaria menari beramai-ramai ..." (Yer 31:13).

c. PERINGATAN!!! Menari dengan cara keduniawian dapat disamakan dengan kemurtadan, penyembahan berhala, tidak bermoral dan keduniawian. (Contohnya, lihat Kel 32:19 - menari mengelilingi anak lembu emas). Setan selalu mempunyai tiruan dari segala sesuatu. Tiruan-tiruan itu hanya menunjukkan bahwa ada yang murni dan orisinil.

Fakta bahwa setan itu selalu mempunyai pengganti atau tiruan dari sesuatu bukan berarti bahwa kita tidak perlu melakukan yang murni.

7. Memainkan Alat Musik

Alat-alat musik seringkali dipakai di dalam Alkitab untuk menyatakan pujian dan penyembahan. Saat ini mereka juga mempunyai peranan yang vital di dalam penyembahan.

Kita diperintahkan untuk "Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang !" (Mzm 150:35).

a. Bermain "Di Dalam Roh". Para pemain musik yang mempersembahkan pujiannya dengan alat musiknya, harus mencari cara untuk memainkan yang sebaik-baiknya. Mereka harus berusaha untuk mencoba "bermain dengan sangat terampil" pada alat-alat musik mereka (Mzm 33:3). Ini tidak perlu berarti bahwa mereka harus benar-benar terampil. Karena pengorbanan ini bukanlah merupakan pengorbanan kemampuan manusia yang terampil.

Pengorbanan ini adalah keterampilan rohani, bukan talenta alamiah yang dimiliki orang tersebut. Keterampilan itu bukan hanya memainkan alat musik, tetapi juga menterjemahkan kehendak dari Roh. Kita menyebut hal ini "bermain di dalam Roh".

1) Permainan Daud yang Sangat Terampil pada Kecapi telah mengusir roh-roh jahat keluar dari Saul (1 Sam 16:23).

2) Pemain-pemain Musik dapat Membawa Suasana yang memudahkan seseorang untuk menggunakan karunia-karunia rohaninya.

3) Empat Ribu Pemain-pemain Musik Memuji Allah dengan alat-alat musik mereka pada hari Pentahbisan dari Bait Suci Salomo (1 Taw 23:5).

"Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dasyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan tahta ..." (Why 14:2,3). Ini menunjukkan bahwa ada alat-alat musik dan para pemain musik di Sorga.

8. Kediaman

Sama sekali berlawanan dengan suara-suara dari nyanyian, alat-alat musik dan tarian, dan sebagainya, maka ungkapan dari pujian dapat juga dilakukan di dalam keheningan: ".. ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara" (Pkh 3:7).

Janganlah takut untuk berdiam diri. Kadang-kadang Roh Kudus akan membawa suatu sidang di dalam ketenangan yang suci. Pada saat-saat ini, kediaman akan merupakan suasana yang indah dan lengkap. Saat ini seringkali memberikan kita suasana dari rasa segan dan penuh penghormatan pada Tuhan. Seseorang dapat berdiri (atau duduk) dengan diam di hadapan Allah, merenungkan, menghargai dan menyembah Dia. "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! ..." (Mzm 46:11).

9. Menangis

Menangis adalah juga merupakan suatu respon pujian kepada Allah yang baik. Tangisan itu bukanlah tangisan dari dukacita atau sakit hati, tetapi karena ucapan syukur dan rasa terima kasih. Kadang-kadang, kalau kita merenungkan akan kebesaran dan kebaikkan dari Allah, respon yang paling tepat akan kebaikkan itu adalah mengalirkan air mata dengan penuh terima kasih.

Janganlah takut untuk melakukan hal ini. Air mata disini bukanlah menandakan suatu kelemahan. Biarlah air mata itu mengalir. Reaksi kemanusiaan kita seringkali menahan keluarnya air mata.

Namun, tangisan kadang-kadang juga menyatakan kerinduan yang paling mendalam dari kemanusiaan kita ini yang tak dapat diungkapkan dengan cara apapun juga. Seringkali sikap seperti ini membawa kita pada kebebasan dan kelepasan.

Seseorang tidak seharusnya terlalu banyak membiarkan dirinya menangis, karena hal ini akan menandakan bahwa ada sesuatu yang salah di dalam dia, dan di dalam hal-hal seperti itu dia memerlukan kesembuhan batin.

Ketika Nehemia mulai membacakan dan menerangkan Firman Allah, orang-orang mulai menangis ketika mendengarnya. Nehemia membiarkan mereka menangis untuk beberapa saat, kemudian dia menghentikan tangisan mereka dan memerintahkan mereka "... pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis, ... jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan adalah kekuatanmu!" (Neh 8:11).

Terlalu banyak menangis akan melemahkan seseorang, tetapi sukacita dari Tuhan adalah sumber kekuatan.

10. Tertawa

Ada lagi satu hal yang disebut "tertawa kudus", ialah apabila keinginan untuk tertawa karena Allah itu datang ke atas seseorang.

Sikap ini bukanlah suatu respon terhadap sesuatu yang lucu yang telah dikatakan. Namun ini adalah sesuatu ekspresi dari sukacita yang begitu tinggi di dalam Tuhan, sehingga salah satu cara untuk mengungkapannya adalah lewat tertawa.

"... berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa" (Luk 6:21).

Umat Israel telah mengalami hal ini pada saat mereka kembali dari penawanan. "Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak sorai ..." (Mzm 126:2).

"Ketahuilah, Allah tidak menolak orang yang salah, ... Ia masih akan membuat mulutmu tertawa dan bibirmu bersorak-sorak" (Ayb 8:20,21).

11. Berbaris

Seringkali Allah memerintahkan umatNya untuk berbaris. Contoh yang paling jelas mungkin dapat dilihat ketika Dia memerintahkan untuk berbaris mengelilingi kota Yerikho (Yos 6:2-5). Israel berbaris untuk memberikan respon terhadap perintah Allah, dan Yehova lalu meruntuhkan tembok-tembok Yerikho.

Masih banyak lagi tembok-tembok yang jatuh karena umat Allah berbaris dalam menanggapi petunjukNya - tembok-tembok dari keangkuhan, ketidakpercayaan, ikatan rohani dan sebagainya.

Yosafat dan bala tentaranya berbaris dan menyanyi memuji Allah, dan Allah melindungi mereka dari tangan musuh mereka walaupun jumlah mereka sangat tidak seimbang (2 Taw 20:20-22).

Sekarang banyak sidang telah berbaris berkeliling dalam menanggapi bisikan dari Roh. Dengan berbaris mengelilingi bangunan gereja, tampaknya menurut pikiran manusia, sangat dungu sama seperti ketika Israel berbaris mengelilingi Yerikho. Tetapi seringkali hasilnya sangatlah dramatis.

Tembok-tembok ikatan, keangkuhan dan kepahitan telah dirobohkan. Macam dari barisan seperti ini seringkali disebut "Barisan Yerikho". Yang lain menyebutnya sebagai "barisan kemuliaan".

Mempelai Kristus juga digambarkan sebagai suatu bala tentara yang berbaris maju bersama-sama (Kid 6:4,10).

12. Bersukacita

Bersukacita di dalam Tuhan adalah cara yang lain dalam memuji Allah. Ketika Nehemia ada dihadapan raja dengan wajah yang sedih, raja segera tahu bahwa sesuatu yang dramatis telah terjadi. Nehemia berkata, "Karena aku kelihatan sedih, yang memang belum pernah terjadi di hadapan raja, bertanyalah ia kepadaku, `Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit?, engkau tentu sedih hati'" (Neh 2:2 gnb).

Nehemia menjadi sangat takut. Untuk datang kehadapan raja dengan wajah yang sedih adalah sesuatu tanda bahwa ia tidak senang melayani raja. Dan ini berarti menghina raja dan hal itu tidak dapat diterima raja. Inilah sebabnya Nehemia sangat takut. Ia cepat-cepat menerangkan alasan mengapa ia mempunyai wajah yang sedih itu, dan menerangkan bahwa tidak ada hubungannya dengan pelayanan terhadap raja.

Tak ada seorangpun yang berani datang di hadapan raja dengan wajah dan sikap yang sedih, namun banyak orang-orang Kristen datang di hadapan Raja dari segala raja dengan sikap yang sedih dan penuh keluhan. Apabila melakukan hal itu berarti kitapun menghina Allah. Inipun merupakan suatu tanda bahwa kita sama sekali tidak puas berada di bawah pemerintahanNya.

Sikap yang benar yang harus tampak pada seseorang yang berada di depan Raja adalah sikap yang penuh sukacita. Ini akan memberikan gambaran bahwa kita bersukacita dengan keadaan kita.

Kita bersyukur karena kehormatan yang diberikan kepada kita, untuk menjadi hamba-hamba dari Raja! Umat Allah seringkali diberitahu "Kamu harus bersukaria di hadapan Tuhan, Allahmu" (Ul 12:12).

Allah menunjukkan suatu tempat dimana Dia dapat bertemu dengan mereka. "Maka ke tempat yang di pilih Tuhan, Allahmu, untuk membuat namaNya diam disana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, ...Kamu harus bersukaria dihadapan Tuhan, Allahmu, kamu ini, anakmu laki-laki dan anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan ..." (Ul 12:11,12).

Itulah ketetapan dari Tuhan ialah apabila kita datang ketempat yang ditentukan buat kita untuk berjumpa dengan Dia, kita harus selalu datang dengan sukacita. Daud mengerti akan hal ini dan dia berkata "Masuklah melalui pintu gerbangNya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian ..." (Mzm 100:4).

Pada saat umat Israel merayakan Perayaan-perayaan bagi Tuhan, mereka harus bersukacita dihadapan Tuhan. "... dan kamu harus bersuka-ria dihadapan Tuhan, Allahmu ..." (Im 23:40).

Bersukacita adalah suatu cara untuk mengungkapkan ucapan syukur dan pujian. Apabila kita memberikan suatu pemberian kepada seseorang, sukacitanya menunjukkan hatinya yang senang menerima dan penghargaan mereka pada kita.

Begitu pula, apabila kita bersukacita di hadapan Allah, kita mengungkapkan sukacita kita di dalam Dia dan penghargaan kita terhadapNya. Sangat disayangkan karena banyaknya gereja yang masih berpegang pada pendapat bahwa penghargaan kepada Tuhan adalah suasana hikmat, hening dan gentar, kesungguhan dan kesadaran.

Tampaknya mereka merasa bahwa mengungkapkan sukacita dan kegembiraan adalah sikap tidak hormat pada Tuhan. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat menyimpang dari kebenaran.

Orang-orang Kristen harus merupakan umat yang paling bersukacita dalam suatu masyarakat, dan sukacita mereka harus menjadi nyata pada setiap orang. Kebaktian-kebaktian di gereja seharusnya menjadi suatu perayaan. Maka kebaktian itu akan menarik banyak orang untuk datang, karena hal itu akan menyinarkan sifat dari Allah yang setia.

Sebaliknya, banyak gereja-gereja modern yang sering kali membuat orang lain tidak menyukai karena suasana yang dingin dan kelesuannya. Mereka terlalu bersungguh-sungguh dan tidak bersemangat. Suasananya begitu kaku dan terlalu tertib. Orang-orang bersikap pura-pura agamawi dan dibuat-buat. Tidak demikian seharusnya. Marilah kita kembali pada roh sukacita di hadapan Allah.

Ada banyak macam cara agar kita dapat mengungkapkan rasa sukacita kita. Dengan menyanyikan lagu-lagu yang bergembira dan bukan lagi lagu-lagu yang penuh dengan kesedihan, itu adalah satu cara. Cara yang lain adalah mengangkat tangan, bertepuk tangan dan menari.

Bersukacita didalam Tuhan dapat menyebabkan kita merasa lebih santai dihadapan hadirat Allah. Kita tidak usah bersikap terlalu resmi tapi apa adanya! Dunia sudah merupakan tempat yang cukup sedih tanpa menambahkan kesedihan kita di dalamnya. Marilah kita berusaha untuk menambahkan suasana sukacita, karena kita adalah terang dunia.

Di dalam Perjanjian Baru, kata Yunani dari "agalliao" (telah kita diskusikan sebelumnya - lihat "menari") diterjemahkan "bersukaria!". Ini secara harafiah berarti `melompat karena sukacita', untuk bersukaria dengan sangat, untuk bergembira dengan sangat.

Ini adalah ungkapan rasa sukacita dengan bebas dan tanpa merasa terkekang, secara spontan dan penuh dengan ekspresi begitu bebas sehingga dapat menyebabkan kita meloncat-loncat karena sukacita, dengan kegembiraan seorang anak kecil.

D. RINGKASAN

Ingatlah bahwa ungkapan-ungkapan pujian ini akan berharga hanya apabila ungkapan pujian itu keluar dari hati kita.

Apabila kita hanya melakukan gerakan-gerakan saja, seperti robot-robot yang digerakkan secara mekanik, maka itu tidak bisa dikatakan pujian. Gerakan-gerakan itu hanyalah suatu alat saja untuk menyatakan kekaguman, ucapan syukur dan penghargaan yang di dalam kita.

Bab 5
Mempersembahkan Korban Pujian

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan namaNya" (Ibr 13:15).

A. APAKAH KORBAN PUJIAN ITU?

Ada perbedaan yang jelas antara memuji Allah dan mempersembahkan "korban pujian".

Untuk seorang anak Allah yang mempunyai hubungan baik dengan Bapanya, biasanya pujian itu merupakan sesuatu yang dapat mengalir dengan mudahnya. Kita mempunyai begitu banyak alasan untuk dapat kita pujikan, sehingga apabila kita memikirkan Dia, secara spontan pujian akan mengalir dari hati kita.

Biasanya pujian itu juga mengandung ucapan syukur, dan kita melayani Allah lewat pujian untuk semua berkat dan keuntungan serta kebaikan yang telah diberikanNya di dalam kehidupan kita.

"Korban pujian" adalah hal yang berbeda. Kadang-kadang korban pujian itu tidak dapat mengalir begitu saja dengan mudah dan spontan. Pujian ini tidak kita berikan karena segala sesuatu berjalan dengan begitu baik dan kita merasa bahagia serta diberkati. Korban pujian adalah sesuatu yang kita persembahkan pada Allah pada saat kita sepertinya tidak bisa memuji Dia.

Semua rasanya serba salah. Dunia ini rasanya sedang runtuh. Pada keadaan-keadaan ini kita memuji Allah, bukan karena keadaan kita yang baik, tetapi sebaliknya kita memuji tanpa melihat keadaan sekeliling kita.

Pujian kita bukannya naik karena kita merasa senang dan memberikannya sebagai ungkapan perasaan kita yang berbahagia. Pada situasi seperti ini, kita memuji Allah dengan iman. Kita memuji Dia dalam ketaatan atau karena taat. Kita memuji Dia, karena siapa Dia dan tidak semata karena apa yang telah dilakukanNya pada kita.

Pujian semacam ini tidak datang dengan mudah. Pujian ini bukanlah sesuatu yang murahan. Tetapi suatu hal dimana kita harus membayar dengan harga yang mahal. Tetapi hal itu memberikan sukacita yang khusus didalam hati Bapa, dan Dia senang menerima korban pujian ini.

1. Merupakan Pujian yang Terus Menerus

Daud mengenal/mengetahui ini. Dia mengatakan, "Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepadaNya tetap didalam mulutku" (Mzm 34:2).

Pujian semacam ini bukan pujian yang datang sewaktu-waktu dan tidak pasti. Pujian ini tidak lahir hanya pada "cuaca yang baik". Juga bukan sesuatu yang murahan, sembarangan dan tidak berharga apa-apa.

Pujian ini bukan didasarkan atas perasaan atau sentimental. Bukanlah hal yang dangkal dan kosong. Tetapi sesuatu yang konsisten. Yang dipersembahkan pada Allah secara terus menerus; pada masa yang baik, dan dimasa yang buruk; ketika segala sesuatu tampak indah, ataupun ketika tak ada satupun yang berjalan baik.

Kita memuji pada saat-saat ketika "Tuhan memberi" dan juga pada saat "Tuhan mengambilnya kembali". Pada saat demikian kita diberi kemampuan berkata, "... terpujilah nama Tuhan" (Ayb 1:21).

Itulah pujian yang benar pada Allah apabila seorang bayi mati, dan kita tidak mengerti mengapa.

Itu adalah pujian yang benar pada Allah apabila penyakit datang menimpa dan dokter mengatakan tidak ada harapan lagi.

Itu adalah pujian yang benar ketika anda kehilangan pekerjaan anda, dan anda berada bermil-mil jauhnya dari mana-mana, tanpa sebuah dongkrak, dan ban mobil anda bocor.

Justru pada saat seperti ketika langit tampaknya seperti baja. Allah tampaknya berada beribu-ribu mil jauhnya. Doa-doa anda sepertinya tidak didengar, atau paling tidak terjawab.

Sungguh benar-benar baru dapat dirasakan suatu pujian yang anda korbankan pada Allah apabila anda harus membayar mahal ketika melakukannya. Perasaan anda secara alami menentangnya. Teman-teman anda mematahkan semangat anda. Hati anda terasa begitu berat; dan tidak ada sumber kehidupan (air mata) dalam kehidupan anda.

Iblis berkata, "Untuk apa sebenarnya anda memuji Allah?" Dia berkata, "Tak seorang pun dapat diharapakan untuk memuji Allah pada saat-saat seperti itu. Bahkan Allah sendiri tidak mengharapkan anda untuk melakukannya. Itu namanya fanatik". Namun, anda tahu jauh di lubuk hati anda bahwa Allah layak untuk dipuji-puji. Anda mengetahui bahwa Dia tetap berada di atas tahtaNya. Dia tetap yang Mahakuasa, Allah dari semesta alam. Dia tidak berubah didalam bidang apapun. Dia sama, kemarin, sekarang dan selamanya. Pujilah namaNya yang indah!

2. Pujian yang Dapat Didengar

Itulah buah bibir kita. Bibir kita dapat menghasilkan kata-kata. Dan kata-kata itu dapat membantu kita untuk mengungkapkan perasaan kita.

Karena itu korban pujian adalah sesuatu yang kita ucapkan.

Sesuatu yang kita utarakan

Setan dapat mendengarnya

Orang-orang lain dapat mendengarkannya

Kita dapat mendengarkannya sendiri.

Dan, yang paling penting, Allah dapat mendengarnya

Korban pujianlah yang Paulus dan Silas persembahkan pada Allah pada tengah malam, ketika mereka terikat erat di dalam penjara di bawah tanah (Kis 16:25).

Mereka telah dibuang di dalam penjara karena berbicara tentang Yesus. Mereka bukanlah penjahat. Mereka tidak melakukan kejahatan-kejahatan yang sadis. Mereka sedang mengabarkan berita Injil KerajaanNya, dan karena itu mereka dibuang ke dalam penjara.

Mereka telah di rajam sehingga berbilur-bilur. Punggung mereka penuh dengan luka-luka terbuka dan berdarah. Mereka luka parah. Dan luka-lukanya itu sangat berat. Setiap urat syaraf tubuhnya seolah-olah berteriak kuat-kuat. Setiap inci dari punggungnya begitu sakit rasanya. Kedua tangan dan kakinya dirantai pada dinding. Mereka tak dapat meletakkan dirinya dengan nyaman, bagaimanapun mereka berusaha.

Saat itu tengah malam. Saat roh manusia datang sedang berada di dalam istirahatnya; saat dimana roh mereka berada dalam keadaan tertekan dan putus asa. Saat secara manusia tak mungkin akan merasa ingin memuji Allah.

Tetapi pada tengah malam itu, mereka mulai menyanyi memuji Allah. Mereka membuka mulut-mulut mereka dan mulai mengeluarkan pujian-pujian pada Tuhan. Betapa hal ini sangat menyenangkan hati Allah. Di sana ada dua hambaNya, menanggung malu, menderita sakit dan putus asa demi NamaNya. Mereka disekap di dalam penjara karena mereka telah melakukan apa yang Allah minta untuk mereka lakukan.

Apakah mereka akan mengutuk Allah? Apakah mereka akan menyangkal Dia? Apakah mereka akan mengatakan, "Apakah yang dulu kita pikirkan, sehingga membuat kita masuk ke dalam kemelut ini?" Apakah mereka akan menyalahkan Dia, dengan berkata, "Sesungguhnya kami tidak akan masuk ke dalam kesulitan ini, andaikan tidak untuk Allah". Tidak! Seribu kali tidak!

Mereka mulai menyanyikan pujian bagi Tuhan. Di tengah malam, ketika segala sesuatu tampak begitu gelap dan mengecewakan.

Tiba-tiba dinding dari penjara itu mulai bergetar. Rantai-rantai mereka mulai terlepas.

Saya senang membayangkan bagaimana perasaan Tuhan ketika mendengar pujian mereka di tengah malam, Dia begitu tergetar hatiNya sehingga Dia turun ke penjara itu dan berada bersama mereka dan berteriak "Halleluyah!" begitu kerasnya sehingga tembok-tembok dari penjara itu mulai bergetar!

Kedua orang tersebut sedang mempersembahkan korban pujian. Mereka memuji Allah walaupun keadaan mereka sangat menyedihkan. Mereka seolah-olah memanjat tempat yang paling tinggi dalam keadaan mereka dan berteriak "Bagaimanapun juga kemuliaan bagi Allah!"

Ada banyak orang-orang kudus dari Allah di seluruh dunia ini yang masih juga mempersembahkan korban pujian semacam itu. Dari sel-sel di penjara di banyak tempat di muka bumi, dimana orang-orang kudus Allah menderita karena kesaksiannya tentang Yesus, mereka sedang mempersembahkan korban-korban pujian mereka kepada Allah.

3. Semua itu Hanya dapat Dilakukan Melalui Yesus

"Karena itu oleh Dia, marilah kita mempersembahkan ..." Hanya Yesus yang dapat memungkinkan persembahan seperti yang terjadi. Itulah sebabnya Kristus telah dipermuliakan dengan begitu indah saat melakukan hal ini.

Allah Bapa mengetahui sepenuhnya bahwa tak ada seorangpun dapat mempersembahkan korban pujian dan ucapan syukur pada situasi seperti ini kecuali Tuhan menolong dia. Karena itu Allah melihat keajaiban dari PuteraNya di dalam persembahan ini. Kasih karunia dari PuteraNyalah yang telah menyelesaikan mujizat ini.

Mungkin ada seorang yang dahulunya telah mengutuk Allah pada situasi seperti ini; tetapi sekarang, karena kemenangan dari kemurahan Allah dalam kehidupanNya, sekarang dia benar-benar menaikkan ucapan syukur dan pujian pada Allah. Dia berkata, "Saya tak mengerti kenapa semua ini terjadi, Tuhan, tetapi saya memuji Engkau selalu", "Saya tak dapat mengerti kenapa semua ini terjadi atas keluarga saya dan saya; Saya tak dapat memahami alasannya dan membayangkan tujuannya, tetapi saya memuji Engkau selalu".

Setiap kali korban itu dipersembahkan, Yesus Kristus dimuliakan!

4. Hal itu Merupakan Ucapan Syukur Terhadap NamaNya

Allah ingin membawa kita ke suatu tempat dimana kita dapat sungguh-sungguh "mengucapkan syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" (Ef 5:20).

Perhatikanlah bahwa pemberian ucapan syukur kepada Allah Bapa ini UNTUK segala sesuatu. Ini sangat sulit sekali. Kita dapat melakukan hal ini hanya kalau kita benar-benar mempercayai akan besarnya kekuasaan Allah, apabila kita benar-benar ".. tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam SEGALA sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" (Rm 8:28).

B. BAGAIMANA MEMPERSEMBAHKAN KORBAN PUJIAN

1. Tentukan Sebelumnya Bahwa Anda Akan Memuji Allah

Lakukanlah hal ini di setiap waktu dan disetiap situasi.

2. Mulailah Melakukan Itu Sekarang Juga

Memuji Allah setiap hari dan sepanjang hari. Tidak perduli apa yang akan terjadi dalam hari anda, pujilah Allah di dalamNya, untuk itu dan melalui itu. Biasakanlah kebiasaan baik dari memuji Allah ini terus menerus.

3. Apakah Anda Menemuhi Kesusahan, atau Kesulitan, Perintahkanlah Dirimu Sendiri untuk Memuji Tuhan

Daud berkata, "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya" (Mzm 50:23). (Terjemahan bebas: "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang dapat mengatur percakapannya dengan benar, Aku akan menunjukkan keselamatan yang dari Allah"). Perintahkanlah dirimu sendiri untuk memuji Allah pada saat situasi yang sulit ini, dan Allah akan menyediakan jalan untuk membebaskan anda.

4. Mulailah Melakukannya dengan Iman

Ucapkanlah kata-kata pujian. Berikanlah nyanyian ucapan syukurmu pada Allah dengan iman, walaupun anda tidak mengerti mengapa anda harus bersyukur kepadaNya. Mulailah untuk memuji Dia karena Dia menyediakan kelepasan bagi anda. Saat itu mungkin anda belum dapat melihat jalan itu. Anda tidak mengetahui bagaimana cara Allah melepaskan anda, tetapi anda tetap bersyukur kepadaNya dan memuji Dia senantiasa. Anda telah berada didalam kemenangan.

5. Sekali Anda Telah Memulai, Teruskanlah Untuk Memuji Dia

Biarkanlah pujian anda naik makin tinggi dan makin tinggi. Biarlah Roh dari pujian itu benar-benar menguasai anda. Teriakkanlah pujian bagi Allah. Nyanyilah bagi Dia. Menarilah dihadapanNya. Muliakanlah Dia dan besarkanlah NamaNya. Dia akan membuat jalan keselamatan bagi anda.

Bab 6
Arti Dari Pujian Dan Penyembahan

A. APAKAH PENYEMBAHAN ITU?

Memuji adalah berbicara yang baik, tentang orang tersebut, mengungkapkan kekaguman padaNya, untuk memberi penghargaan, untuk memberi pujaan, dan memberi ucapan selamat, untuk bertepuk tangan untuk memuji Dia, memberi kata-kata pujian bagiNya dan untuk meninggikanNya.

Penyembahan adalah pengungkapan rasa memberikan penghargaan dengan rasa gentar. Memiliki rasa segan dan takut di hadapanNya. Untuk tunduk serendah-rendahnya di depan orang yang kita sembah. Untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepadaNya.

Menyembah adalah bentuk yang paling tinggi dari memuji, biasanya kita menaikkan pujian itu dengan kata-kata pujian kemudian masuk ke dalam penyembahan.

Kata `worship' diambil dari kata Inggris kuno "WORTHSHIP" - ialah menaikkan nilai, dan memberi tanggapan yang cocok atau yang benar untuk sesuatu kelayakan.

1. Penyembahan adalah Suatu Sikap

Penyembahan adalah suatu sikap yang pertama dari hati. Merupakan suatu keadaan yang penuh kegentaran dari hati manusia kepada Penciptanya.

Dimulai dari yang terdalam, yang sedang merenungkan kebesaran dan kelayakan dari Allah. Merupakan suatu pemujaan dan suatu yang memuliakan Allah. Suatu perasaan yang mendalam dari takut yang disertai keseganan dan penghargaan untuk Sang Mahakuasa.

2. Sesuatu yang Mengalir dengan Limpah

Kedua, pujian dan penyembahan adalah suatu yang MENGALIR DAN MELIMPAH pada pikiran-pikiran dan emosi-emosi. Pujian dan penyembahan itu perlu untuk dipompa, atau dipaksa keluar. Seperti cawan dari Daud, seharusnya hati kita itu "melimpah dengan sukacita" (Mzm 23:5).

3. Suatu yang Dicurahkan

Ketiga, hal itu seperti yang DICURAHKAN dari jiwa kita dalam ungkapan rasa kegentaran, keseganan, pemujaan dan memuliakan Tuhan.

B. AYAT-AYAT ALKITAB YANG PERTAMA TENTANG PENYEMBAHAN

Salah satu dasar penafsiran alkitabiah adalah "Hukum Pertama Sekali Disebutkan". Pokok bahasan apapun yang disebutkan pertama kali dalam Alkitab akan memberikan suatu pernyataan yang jelas tentang arti dan makna dari hal tersebut apabila hal itu (pokok bahasan itu) muncul lagi dalam Alkitab. Ini merupakan kunci untuk mengerti tentang suatu pokok itu di dalam seluruh Alkitab.

Kata menyembah pertama kali tampak dalam Kejadian 22:5. Abraham sedang berbicara dengan dua orang laki-laki yang menemani dia dan Ishak ke gunung Muria: "... Aku beserta anak ini ke sana kami akan berdoa (terjemahan bebas: kami akan menyembah)". Kata yang dipakai disini adalah SHACHAH (baca Shaw-kaw), yang berarti "tersungkur dalam kerendahan diri dihadapan keagungan Allah"; tunduk merendah, merangkak, atau terjatuh di dalam penyembahan.

Marilah kita melihat akan apa yang dilakukan Abraham ketika dia menyembah. Kata menyembah yang pertama kali disebut disini memberi kita banyak sekali pelajaran.

1. Allah Memerintahkan Abraham untuk Pergi dan Menyembah

Memuji dan menyembah bukanlah suatu pilihan yang dapat kita tentukan yang mana dapat kita lakukan atau mana yang tidak dapat kita lakukan tergantung dari keinginan kita. Ini adalah pemerintah dari Allah.

Ketika Alkitab berkata, "PUJILAH TUHAN", ini bukanlah suatu usul atau suatu permintaan; ini adalah suatu perintah. Tidak ada perkecualian yang dibuat. Setiap anak Allah haruslah seorang pemuji dan penyembah Allah.

2. Tanggapan Abraham adalah Salah Satu Tanda dari Ketaatannya

Ketaatan ini sangat penting di dalam hubungan perjanjian dengan Allah. Allah dan dia telah terikat dalam satu perjanjian, yang menuntut Abraham harus tunduk dengan mutlak dan menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah.

Saat itu Allah sedang menguji kesungguhan dan kejujuran dari penyerahan Abraham. Dia sedang menuntut pengorbanan dari segala sesuatu yang bagi Abraham merupakan sesuatu yang sangat berharga: yaitu Ishak putera perjanjian.

3. Tindakan Penyembahan adalah Sesuatu yang Sangat Berharga

Tindakan penyembahan Abraham merupakan penyembahan yang paling bagus, paling tinggi dan paling mahal.

Pengorbanan itu sungguh-sungguh merupakan "korban pujian" (Ibr 13:15). Kehidupan yang penuh penyembahan menuntut segala sesuatu keadaan kita dan segala sesuatu yang kita miliki (Rm 12:1,2). Harus ada penyerahan mutlak, penyerahan seluruhnya ada di seluruh keberadaan kita pada Allah, agar kita menjadi seorang penyembah yang benar. Daud juga mengerti prinsip ini dan berkata, "sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada Tuhan, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa" (2 Sam 24:24 pph).

4. Tindakan dari Penyembahan ini adalah Tindakan Iman

Setiap tindakan yang diambil oleh Abraham hari itu adalah tindakan iman. Ketika dia berjalan mendaki Gunung Muria, mengetahui bahwa Allah telah menuntut suatu persembahan dari putera yang sangat dikasihinya itu, dia mengetahui, dengan iman, walau bagaimanapun juga dia dan Ishak harus kembali bersama-sama (Kej 22:5).

5. Penyerahan Diri Sendiri

Abraham tidak hanya menyiapkan untuk mengorbankan Ishak, ia juga harus mengorbankan semua rencananya sendiri pada Allah, keinginannya, cita-citanya dan pengharapannya untuk masa depan. Masa depannya telah terikat erat-erat pada anaknya.

Putera itu adalah putera yang dijanjikan Allah pada dia dan melalui putera itu semua janji-janji dari Allah itu akan dipenuhi. Untuk menyerahkan dia di dalam ketaatan adalah menyerahkan semua prospek yang diinginkan, yang diharapkannya untuk terpenuhi. Ini berarti dia menyerahkan dirinya sendiri.

Kita tidak akan pernah memasuki penyembahan yang benar sampai ada penyerahan yang penuh dari "diri" kita sendiri kepada Allah. Keinginan kita sendiri selalu menghalang-halangi jalan dari penyembahan itu. Karena itu kita harus menyerahkan diri kita sepenuhnya kepada Allah.

6. Pujian Memuliakan Allah

Tindakan Abraham dari penyembahan itu begitu mahal, dan hal itu telah memuliakan Allah. Betapa besar dan mulianya seseorang yang akan diberi korban persembahan oleh Abraham yang merupakan putera yang paling dikasihinya itu, yang dengan sukarela dipersembahkan di dalam ketaatan dan iman. Allah berkata, "Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku ..." (Mzm 50:23). Setiap tindakan yang benar dari penyembahan memuliakan Allah.

7. Para Penyembahan Juga Diberkati

Jawaban Allah atas tindakan Abraham menunjukkan berkenanNya Dia dan juga keinginanNya untuk memberkati setiap penyembah: "... Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu, maka Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan membuat keturunanmu sangat banyak seperti binatang di langit dan seperti pasir di tepi laut, dan keturunanmu itu akan menduduki kota-kota musuhnya. ... karena engkau mendengarkan firmanKu" (Kej 22:16-18).

Kisah dari Maria yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak yang berharga (Yoh 12:3) adalah suatu jenis penyembahan yang sangat indah. Yohanes memberi tahu kita bahwa selanjutnya dia "... lalu meminyaki kaki Yesus dan membasuhnya dengan rambutnya ...".

Bayangkan betapa harum bau itu yang kemudian ada di rambutnya. Kemanapun dia pergi, orang akan mencium bau harum tersebut.

Itu pula yang terjadi dengan para penyembah. Hidup mereka membawa bau yang harum ke manapun mereka pergi. Bau harum itu adalah hadirat dari Tuhan!

C. PENYEMBAHAN YANG DIGAMBARKAN DI DALAM TABERNAKEL

Prinsip selanjutnya dari tafsiran Alkitab dari "hukum tentang banyaknya suatu hal itu disebutkan". Prinsip ini mengatakan bahwa banyaknya suatu hal tertentu itu disebutkan, menunjukkan betapa pentingnya hal tersebut. Coba bayangkan betapa banyaknya uraian di Alkitab yang diberikan untuk menggambarkan Tabernakel. Ada lima puluh pasal di dalam seluruh Alkitab yang telah diberikan untuk menggambarkan hal tersebut:

Keluaran 15 pasal
Imamat 18 pasal
Bilangan 13 pasal
Ulangan 2 pasal
Ibrani 2 pasal

Hal ini membuat kita menyadari betapa pentingnya Tabernakel itu.

1. Alamiah yang Vital dari Menyembah

Karena tujuan utama dari Tabernakel adalah menyembah pada Allah, kita melihat disini bahwa Allah sedang menunjukkan pada kita keadaan nyata yang sangat vital dari penyembahan dan amat besarnya kepentingan untuk melakukannya.

Alat yang pertama dari alat-alat Tabernakel yang digambarkan Allah (Kel 25:22) adalah Peti Perjanjian. Tutup dari Peti ini disebut tutupan grafirat. Allah berkata, "... disanalah Aku akan bertemu dengan engkau, dan dari atas tutup perdamaian itu ..." Ruangan itu (Ruangan Mahasuci) di mana peti itu diletakkan, di sanalah Allah ingin bertemu dan bersekutu dengan manusia secara pribadi. Tempat itu adalah tempat penyembahan.

Di dalam susunan dari Perjanjian Lama, hak yang istimewa yang agung ini telah diberikan hanya bagi Imam Besar saja, dan bahwa hanya satu hari saja dalam satu tahun, yaitu di Hari Perdamaian. Betapa berbahagianya kita, di bawah Perjanjian Baru, yang mempunyai hak istimewa untuk memuji Allah secara terus menerus melalui darah dari Kristus.

Dasar dari pengajaran ini yang ditujukan dalam Tabernakel untuk kita orang-orang Kristen adalah tetap dalam hal penyembahan. Allah telah membawa umatNya keluar dari mesir dengan tangan yang kuat dan perkasa (Kel 32:11).

Begitu kebebasan mereka dari Mesir telah selesai, hal yang pertama yang harus Dia lakukan adalah menugaskan Musa untuk menjadikan Tabernakel atau Kemah Allah. Kerinduan Allah yang pertama, setelah pembebasan kita dari Mesir (dosa dan ikatan-ikatannya), adalah untuk memajukan kita didalam pelayanan penyembahan.

2. Aturan dan Peningkatan Penyembahan

Tabernakel mengajar kita tentang susunan dan jalannya penyembahan. Ketika mereka memasuki pelataran dari Tabernakel, benda pertama yang kita lihat adalah mezbah korban bakaran. Di sinilah dosa dan kesalahan kita telah diampuni oleh Allah.

Selanjutnya alat yang kedua adalah kolam pembasuhan yang terbuat dari tembaga, yaitu suatu tempat untuk pembersihan melewati air dari Firman. Orang-orang yang mau menjadi seorang penyembah harus datang melewati dua pengalaman ini sebelum mencapai tirai dari ruangan suci atau pintu kemah.

Di dalam tempat yang kudus berdirilah meja roti pertunjukkan, pelita emas yang bercabang tujuh dan mezbah dupa yang terbuat dari emas - semuanya itu mempunyai makna yang mendalam di dalam pengajaran dari penyembahan.

Akhirnya, ada Ruangan Mahasuci, tempat yang paling suci dan yang paling hikmat merupakan tempat pertemuan yang menandakan bentuk-bentuk yang paling tinggi dan paling murni dari pujian dan penyembahan. Di tempat inilah Roh Kudus ingin membawa kita.

Ada jalan yang pasti di dalam mempelajari cara-cara untuk menyembah. Allah ingin membawa kita melewati semua fase-fase ini, sehingga akhirnya kita dapat memasuki tempat penyembahan yang paling kudus, yaitu tempat dibalik tirai bersama dengan Dia.

Bab 7
Musik Dalam Pujian
Dan Penyembahan

A. MUSIK SANGAT PENTING DI DALAM PENYEMBAHAN

Musik selalu memainkan peranan yang penting di dalam penyembahan kepada Allah. Apabila kita mundur ke belakang pada permulaan Penciptaan :

"Pada waktu bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah bersorak-sorai" (Ayb 38:7).

Musik Ibrani pada saat ini adalah suara vokal. Pada saat itu hanya sedikit sekali alat musik di dalam sejarah mereka. Suara-suara dari manusia adalah suara yang paling bisa digunakan dan merupakan alat musik yang paling disukai untuk membuat suara musik.

Secara alkitabiah musik yang pertama kali disebutkan dan dinyanyikan ada di dalam Kejadian 31:27, dan ini dihubungkan dengan ungkapan sukacita. Penyembahan di dalam nyanyian yang pertama disebutkan dalam Keluaran 15:1, Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian bagi Tuhan. Di dalam ayat 20,21 Miryam dan semua perempuan, memukul rebana serta menari-nari, membalas nyanyian dari Musa.

Penggalian sumur di Beer dirayakan dengan nyanyian (Bil 21:17,18).

Debora dan Barak memperingati kemenangannya dengan nyanyian (Hak 5:1-13).

Para wanita dari Israel merayakan kemenangan Daud atas Goliat dengan nyanyian (1 Sam 18:6,7).

Empat ribu Imam-imam memuji Tuhan dengan alat-alat musik (1 Taw 23:5) ketika Salomo dilantik menjadi raja atas Israel.

"Tujuh hari lamanya orang Israel ... merayakan Roti Tidak Beragi dengan kesukaan yang besar, sedang orang-orang Lewi dan para imam setiap hari menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan dengan sekuat tenaga" (2 Taw 30:21).

"Daud memerintahkan para kepala orang Lewi itu, supaya mereka menyuruh saudara-saudara sepuak mereka, yakni para penyanyi, dengan membawa alat-alat musik seperti gambus, kecapi dan ceracap, untuk memperdengarkan dengan nyaring lagu-lagu gembira" (1 Taw 15:16).

Jelas, bahwa musik dan nyanyian adalah integral yang mutlak untuk memuji dan menyembah Tuhan. Ini digambarkan diseluruh Alkitab, dari Kejadian sampai Wahyu. Dan itu juga yang diperlukan hari ini. Adalah hal yang sangat vital, mulia dan positif untuk mengungkapkan pujian pada Allah.

B. SETAN MENGGUNAKAN MUSIK

Adalah juga merupakan hal yang benar bahwa Setan juga menggunakan musik dengan cara yang sangat jitu untuk mencapai maksud-maksudnya. Sebelum kejatuhannya, Lucifer adalah pemimpin bagian musik. Yehezkiel 28:13 mengatakan kepada kita bahwa "Engkau di taman Eden, yaitu taman Allah penuh segala batu permata yang berharga: yaspis merah, krisolit dan yaspis hijau, permata pirus, krisopras dan nefrit, lazurit, batu darah dan malakit. Tempat tatahannya terbuat dari emas dan disediakan pada hari penciptaanmu". (Terjemahan bebas: "... karya dari orang yang pandai dari tabret dan pipa-pipa yang disiapkan bagimu pada hari engkau diciptakan yang menggambarkan alat-alat musik"). Lucifer adalah ahli musik. Sebenarnya dia dimaksudkan untuk memakai karunia ini untuk kemuliaan Allah. Tetapi karena dia berontak melawan Yehova dan dia dilempar keluar dari Sorga, dia menyalahgunakan pemberian itu dan mulai memakainya untuk hal-hal yang jahat bukan hal-hal yang baik. Dia melakukannya secara sangat jitu sampai saat ini.

Keturunan Kainlah yang menemukan alat-alat musik dan alat-alat untuk berperang (Kej 4:21,22).

Ketika Musa kembali dari pertemuannya dengan Allah di gunung, dia menemukan bahwa orang-orang Israel telah murtad dan kembali kepada penyembahan berhala. Mereka menari dan menyanyi di sekeliling lembu emas. Suara dari musiknya telah begitu mengganggu telinga dari Musa sehingga dia tidak dapat dengan segera membedakan makna dari suara-suara tersebut.

Musik yang kacau ini merupakan tanda dari Setan - dia adalah pencipta kekacauan. Begitu banyak musik-musik yang modern dipenuhi dengan kekacauan. Suara itu sangat mengganggu dan menyesatkan orang-orang.

Musik-musik ilahi adalah sama sekali kebalikannya dan juga memberikan pengaruh yang sebaliknya. Musik itu lebih banyak menenangkan daripada mengacaukan. Musik Daud yang diurapi telah menyembuhkan kegilaan dari raja Saul. "Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu mundur dari padanya" (1 Sam 16:23).

Musik dari Allah dapat menggetarkan hati kita, tetapi tidak pernah menyebabkan emosi kita itu lepas kendali. Musik itu akan menguatkan kita, bukannya menghancurkan kita.

Nebukadnezar, Raja dari Babel itu, menggunakan berbagai jenis alat musik untuk memberikan pengaruh pada saat melakukan penyembahan dari patung emas yang telah didirikan (Dan 3:5-7). Herodes terpengaruh musik dan tarian yang cabul dari Salomo dan dengan bodohnya telah memerintahkan pemenggalan kepala dari Yohanes Pembaptis (Mat 14:6-10).

Musik dari Babel yang diinsprasikan oleh setan akhirnya akan hancur apabila kota Babel itu diruntuhkan. Suara musiknya tidak akan lagi terdengar (Why 18:22).

C. MUSIK DAPAT MEMBERIKAN KITA INSPIRASI UNTUK MENYEMBAH ALLAH

Roh Kudus dapat juga memakai musik untuk kemuliaan Allah dan membangun orang-orang.

Kita perhatikan diatas bagaimana pengaruh kesembuhan yang kuat ada pada musik yang diurapi itu terhadap Saul (1 Sam 16:23).

Daud telah diurapi oleh Allah. Dia adalah seorang pemain musik yang terampil, seorang pengarang lagu berbakat dan penyanyi yang merdu. Ketika dia memainkan alat musiknya dan menyanyi di bawah urapan Roh, maka roh jahat pergi dari Saul. Saul disegarkan. Dia sembuh.

Ketika Yosafat memerlukan seorang nabi pada saat krisis nasional, dia memanggil Elisa. Nabi Elisa memanggil seorang pemusik.

"... Pada waktu pemetik kecapi itu bermain kecapi, maka kekuasaan Tuhan meliputi dia. Kemudian berkatalah dia, `beginilah firman Tuhan ..." (2 Raj 3:11,15,16). Musik menolong menciptakan suasana sehingga karunia nubuatan dapat bekerja.

Raja Daud menunjuk empat ribu orang untuk bernubuat dengan diiringi kecapi, gambus dan ceracap (1 Taw 25:1).

Baru ketika Israel menjadi tawanan di Babel mereka berhenti menyanyi dan bermain musik. Musik mereka yang diurapi itu berhenti dan mereka menggantungkan kecapi-kecapi mereka pada pohon-pohon gandarusa (Mzm 137).

Ketika penjajah-penjajah di Babel itu memaksa mereka untuk menyanyi, mereka menjawab, "Bagaimana kami dapat menyanyikan nyanyian Tuhan di dalam negeri asing ini?"

Setelah mereka selesai ditawan, selama tujuh puluh tahun, mereka kembali kerumah dengan nyanyian sukacita dan tertawa. Ada pujian pada bibir mereka (Mzm 126:1,2).

Hanya apabila gereja berada dalam penawanan rohani maka musiknya yang penuh urapan itu berhenti. Apabila penawanan itu dipatahkan dan umat Allah dibebaskan kembali, musik, nyanyian, pujian, tarian dan tertawa juga pulih di dalam gereja.

D. MUSIK DAN NYANYIAN DI DALAM PERJANJIAN BARU

  1. Para Murid Menyanyikan Nyanyian Pujian Bersama-sama (Mat 26:30; Mrk 14:26).
  2. Paulus dan Silas Menyanyikan Puji-pujian Kepada Allah (Kis 16:25).
  3. Rasul Paulus Memerintahkan Gereja Di Dalam Nyanyian Yang Diurapi.

Mereka harus menyanyi:

a. MAZMUR: Mazmur yang sesuai dengan musik.

b. PUJI-PUJIAN: Nyanyian untuk memuji Allah.

c. NYANYIAN-NYANYIAN ROHANI: Nyanyian-nyanyian spontan yang langsung diberikan oleh Roh.

Nyanyian-nyanyian dari Gereja yang pertama adalah pujian-pujian bagi Tuhan. Tujuan mereka yang terutama di dalam menyanyi adalah untuk memuji dan membesarkan Allah. Mereka tidak menyanyi untuk memberi pengaruh atau untuk menghibur. Nyanyian mereka bukanlah berpusat pada manusia. Nyanyian itu ditujukan pada Allah dan hanya untuk menyenangkanNya.

E. BAGAIMANA MENDAPATKAN PELAYANAN DARI MUSIK YANG DIURAPI

Nyanyian dan musik yang diurapi dan ditujukan pada Allah dalam pujian dan penyembahan ini, sangat jarang di Gereja saat ini. Tetapi Allah sedang memulihkan pelayanan ini pada umatNya.

Di bawah ini ada beberapa saran untuk menolong anda agar anda dapat membawa sesama orang beriman ke dalam pelayanan dari musik yang diurapi di dalam memuji Allah.

1. Mulailah Setiap Kebaktian dengan Ucapan Syukur dan Pujian Lewat Nyanyian

"Masuklah melalui pintu gerbangNya dengan nyanyian syukur ke dalam pelataranNya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepadaNya dan pujilah namaNya!" (Mzm 100:4).

2. Mintalah Pada Roh Kudus untuk Memilihkan Nyanyian atau Pujian yang Cocok

Allah mempunyai sebuah tema dan sebuah pesan untuk setiap kebaktian. Sering kali nyanyian yang cocok itu akan sama dengan temaNya.

3. Janganlah Takut untuk Menyanyi Nyanyian itu Lebih dari Satu Kali --

atau menyanyikan bagian dari nyanyian itu yang secara khusus tampaknya mendapatkan urapan dan mengandung berkat.

4. Nasehatilah Orang-orang untuk Benar-benar "Menyanyi Bagi Tuhan"

Pujian seringkali dinyanyikan karena begitulah kebiasaan kita. Kita mempunyai tujuan yang lebih indah dari ini. Yaitu untuk menyanyi bagi Tuhan - untuk mengarahkan pujian kita ke sorga di dalam nyanyian.

5. Mulailah dengan Nyanyian Pujian dan Ucapan Syukur

Biarkan orang-orang itu secara murni mengungkapkan pujian-pujian mereka lewat nyanyian-nyanyian tersebut. Nyanyian-nyanyian bukan merupakan pujian. Nyanyian hanyalah suatu alat yang dapat kita pakai untuk mengungkapkan pujian kita. Sangatlah mungkin untuk menyanyikan banyak nyanyian pujian tanpa pengungkapan pujian yang sejati.

6. Nyanyian Pujian akan Memberikan Inspirasi Pada Umat Allah untuk Menyembah

Kita seringkali mulai dengan menyanyikan lagu pujian, dan orang akan secara cepat berpindah pada tingkatan-tingkatan pujian yang lain sehingga mereka akhirnya dibawa ke dalam suasana penyembahan yang merupakan tingkat tertinggi dari pujian.

7. Janganlah "Tergesa-gesa" Di Dalam Pelayanan Nyanyian

Banyak orang memandang bagian dari pelayanan nyanyian ini hanya sebagai "permulaan kebaktian saja" - yang tidak terlalu penting, tapi secara tradisi harus dilakukan. Ambillah waktu untuk menyanyi, memuji dan menyembah. Inilah kegunaan yang sangat penting dari persekutuan kita.

8. Berilah Kesempatan pada Sidang untuk Ambil Bagian

Berilah semangat untuk mengungkapkan pujian secara spontan. Seseorang dapat memimpin di dalam doa, dan dapat menentukan nada dari pertemuan itu.

Yang lain boleh bernubuat, dan nasehatnya dapat mendukung tema bagi pelayanan selanjutnya.

9. Manifestasi dari Roh Kudus

(1 Kor 12:8-11) harus menemukan pengungkapannya di dalam pelayanan penyembahan orang-orang beriman. Janganlah memadamkan Roh (1 Tes 5:19). Berilah semangat bagi sidang dan ajaklah mereka untuk ikut ambil bagian dan mengungkapkan perasaan mereka melalui karunia-karunia rohani itu.

Namun, pemimpin yang telah ditentukan dan diurapi harus tetap mempertahankan otoritas rohani sepanjang kebaktian itu.

10. Semuanya Harus dilakukan Bagi Pembangunan Bersama

Setiap manifestasi secara Alkitabiah adalah sah dan benar; tetapi biarlah apa yang dilakukan, dan cara melakukannya, semuanya itu seharusnya untuk membangun semua jemaat (1 Kor 14:26).

11. Janganlah Memberi Kesempatan Bagi Mereka yang Mengadakan Kekacauan

"Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan ..." (1 Kor 14:33). Apabila suatu kebaktian mulai kacau ambillah tindakan dan pimpin kembali keluar dari kekacauan itu.

Bila perlu, berhentilah sejenak dan terangkanlah apa yang sedang terjadi pada jemaat, sehingga menjernihkan situasi. Pada saat itu pakailah kesempatan untuk mengajarkan tentang cara yang benar dan yang salah dalam melakukan sesuatu.

12. Lakukanlah Segala Sesuatu Itu Seperti Pada Tuhan -

dan bagi kemuliaan Allah. Ingatlah tujuan dari setiap pertemuan adalah untuk memuliakan Allah dan untuk membangun orang-orang beriman.

13. Pakailah Sebuah Buku Nyanyian atau Overhead Projector -

sehingga orang-orang dapat ikut menyanyi. Janganlah takut untuk pada suatu saat mengesampingkan buku nyanyian atau kata-kata dan menyembah secara langsung dari dalam hati.

14. Ada Beberapa "Mekanik" Tertentu untuk Meminpin Kebaktian Pujian atau Pelayanan Penyembuhan -

tetapi anda harus berhati-hati agar jangan sampai terlalu mekanis atau terlalu kaku/formal. Biarkan ada kebebasan.

Jadilah fleksibel. Jangan memaksa untuk tetap berpegang pada program. Tetaplah sensitif pada bisikan Roh Kudus dan bersedia mengikuti bisikan-bisikanNya.

Memimpin lagu dengan baik bukan sekedar meliputi, melambaikan tangan tetapi lebih dari itu, bahkan semua itu dilakukan dengan betul. Kebebasan di dalam Roh dan spontanitas lebih penting dari pada ketepatan tekniknya.

15. Berusahalah Untuk Tersembunyi -

Sehingga orang-orang "... tidak melihat seorangpun, kecuali Yesus seorang diri" (Mat 17:8).

Saya teringat pada sebuah gereja yang saya gembalakan selama beberapa tahun. Pada saat pertama kali saya naik ke atas mimbar, saya melihat beberapa kata yang diukir di mimbar itu. Kata-kata itu menentang setiap orang yang berada di atas mimbar tersebut untuk berbicara atau melayani. Kata-kata itu mengatakan, "... Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus" (Yoh 12:21).

Kita harus selalu menyimpan hal ini dalam pikiran kita. Orang-orang tidak datang untuk melihat atau mendengar anda. Mereka telah datang untuk melihat dan mendengar Yesus.

Tugas kita, dengan pertolongan Roh, adalah untuk menghilangkan selubung, sehingga setiap mata boleh melihat Tuhan, dan menyembah di hadapanNya. Ini haruslah menjadi tujuan akhir dari setiap hamba Kristus yang memimpin kebaktian pujian.

Bab 8
Memimpin Kebaktian
Penyembahan

A. TUGAS-TUGAS YANG PALING PENTING DARI SEBUAH GEREJA

Penyembahan dari jemaat adalah elemen yang sangat penting dari Gereja Perjanjian Baru. Panggilan yang pertama dari orang-orang Kristen Perjanjian Baru adalah untuk menyembah Allah. Tugas-tugas yang paling penting dari sebuah gereja, tersusun menurut pentingnya, adalah :

  1. Menyembah Allah
  2. Pelayanan Pada Tubuh - membangun orang-orang kudus.
  3. Pelayanan Pada Dunia - Penginjilan.

Setiap gereja seharusnya menjadi perkumpulan para penyembah. Perkembangan dari penyembahan, banyak bergantung pada pemimpin penyembahan tersebut.

B. KUALITAS-KUALITAS PARA PEMIMPIN PENYEMBAHAN

1. Pemimpin Penyembahan adalah Pelayanan yang Khusus

Tidak semua orang mempunyai pelayanan ini. Seringkali gembala sidang tidak mempunyai kemampuan yang penting ini. Jika demikian keadaannya, ia harus mencari seseorang dari anggota jemaat yang memiliki karunia tersebut, dan merelakan orang tersebut untuk memimpin bagian khusus ini.

2. Pemimpin Penyembahan Haruslah Seorang Penyembah

Sangatlah penting bagi orang yang terpanggil untuk memimpin orang lain di dalam penyembahan itu untuk mahir dan terlatih menjadi penyembah Allah.

Sangat mustahil untuk memimpin orang lain kedalam sesuatu jika pemimpin itu belum belajar persyaratan-persyaratan dan ketrampilan-ketrampilan di dalam menyembah. Orang ini harus bebas dalam rohnya sendiri dan mampu untuk memuji dan menyembah Allah di dalam kehidupan pribadinya secara bebas.

3. Harus Seorang yang Telah Dewasa Secara Rohani

Pemimpin penyembahan haruslah seorang yang berpengalaman dan dewasa dalam hal-hal yang ada hubungannya dengan Roh Kudus. Perkembangan rohaninya harus sama (lebih baik jika lebih) daripada jemaat yang sedang dipimpinnya.

Kedewasaan rohani akan memberikan para pemimpin itu keyakinan, dan menghasilkan perasaan aman bagi jemaat yang bersangkutan. Ia harus dapat mengendalikan rohnya sendiri, sehingga ia tidak memasukkan pikiran, perasaan dan emosinya sendiri ke dalam ibadah tersebut.

Ia juga haruslah seorang yang beriman, bukan hanya mampu untuk memimpin di dalam Roh Kudus, tetapi dengan iman memberikan apa yang Roh Kudus katakan untuk sidang orang-orang kudus. Ia harus menjadi seorang penasehat yang dapat memotivasi dan memberikan semangat pada orang-orang beriman.

4. Kepekaan Rohani

Pemimpin yang ideal memiliki telinga yang sangat peka bagi suara Roh Kudus. Roh Kudus sendiri akan memimpin ibadah apabila pemimpin pujian itu mau secara aktif menanggapi bisikan-bisikan dari Roh Kudus.

Kebaktian-kebaktian penyembahan harus dipimpin oleh Roh Kudus. Namun, bagaimana pun Dia selalu memakai bantuan manusia. Sehingga harus ada kepekaan rohani yang tinggi dari pemimpin itu.

Hal ini akan terlihat oleh sidang jemaat. Mereka akan mulai mengembangkan kemampuannya untuk mendengar bisikan-bisikan dari Roh Kudus dan dengan tenang dan penuh keyakinan masuk kedalamnya.

5. Merendahkan Diri dengan Sungguh-sungguh

Seorang pemimpin yang baik akan selalu berusaha "bersembunyi di balik salib".

Tak sesuatupun dapat menghancurkan suasana roh dari suatu kebaktian lebih cepat daripada seorang pemimpin yang egoistis yang senantiasa menyatakan dirinya sendiri dalam kebaktian itu.

Roh Kudus suka sekali memuliakan Kristus, dan sangat tidak mau untuk mengalihkan sorotanNya itu pada siapapun.

Tak seorang pun boleh mendapat kemuliaan itu di hadapan Allah. Jadi seorang pemimpin tak boleh menarik perhatian dari sidang untuk dirinya sendiri, tetapi harus selalu mencari cara untuk mengalihkan pandangan dari sidang itu kepada Kristus.

6. Persiapan yang Penuh Doa

Sebelum kebaktian, pemimpin harus selalu meluangkan banyak waktu secara pribadi dan khusus di dalam doa. Tema dari pertemuan itu pun dapat juga diperoleh sebelumnya dengan cara ini.

Roh dari pemimpin dapat disesuaikan dengan Roh Allah dan, dengan cara ini, kebaktian akan bergerak menuju maksud Allah yang benar sejak nyanyian pertama atau doa dinaikkan.

Acara tidak boleh ada seperti saat "pembukaan" di dalam kebaktian penyembahan. Seluruh kebaktian, dari saat pertama, dipersembahkan untuk memuji dan memuliakan Allah.

Banyak para pengkhotbah yang menganggap segala sesuatu sebelum khotbah mereka sebagai pembukaan perlu - tapi tidak penting.

Kebenarannya ialah bahwa apa yang mendahului khotbah adalah yang sangat lebih penting - karena khotbah itu di tujukan pada jemaat, tetapi penyembahan kita ditujukan pada Allah sendiri.

7. Sediakanlah Waktu yang Cukup untuk Menyembah

Kebiasaan dimana "kebaktian penyembahan" dilakukan dengan tergesa-gesa merupakan penghinaan bagi keagungan Allah. Kita perlu untuk mengenal pentingnya penyembahan bersama dan mengambil waktu yang cukup untuk melakukannya.

Saat penyembahan tak boleh dibuang begitu saja dengan perkataan-perkataan yang tidak penting yang sering dilakukan oleh pemimpin. Tugasnya yang benar adalah menyelaraskan jemaat dengan Roh Allah secepat dan semanis yang bisa dia lakukan. Pembicaraan dan komentar-komentar yang tidak penting hanya akan menghalang-halangi dia mencapai tujuan itu. Orang-orang datang untuk menyembah Allah, dan untuk memberikan diri mereka sendiri pada Dia di dalam pujian, penyembahan dan pemujaan. Sangat menyedihkan apabila mereka dihalang-halangi dan dihambat oleh seseorang yang ditetapkan untuk memimpin mereka di dalam penyembahan itu.

8. Terbukalah untuk Roh Kudus

Imam yang benar bukan untuk memimpin kebaktian masuk kedalam penyembahan yang benar karena penyembahan seperti itu tak dapat diprogram atau diatur sebelumnya.

Banyak pemimpin-pemimpin merasa mereka harus membuat program. Mereka ingin tahu dengan tepat apa yang akan terjadi dalam suatu kebaktian, dan kapan hal-hal itu akan terjadi. Penyembahan rohani lebih menuntut fleksibilitas dalam hal ini.

Sekali kebaktian itu telah dimulai, berusahalah untuk selalu mengetahui kehendak dari Roh Kudus yang sedang memimpin. Bersiap-siaplah untuk mengikuti pimpinanNya langkah demi langkah. Ia akan memberitahu anda kapan penyembahan itu akan dilakukan.

Setiap kebaktian tidak akan sama. Allah penuh dengan variasi. Dia tidak harus melakukan hal-hal yang sama setiap kali. Dia mempunyai tujuan yang khusus untuk setiap pertemuan.

Pemimpin harus belajar untuk mengetahui apa tujuan Allah dan harus mengalir bersama denganNya, seperti apa yang dibukakan oleh Roh Kudus langkah demi langkah. Allah bahkan dapat mengubah susunan acara dan arah tujuan dari kebaktian itu selama kebaktian itu berjalan. Seorang pemimpin yang baik dapat memilih lagu-lagu yang tepat untuk dinyanyikan; beberapa kali akan dinyanyikan; di mana penekanan-penekanannya!

Kadang-kadang kebaktian itu dapat cerah dan penuh dengan sukacita. Lain kali Roh Kudus mungkin memimpin dengan cara yang lebih tenang, bahkan di dalam saat-saat keheningan dimana saat-saat itu boleh merupakan saat yang penuh arti.

9. Sadarilah akan apa Saja yang Telah Terjadi

Pemimpin harus menghindari agar tidak selalu menutup matanya untuk "tenggelam di dalam penyembahan". Memang mungkin indah sekali untuk masuk sepenuhnya di dalam penyembahan namun haruslah masih tetap menyadari dan peka terhadap orang-orang di sekelilingnya.

Seorang pemimpin harus punya kepekaan terhadap Roh dan, pada saat yang sama, tetap mengendalikan dengan lembut kebaktian itu.

C. BEBERAPA PEDOMAN YANG SEDERHANA UNTUK PEMIMPIN KEBAKTIAN PENYEMBAHAN

1. Mulailah dari Tempat dimana Jemaat itu Berada

Carilah cara untuk segera mengadakan kontak dengan jemaat di mana mereka berada. Dengan tenang dirikanlah kepemimpinan anda atas mereka. Bantulah mereka untuk menyadari bahwa Allah telah menetapkan anda untuk memimpin kebaktian ini dan apabila mereka mau bekerja sama dan mengikuti anda, mereka akan dipimpin memasuki Ruang Mahasuci dan mendapatkan pengalaman penyembahan yang sangat indah.

2. Memimpin Nyanyian Belum Tentu Selalu Memimpin Penyembahan

Ada banyak pemimpin-pemimpin lagu yang baik yang tidak mempunyai kemampuan untuk memimpin orang-orang ke dalam penyembahan. Namun demikian, pemimpin penyembahan harus mampu untuk memimpin nyanyian, dan selanjutnya memimpin dalam penyembahan.

Pada umumnya kebaktian penyembahan itu dimulai dengan nyanyian. Nyanyian-nyanyian yang cocok yang meninggikan Allah dan menceritakan tentang kebesaranNya, kekuatanNya dan keagunganNya, dapat membantu membawa pikiran jemaat itu pada Tuhan dan bukan pada diri mereka sendiri serta masalahnya. Untuk ini semua lagu dan pujian ucapan syukur seringkali merupakan lagu-lagu yang tepat dan cocok.

Menyanyi bersama-sama baik untuk membawa orang-orang di dalam persatuan. Pada saat suara-suara mereka berbaur demikian juga dengan pikiran dan roh mereka. Sekali persatuan itu dapat dicapai, jemaat dapat dipimpin ke dalam suasana penyembahan. Kita mulai dengan pujian kemudian berpindah masuk ke dalam penyembahan.

3. Berilah Kesempatan pada Roh Kudus untuk Memberikan Arah

Ini dapat terjadi dengan cara yang bermacam-macam. Mungkin arahan keluar pada saat nyanyian pertama dinyanyikan. Nyanyian itu dapat menentukan tema untuk seluruh kebaktian. Seringkali Roh Kudus memimpin dari satu nyanyian ke nyanyian yang lain, dan semua lagu itu ada pada satu tema atau yang cocok dengan tema.

Apabila ada pernyataan karunia-karunia Roh disana, maka Roh Kudus dapat menggunakan karunia itu untuk menunjukkan arah dari kebaktian itu. Ini dapat disampaikan melalui nubuatan atau beberapa pembukaan/wahyu.

Kadang-kadang pikiran dari Roh Kudus diberikan di dalam kebaktian dengan cara yang sangat tenang dan tidak dramatis. Baru setelah pertemuan selesai jika kita mengingat-ingat kembali, maka kita dapat melihat dengan jelas betapa Roh Kudus telah memimpin kebaktian tersebut dengan begitu indah, dan betapa persatuan dan keharmonisan yang tercapai seperti rajutan-rajutan yang terjalin dengan begitu indah pada saat kebaktian berjalan.

4. Hindarilah Hal-hal yang Tidak Kita Harapkan dan Dapat Menghentikan Aliran Penyembahan

Di sinilah pentingnya kematangan rohani dari seorang pemimpin penyembahan. Ia harus dapat membedakan tekanan-tekanan yang bukan berasal dari Roh. Ia harus peka secara rohani untuk mengenali kecenderungan semacam ini.

Sebuah kebaktian dapat dibelokkan tanpa kita sadari kalau kita tidak hati-hati dan tidak berjaga-jaga. Sekali Roh Kudus telah menegaskan arah dan susunan dari kebaktian itu, jadilah peka untuk hal-hal yang tidak kita harapkan yang mungkin akan mengganti atau mengubah tekanan-tekanan di dalam kebaktian itu.

Mungkin pada mulanya tampak tidak berbahaya. Mungkin datangnya dalam bentuk koor yang indah yang syairnya alkitabiah, namun hal itu kemudian dapat mengubah sama sekali arah dari apa yang diusahakan Allah dalam memimpin umatNya. Pemimpin harus penuh cinta kasih tapi juga ketegasan untuk tetap menuju kepada target dari penyembahan itu.

Ada banyak cara bagaimana dia dapat membawa sidang kembali pada susunan semula. Dia dapat berkata, "Sekarang, saudara-saudara, marilah kita terus menuju pada arah yang telah diberikan Roh Kudus pada kita, dan jangan menyimpang dariNya". Dia dapat mulai menyanyikan koor-koor yang lain yang akhirnya membawa pada tema yang benar yang diinginkan Roh Kudus. Mungkin juga akan ada kata-kata nubuatan, yang akan membawa kembali pada tema semula.

Hal itu memerlukan iman dan keberanian dari pihak pemimpin penyembahan itu. Dia harus bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti, tetapi dia tidak boleh mengkompromikan tujuan Allah bagi kebaktian tersebut. Hal ini sering kali menuntut hikmat dan kasih karunia yang besar. Roh Kudus akan memberikan hal ini apabila kita meminta padaNya dengan sungguh-sungguh.

5. Mengenali Adanya Peralihan dan Perubahan

Roh Kudus dapat saja memimpin suatu kebaktian itu dengan cara bagaimanapun yang dikehendakiNya. Hal ini seringkali berarti bahwa akan ada perubahan-perubahan tekanan selama kebaktian berjalan. Sesungguhnya ini dapat terjadi beberapa kali.

Masa-masa perubahan ini amat penting. Pemimpin itu harus berada di depan umat, bersiaga menerima apa yang Roh Kudus katakan untuk dilakukan. Dia harus memberi kepemimpinan yang tegas dan jelas selama masa-masa transisi ini, sehingga kebaktian tidak menyimpang kekanan atau kekiri tanpa tujuan.

Apabila pada suatu saat dimana tujuan itu tersamar, seseorang mungkin akan mencoba memberikan arah dan sesuatu yang salah untuk dikemukakan. Pemimpin harus selalu ingat bahwa Allah telah mengurapi dan menentukan dia untuk memimpin umatNya, karena itu dia harus yang bertanggung jawab untuk melakukan hal itu.

Janganlah memimpin pertemuan jemaat dengan tangan besi. Jangan mencoba untuk memaksakan kehendak anda pada jemaat. Tetaplah tegas tetapi lakukanlah semua itu dengan lembut menuju pada arah dan kemajuan penyembahan tersebut.

6. Tetaplah Berpegang pada Tujuan

Janganlah pernah menyimpang dari tujuan dan maksud dari persekutuan itu: Yang pertama ialah untuk memuji dan memuliakan Tuhan; kedua, membangun dan memberkati sidang jemaat. Janganlah pernah membiarkan persekutuan itu kemudian menjadi sesuatu yang tidak mengindahkan dasar-dasar dari tujuan untuk bersekutu itu.

7. "Jadikanlah Kami Sebuah Simfoni"

Salah satu dari koor-koor yang indah yang telah diperkenalkan oleh Roh Kudus pada kita hari-hari ini mengatakan, "Tuhan, jadikanlah kami sebuah simfoni, sebuah simfoni dari penyembahan". Kata Yunani symphoneo asal darimana kita memperoleh kata "symphony", berarti "persetujuan bersama-sama/bersepakat".

Yesus berkata, "Apabila ada dua orang yang setuju [symphoneo] di atas bumi ini ... apa saja yang diminta ... pasti akan dilakukan untukmu".

Kata symphoneo berarti "menghasilkan sebuah suara simfoni". Suatu kebaktian penyembahan menjadi seperti sebuah simfoni. Semua hal harus berbaur menjadi satu sehingga selaras dan harmonis. Semua suara harus tercampur, alat-alat musik harus tercampur, dan semua bagian dari kebaktian itu harus juga berbaur menyatu.

Inilah kehendak dasar usaha Allah lewat penyembahan bersama kita : yaitu untuk menjadikan kita satu bersama-sama didalam ke harmonisan yang mulia. Dan di dalam melakukan hal ini, Dia memperkenalkan dan memberi kita semangat untuk bersatu pada tingkatan yang paling dalam dari keberadaan kita.

Seorang pendeta yang sangat terkenal berkata, "Sebuah keluarga yang berdoa bersama, akan tetap bersama". Dan kita dapat berkata, "Jemaat yang benar-benar belajar untuk menyembah bersama, akan tetap bersama".

8. Himbaulah Jemaat untuk Berpartisipasi

Belakangan ini jemaat seringkali hanyalah merupakan penonton saja dan tidak menjadi peserta. Seringkali kita melihat bahwa hamba Tuhan itu melakukan segala sesuatu dan sidang jemaat hanya melihat dan mendengar.

Perjanjian Baru menghimbau agar setiap anggota itu berpartisipasi. Namun, pengajaran yang kuat atas pokok bahasan ini harus diberikan lebih dahulu. Umat Allah seharusnya diajar bahwa Tuhan ingin mendengar suara mereka dinaikkan dalam penyembahan.

Mereka harus diajarkan bagaimana berpartisipasi dan setelah diajar, diberikan kesempatan untuk melakukannya. Himbaulah jemaat agar mereka memasuki pujian dan penyembahan itu. Nasehatilah mereka untuk menaikkan suara mereka dalam pujian. Berilah kesempatan-kesempatan bagi mereka untuk mengungkapkan pujian mereka.

9. Biarlah Semua Itu Dilakukan dengan Teratur dan Tertib

Banyak gereja-gereja menggunakan ayat ini (1 Kor 14:40) sebagai suatu alasan agar sidang jemaat itu boleh tidak ikut berpartisipasi. Mereka begitu ingin untuk memelihara "ketertiban dan keteraturan itu" sehingga mereka tidak memperbolehkan jemaat melakukan apapun.

Ini bukanlah apa yang dikatakan Alkitab.

Alkitab TIDAK mengatakan, "janganlah ada sesuatu yang dilakukan, jadilah sopan dan teratur". Namun Alkitab berkata, "Biarlah SEGALA SESUATU dilakukan ...". Berarti hendaklah anda berpartisipasi. Hendaklah ada nubuatan-nubuatan, wahyu-wahyu Mazmur, nyanyian pujian, nyanyian rohani.

Tetapi biarlah semua hal itu dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak ada kekacauan, karena Allah bukanlah pencipta kekacauan (1 Kor 14:33).

10. Berusahalah untuk Melakukan yang Terbaik

Tujuan kita, pada saat kita belajar memuji dan menyembah Allah, adalah untuk membuat segala sesuatu dengan amat sangat baik. Kita harus berusaha untuk memajukan dan mengembangkan daerah-daerah yang sangat penting ini.

Keindahan ini bukanlah merupakan keindahan secara manusiawi. Keindahan ini bukanlah pengembangan bakat dan kemampuan manusia. Keindahan ini bukan pula merupakan hasil mempekerjakan para profesional, dengan segala kemampuan dan ketepatan mereka.

Keindahan ini harus merupakan suatu kehidupan rohani yang sangat mendalam. Merupakan hal ketajaman kepekaan rohani, merupakan pertumbuhan dari kesadaran rohani, dan juga kemampuan untuk membuat tanggapan secara rohani pada bisikan-bisikan dari Roh Allah. Tujuan akhir dari penyembahan kita adalah untuk mengangkat dan memuliakan Allah. Makin efektif kita melaksanakannya, pujian kita makin diperkenan oleh Tuhan.

Bab 9
Pentingnya Nubuatan
Dalam Pujian

A. BERSIAP BAGI PEMERINTAHAN KRISTUS ATAS DUNIA INI

Pentingnya pujian ditekankan dalam seluruh Alkitab. Pujian telah merupakan hal yang penting. Namun, di hari-hari terakhir dari zaman ini, pujian dan penyembahan secara khusus menjadi sangat penting. Pujian dan penyembahan memainkan peran khusus di dalam memenuhi tujuan-tujuan Allah.

Inilah sebabnya Allah memulihkan pujian pada umatNya saat ini. Kita sedang bergerak dengan cepat menuju pernyataan/manifestasi pemerintahan dari Kristus atas bumi. Salah satu ciri yang agung dari zaman adalah pujian dan penyembahan.

Jadi Allah sedang menyiapkan umatNya untuk saat itu. Kita sedang memasuki Kerajaan dan bagian dari persiapan kita untuk menjadi mahir dalam pujian dan penyembahan.

1. Mazmur 149:6: Pujian Pengagungan dari Allah

Bagian pertama dari Mazmur 149 diisi dengan nasehat-nasehat dan perintah-perintah untuk memuji Tuhan. Paling sedikit ada sepuluh perintah untuk memuji Allah dengan cara yang bermacam-macam.

Kita diminta untuk menyanyi bagi Dia; bersukacita di dalam Dia; bergembira didalam Raja kita; menari didepanNya; memuji Dia dengan alat-alat musik dan sebagainya.

Di dalam Mazmur 149:6, kita mencapai pengungkapan yang tertinggi dari pujian - suatu tingkatan yang tertinggi dari pujian yang murni. Daud menyebutkan sebagai "Pujian pengagungan dari Allah". Persenjataan terakhir dari angkatan perangNya pada hari-hari terakhir adalah "pujian pengagungan Allah ada dalam kerongkongan mereka, dan pedang bermata dua di tangan mereka".

Dengan senjatasenjata seperti itu, kita dapat mencapai kemenangan di dalam peperangan kita melawan musuh dan akhirnya mencapai kemenangan terakhir, di dalam Nama dari Allah kita.

a. Allah Sedang Berusaha Untuk ... Allah sedang berusaha untuk mengajar kita banyak hal tentang pujian. Dia sedang memimpin kita dari satu kebenaran yang lain - selalu berusaha untuk lebih memurnikan pujian-pujian kita, sehingga akhirnya kita mampu untuk memasuki pujian pengagungan tertinggi dari Yehova itu. Dia sedang berusaha untuk :

  1. Memperluas Pengertian Kita Tentang Pujian
  2. Menyucikan Motivasi Kita didalam Pujian
  3. Menghaluskan Ungkapan Kita dalam Pujian
  4. Mendirikan TahtaNya di atas Pujian (Mzm 22:3)
  5. Memanifestasikan OtoritasNya Melalui Pujian

Dalam Mazmur 149:8, Allah mengatakan kepada kita apa yang akan dicapai apabila kita mulai menyembah Allah dengan pujian-pujian pengagungan itu. Dia akan "... membelenggu raja-raja mereka dengan rantai, dan orang-orang mereka yang mulia dengan tali-tali besi".

Yang disebut ini bukanlah raja-raja manusia di dunia ini dan bukan juga orang-orang yang mulia dari dunia ini. Mereka adalah penguasa-penguasa dan kuasa-kuasa yang melakukan pemerintahan secara rohani di atas bangsa kafir.

Sebagai tanggapan terhadap pujian pengagungan dari umatNya, Allah akan mengikat penguasa-penguasa setan ini. Allah akan melepaskan bangsa-bangsa yang telah mereka ikat dalam perhambaan untuk menerima berkat injil dari KerajaanNya.

Ini akan merupakan pembuka jalan bagi kebangunan rohani terbesar yang pernah disaksikan oleh dunia. Bangsa-bangsa kafir di bumi ini yang begitu banyak akan membuka dirinya bagi Kerajaan Allah.

Kerumunan orang banyak yang dilihat oleh Yoel dalam penglihatannya, yang berada di dalam "lembah keputusan" akan dilepaskan dari ikatan perhambaan rohani yang telah berabad-abad dan akan menjadi bebas untuk menerima berkat dari pemerintahan Allah yang mulia.

2. Mazmur 67: Kesembuhan Keselamatan dari Allah Bagi Segala Bangsa

Mazmur yang bersifat nubuatan ini dibuka dengan sebuah tangisan agar kemurahan dan berkat Allah dinyatakan pada seluruh bangsa. Dan pasal ini di tutup dengan nubuatan bahwa Allah AKAN memberkati kita, tanah akan menyerahkan hasilnya, dan "... segala ujung bumi takut akan Dia!"

Kunci yang melepaskan berkat secara besar-besaran adalah pujian pada Allah dari umatNya (perhatikan ayat-ayat 3,5).

a. Perhatikan Urutan-urutan dari Pujian:

1) Biarlah Umat Allah Memuji Engkau, Oh Tuhan. Ini menunjukkan pada umat Allah - umat yang telah ditebus. Mereka harus menjadi pemimpin-pemimpin dari bala tentara orang-orang yang memuji Allah. Sebelum umat Allah bergerak di dalam daerah puji-pujian ini, rencana penebusan dari dunia ini tampak seperti mati. Pelatuk yang akan membuka berkat dari Yehova untuk seluruh bumi adalah pada Dia oleh umatNya yang telah ditebus.

2) Biarlah Semua Bangsa MemujiMu. Hal ini menandakan suatu saat ketika pujian tidak lagi terbatas pada umat Allah yang telah ditebus, tetapi telah menyebar jauh pada orang lain. Bahkan orang-orang yang belum dilahirkan baru akan mulai memuji Yehova. Mereka akan mulai mengakui Dia sebagai Allah yang benar, dan hanya satu-satunya Allah yang layak dipuji, disembah dan dipuja.

3) Biarlah Semua Bangsa Bergembira dan Menyanyi Penuh Sukacita. Pada saat ini, seluruh bangsa di bumi akan mulai berbicara dengan ramah tamah dan di dalam pujian tentang Yehova. Mereka mulai menyadari bahwa satu-satunya penyelesaian bagi dilema manusia yang tak terselesaikan adalah campur tangan dari pemerintah Allah.

Apabila rantai yang mengikat pujian itu telah dilepaskan oleh umat Allah, maka hal itu akan membawa pemerintahan dan kebenaran Allah di atas bumi ini (ayat 5).

Hanya inilah yang dapat menyebabkan "... jalanMu dikenal di bumi, dan keselamatanMu di antara segala bangsa" (ayat 3).

Kata yang dipakai di sini untuk "keselamatan" (bahasa Inggris: kesembuhan yang menyelamatkan) adalah "YESHUAH", berarti keselamatan, kelepasan, kemenangan, kemakmuran, kesehatan dan sebagainya.

Semua berkat ini terdapat di dalam satu Pribadi: namaNya adalah YESUS, Dia adalah satu-satunya jawaban pada dunia yang penuh dengan bermacam-macam dilema ini. Dan hanya pada Dialah yang kita harus memandang. KedatanganNya akan dipercepat apabila kita mau masuk di dalam pujian pengagungan Allah.

3. Mazmur 72: Pemerintahan dari Raja

Mazmur 72 adalah nubuatan yang mulia, tentang Mesias yang menggaris besari aspek-aspek yang ajaib tentang kedatangan dari Kerajaan Mesias kita, Yesus.

Seluruh Mazmur itu diisi dengan fakta-fakta yang mengagumkan tentang KerajaanNya. Namun, kita hanya akan membicarakan dua saja, yang ada hubungannya dengan tema kita saat ini.

Mazmur 72:15b: "... kiranya Dia [Mesias] dipuji (terjemahan bebas) sepanjang hari!"

Mazmur 72:17: "Biarlah namaNya tetap selama-lamanya, kiranya namaNya semakin dikenal selama ada matahari. Kiranya segala bangsa saling memberkati dengan namaNya, dan menyebut Dia berbahagia".

Salah satu gambaran integral kekekalan Allah dan pemerintahan yang universilNya di atas bumi ini adalah penyembahan kepada Yehova. Tahta Allah akan dibangun di Yerusalem. Kristus akan mendudukinya. Raja Daud akan menjadi Wakil PemerintahanNya (Yer 30:9; Yeh 37:24,25).

Seluruh bangsa akan pergi ke Yerusalem dari tahun ke tahun untuk menyembah Raja dan merayakan Pesta Tabernakel (Za 14:16).

Mereka akan berkata, satu sama lain, "... Mari, kita naik kegunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalannya dan supaya kita berjalan menempuhnya ..." (Mi 4:2). Siapapun yang menolak atau mengabaikan undangan untuk datang dan menyembah ini, maka kepada mereka tidak akan turun hujan (Za 14:20).

Pada saat itu kata-kata yang tertulis adalah "... KUDUS BAGI TUHAN ..." (Za 14:20).

OH! DATANGLAH, BIARLAH KITA MEMUJA DIA! AMIN!

Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar