Penilaian yang Baik

Ketajaman -- kemampuan untuk menilai segala tindakan dengan bijaksana -- adalah salah satu karakter yang harus ada dalam kepemimpinan rohani. Salomo memperlihatkan betapa hal ini sangat diperlukan. Saat Tuhan mengatakan bahwa Ia akan memberikan segala yang ia minta, ia meminta hikmat. Tanpanya, katanya, tidak ada raja yang dapat memerintah rakyatnya dengan baik. "Dan Allah memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut" (1 Raj. 4:29).

Seorang kepala adalah pemimpin kawanan domba yang mengerjakan wewenangnya. Jika ia keluar dari jalur, kawanan dombanya akan berjalan dalam kebingungan. Seperti mata merupakan cahaya bagi seluruh tubuh, begitu juga gembala bagi kawanan dombanya: Kamu adalah terang dunia (Mat. 5:14). Apakah tubuh akan dibimbing dalam jalan yang lurus atau berkelok, itu tergantung dari mata -- penglihatannya jelas atau kabur.

Saat seseorang menerima tanggung jawab untuk memimpin orang lain, ia layaknya kepala gereja dalam Perjanjian Lama, yang melayani Allah di Bait Suci. Kepala gereja memakai "tutup dada pernyataan keputusan" yang dihiasi dengan empat jajar permata. Empat jajar permata itu merepresentasikan empat bidang yang di dalamnya seorang pemimpin harus melakukan penilaian yang baik, agar mengerti apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.

Memimpin Bawahan Untuk Terus Hidup dalam Kehidupan Kristen

Seorang pemimpin yang membantu bawahannya untuk terus hidup dalam kehidupan Kristen yang baik harus mengenali kebiasaan, kemampuan, dan hati nurani mereka secara menyeluruh. Sehingga ia dapat menempatkan setiap orang di tempat yang tepat. Karena setiap orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang lain karunia itu (1 Korintus 7:7).

Seorang pemimpin itu seperti Harun dan anaknya: Harun dan anak-anaknya haruslah masuk ke dalam dan menempatkan mereka masing-masing di tempat tugasnya dekat barang yang harus diangkat (Bilangan 4:19). Ia harus tahu karakter para bawahannya sehingga ia dapat memberikan tugas yang tepat. Pekerjaan ini membutuhkan tiga tingkat kewaspadaan.

"Tutup dada pernyataan keputusan" kepala gereja memiliki empat jajar permata dengan tiga permata di setiap jajarnya. Tiga permata ini melambangkan tingkat kewaspadaan yang diperlukan untuk memenuhi tugas ini.

  • Kewaspadaan pemimpin yang pertama adalah membantu sedapat mungkin komunitas dan orang-orang yang dipimpinnya untuk menjaga komitmen mereka kepada Tuhan meski hal tersebut menimbulkan pergolakan besar dan kerugian bagi seluruh komunitas. "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?" (Roma 8:35). Komitmen komunitas kepada Tuhan harus selalu menjadi perhatian utama. Pemimpin harus melindungi komitmen tersebut di atas segalanya.

  • Kewaspadaan yang kedua adalah bahwa seorang pemimpin harus mendorong mereka yang berkomitmen untuk selalu berusaha mencapai tingkat tertinggi kesabaran, kerendahan hati, kasih, dan karakter-karakter lain; tegas dan sederhana dalam penggunaan material; serta adil dan tidak berlebihan dalam merespons masalah. Seorang pemimpin harus mendorong, memperingatkan, dan memberi saran orang-orang yang dipimpinnya melalui teladannya. Pemimpin harus mengajar dan menginspirasi bawahannya untuk tidak hanya memegang jalan keselamatan, namun juga untuk mengarahkan diri mereka kepada hidup yang lebih sempurna. Hal ini akan membimbing mereka kepada kemuliaan surga.

  • Kemudian kewaspadaan yang ketiga adalah tentang seberapa keras peraturan komunitas itu harus dijaga. Seorang pemimpin harus menyeimbangkan ketegasan dan kelunakan. Peraturan yang terlalu keras akan membuat seorang pemimpin tidak disukai oleh para pengikutnya, yang berujung pada keengganan mereka melakukan apa yang diinginkan oleh seorang pemimpin. Namun, jika seorang pemimpin terlalu lunak, masalah yang lebih besar akan terjadi, dan kedisiplinan dalam komunitas akan mengalami kegagalan total.

    Mengoreksi Perilaku yang Tidak Benar

    Ada tiga jenis penyerang dalam komunitas, dan penilaian seorang pemimpin diuji saat menentukan bagaimana ia harus mengembalikan setiap tipe penyerang itu ke dalam kehidupan komunitas yang benar.

  • Beberapa orang segera bertobat setelah mereka melakukan suatu tindakan yang salah. Menghadapi tipe perilaku seperti ini, seorang pemimpin harus menggunakan obat yang disebut "pengampunan". Pelaku harus benar-benar memperbaiki kesalahan dan bertobat. Hukuman yang diberikan harus cukup berat agar yang lain tidak melakukan hal yang sama, namun juga cukup ringan agar pelaku merasa tidak menyesal telah bertobat karena kesalahannya. Seorang pemimpin yang memberikan hukuman juga harus bersikap mengampuni, sehingga, jika suatu saat nanti ia melakukan kesalahan yang sama, ia juga bersedia mendapatkan hukuman yang sama.

  • Beberapa orang, jika mereka bersalah, malah menyembunyikan, membela diri, dan meminimalisir kesalahannya. Menghadapi tipe perilaku seperti ini, seorang pemimpin lebih baik menunggu, meski ia sudah mengetahui perilaku salah itu sejak lama. Ia harus sabar dan mengabaikan dosa yang belum dapat ia koreksi. Sementara itu, ia harus berdoa agar pelaku tersebut bertobat. Mungkin pada akhirnya, Tuhan akan mengoreksi perilaku dosa itu atau menyingkapkan dosa yang ditutupi sehingga koreksi akhirnya dapat dilakukan. Di samping itu, seorang pemimpin juga harus memperingatkan komunitasnya agar waspada akan adanya dosa yang ditutupi.

  • Jenis yang lain adalah mereka yang mau secara publik mengakui kesalahan, namun menolak menerima koreksi. Kadang mereka berpura-pura menerima koreksi, namun tidak sungguh-sungguh memperbaiki perilaku mereka. Keadaan ini sangat berbahaya bagi anggota komunitas lain. Menghadapinya, seorang pemimpin harus mempertimbangkan untuk mengeluarkan orang tersebut jika -- secara berbarengan -- terjadi keempat hal ini: kesalahannya serius; serangannya bersifat publik; pelaku bandel dan sepertinya tidak ada harapan untuk dikoreksi; dan orang lain dalam komunitas terpengaruh oleh perilakunya.

    Menangani Tugas-Tugas Administratif

    Seorang pemimpin yang baik mendelegasikan tanggung jawab administratif sedapat mungkin kepada orang lain. Keperluan sehari-hari kehidupan memang harus ditangani, namun seorang pemimpin yang menerjunkan dirinya pada hal itu berisiko tidak melihat hal yang lebih penting, bagian yang lebih mulia dari peranannya. Dalam pikirannya, ia seharusnya cenderung melihat hal-hal yang penting bagi keselamatan. " ... kaucarilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Dan sewaktu-waktu mereka harus mengadili di antara bangsa; maka segala perkara yang besar haruslah dihadapkan mereka kepadamu, tetapi segala perkara yang kecil diadili mereka sendiri; dengan demikian mereka meringankan pekerjaanmu, dan mereka bersama-sama dengan engkau turut menanggungnya" (Kel 18:21-22). "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman" (Kis. 6:2-4).

    Bila komunitas diumpamakan sebagai tubuh, maka pemimpin adalah kepalanya. Kepalalah yang bertanggung jawab atas segala pekerjaan bagian tubuh. Kepala bekerja sebagai koordinator fungsi sistem saraf tubuh, yang tidak melakukan satu tugas spesifik tertentu, namun menangani kebutuhan setiap anggota tubuhnya.

    Pemimpin harus mengambil tanggung jawab pribadi terhadap masalah-masalah spiritual komunitasnya. Sebagai pemimpin, ia harus mengerahkan energinya terutama untuk hal-hal yang menyangkut pertumbuhan rohani dan keselamatan kekal. Ia harus mengusahakan agar komunitasnya penuh kasih dan kedamaian. Ia harus mengerti kondisi moral setiap anggota komunitas dan membantu setiap orang mengatasi masalah. Ia harus meramalkan dan mencegah bahaya yang mungkin menimpa anggota komunitas karena dosa mereka. Ia memperingatkan mereka untuk memperbaiki tingkah laku. Ia memotivasi dan mengoreksi apa yang harus dikoreksi. Ia memberi setiap anggota pekerjaan yang cocok sehingga semua orang dapat melakukan dengan benar apa yang harus mereka lakukan bagi komunitas.

    Memimpin Diri Sendiri

    Yang paling penting dari semuanya adalah bahwa seorang pemimpin harus menjaga kehidupan rohaninya sendiri, yang berujung pada pemeriksaan diri dalam tiga bidang.

  • Bidang yang pertama adalah hati nurani. Jika hati nuraninya bersih, tindakan seorang pemimpin mulia dan motifnya murni. Ia tidak berkehendak, melakukan, memerintahkan, atau mengizinkan sesuatu yang bertentangan dengan komitmen dalam komunitas, yang melanggar norma dan hukum, serta yang melibatkan skandal dan dosa. Ia tidak melakukan atau mendorong terjadinya suatu kebaikan demi kemuliaan manusia, melainkan demi menyenangkan Allah. Apapun yang seorang pemimpin lakukan untuk Allah, sebagai seseorang yang bertindak atas nama-Nya, harus dilakukan demi kepentingan Allah. Karena itu, seorang pemimpin harus memeriksa hati nuraninya -- apakah kotor atau bersih. Jika selama ini ia telah melakukan kesalahan, ia sebaiknya bertobat dan meminta Tuhan membantunya berubah. Namun jika selama ini ia telah berbuat baik, seorang pemimpin dapat bersukacita tanpa harus membanggakan diri sendiri, karena sebenarnya Allah-lah yang telah membantunya melakukan sesuatu yang baik.

  • Bidang yang kedua adalah tingkah laku dan perkataannya saat ia melayani orang lain. Sebagai seseorang yang hidupnya diabdikan untuk orang lain, seorang pemimpin harus memberi teladan yang baik. Semua yang ia lakukan harus seimbang. Tidak terlalu tegas atau lunak; tidak terlalu tertutup atau terbuka; tidak terlalu banyak atau sedikit menghabiskan waktu dengan anggota komunitas; tidak terlalu mengawasi atau mengabaikan kegiatan anggota komunitas; dll.. Tentunya sangat sulit untuk mencapai keseimbangan yang sempurna, namun apa yang biasanya menghasilkan sesuatu yang baik secara konsisten adalah menjadi sebaik mungkin. Kebaikan membuat anggota komunitas mengasihi pemimpin, menaati pemimpin dengan tulus, serta mengadukan masalah mereka kepada pemimpin dengan tidak ragu-ragu. Hal ini pada akhirnya memudahkan seorang pemimpin untuk membawa mereka kepada Kristus.

  • Lalu, bidang yang terakhir adalah hikmat dalam memercayai penilaian baiknya sendiri. Tidak seperti mata yang melihat segalanya kecuali dirinya sendiri, hikmat tidak boleh gagal melihat dirinya sendiri. Musuh yang paling besar bagi seorang pemimpin adalah merasa dirinya sendiri benar. Karena itu, seorang pemimpin harus bersedia mencari dan mendengarkan nasihat dari orang yang tepat -- bukan penjilat atau pun pengumpat. Ada tiga keuntungan saat pemimpin mencari nasihat. Pertama, saat orang lain setuju dengan keputusannya, ia lebih percaya diri bahwa dia tidak melakukan kesalahan. Kedua, jika keputusannya ternyata salah, ia tidak akan terlalu disalahkan seperti seandainya ia mengambil keputusan sendiri. Terakhir, saat pemimpin dengan rendah hari mencari nasihat, Allah akan memberikannya pemahaman yang sebelumnya tidak dimilikinya, yang mungkin berasal dari perkataan orang lain atau pemikirannya sendiri. (t/Dian)

    Diringkas oleh: Dian Pradana

    Diterjemahkan dan diringkas dari:

  • Kategori Bahan Indo Lead: 
    Jenis Bahan Indo Lead: 
    File: 

    Komentar