Pemimpin yang Rendah Hati

Bacaan: 2 Tawarikh 10
Nats: Dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus. (Efesus 5:21)

Seorang pria yang bertemperamen lembut membaca buku tentang bagaimana menjadi orang yang tegas. Lalu, ia memutuskan untuk mulai mempraktikkannya di rumah. Maka, ia pun menerjang masuk ke rumah, menunjuk wajah istrinya, dan berkata, "Mulai sekarang saya adalah bos di sini, jadi kamu harus menuruti kata-kata saya. Saya ingin kamu menyiapkan makanan enak dan air mandi buat saya. Kemudian, setelah saya selesai makan dan mandi, coba tebak siapa yang akan mendandani dan menyisir rambut saya." "Petugas penguburan," jawab istrinya.

Raja Rehabeam mencoba ketegasan yang serupa. Namun, hal itu justru membuat bangsa Israel berbalik melawannya.

Ketika ia naik takhta, rakyat memohon pengurangan beban pajak. Para penasihat yang lebih tua mendesaknya untuk memenuhi permintaan rakyat, tetapi teman-temannya yang masih muda menasihatinya agar bersikap lebih tegas daripada ayahnya. Karena ia menuruti nasihat teman-temannya, akibatnya sepuluh dari dua belas suku Israel memisahkan diri dan membentuk sebuah kerajaan baru (2 Tawarikh 10:16-17).

Pemimpin yang baik tidak mengandalkan ketegasan yang mendominasi -- baik di rumah, di gereja, atau dalam pekerjaan. Sebaliknya, mereka menyeimbangkan ketegasan itu (yang sesungguhnya bukan sesuatu yang salah) dengan prinsip saling merendahkan diri (Efesus 5:21). Mereka mendengarkan dengan rasa hormat, mengakui kesalahan mereka, menunjukkan kesediaan untuk berubah, dan menggabungkan kelembutan dengan ketegasan. Itulah kepemimpinan yang rendah hati, dan itu manjur untuk dilakukan!

Pemimpin yang Layak Memimpin adalah Mereka yang Telah Belajar Melayani

Diambil dari:

Nama situs : Alkitab SABDA
Alamat URL : http://alkitab.sabda.org/illustration.php?id=1272
Penulis artikel : Herb Vander Lugt
Tanggal akses : 30 Juli 2014
Jenis Bahan Indo Lead: 
Kolom e-publikasi: 
Situs: 

Komentar