Pemimpin yang Baik Memiliki Strategi (II)

Berapa besar kehidupan Anda yang tersentuh strategi?

Sekali Anda memahami apa yang dimaksud dengan strategi dan mengapa ia begitu penting, maka setiap bagian dari kehidupan Anda akan dibawa ke dalam strategi. Sebenarnya, ada tiga bagian dasar yang memengaruhi strategi Anda: kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, dan kehidupan organisasi.

Sering kali, sasaran mencerminkan keyakinan dan iman kita di dalam Allah yang berkuasa. Apakah kita memercayai Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam kita?

Tujuan-tujuan pribadi harus ditetapkan dan sasaran-sasaran harus dikembangkan. Suatu pengamatan cepat pada sasaran-sasaran pribadi tersebut akan menyingkapkan banyak rasa frustrasi pada seorang pemimpin. Dengan mudah, dia dapat merasa frustrasi dalam hidupnya, karena ia tidak mencapai tujuan dan sasaran apa pun yang dimilikinya bagi diri sendiri.

Misalnya, seorang pemimpin mungkin memiliki suatu tujuan pribadi untuk menjaga kondisi fisiknya tetap prima. Dia mungkin menetapkan sasaran untuk berolahraga dua kali seminggu. Jika jadwal kerjanya tidak memungkinkan, maka ia akan merasa frustrasi, dan dalam beberapa hal kualitas pekerjaannya dapat menurun.

Bagi orang percaya, sasaran-sasaran keluarga adalah prioritas. Meluangkan waktu setiap minggu bersama suami/istri atau anak-anak adalah suatu keharusan. Bila sasaran-sasaran ini tidak tercapai, maka dapat mematahkan dan merusak semangat. Para pemimpin akan bekerja dengan baik bila lebih memerhatikan sasaran-sasaran pribadi dan keluarga. Mereka bisa menemukan akar-akar frustrasi dan kekecewaan yang saat ini memengaruhi pekerjaan mereka.

Sasaran-sasaran organisasi harus ditetapkan dalam kerangka kerja prioritas, khususnya dalam kaitannya dengan sasaran pribadi dan keluarga. Pekerjaan seseorang tidaklah lebih penting daripada keluarganya sendiri. Namun, untuk mencapai keseimbangan di antara pribadi, keluarga, dan organisasi tidaklah selalu mudah.

Selama tahun-tahun pertama pernikahan kami, saya dan istri mencoba untuk menjaga pentingnya hubungan dengan meluangkan waktu, setidaknya 1 malam hanya untuk bersama. Dengan setia kami menjaga kencan malam kami. Kemudian kami mengubahnya menjadi 1 hari bersama (sewaktu anak-anak bersekolah). Setiap minggu kami merindukan 1 hari bersama itu. Ini membantu kami untuk menetapkan prioritas sasaran sebuah keluarga -- supaya tetap menjadi teman karib satu terhadap lainnya dengan meluangkan waktu hanya berdua saja, setidaknya sehari dalam seminggu. Hal itu bisa diukur, maka itu adalah suatu sasaran. Tujuannya adalah menjadi teman karib. Penyesuaian harus dibuat dari waktu ke waktu, tetapi sangat sedikit dan jarak antaranya jauh.

Alasan mengapa sasaran keluarga ini penting bagi saya karena saya tahu pengajaran Alkitab mengenai keluarga. Saya juga tahu kebutuhan pribadi saya akan kebersamaan dan kasih. Keluarga juga penting karena sangat memengaruhi pekerjaan saya. Saya bekerja dengan lebih baik dan tepat waktu bila memunyai waktu dengan istri. Bila segala sesuatu berjalan lancar di antara kami, pekerjaan saya menjadi jauh lebih menyenangkan.

Mengapa membuat sasaran itu penting?

Jika tidak memiliki sasaran, Anda tidak mungkin menentukan tepat gunanya kehidupan Anda. Menurut saya, setiap orang memiliki sasaran. Mungkin mereka tidak menuliskannya atau bahkan tidak mampu mengomunikasikannya kepada orang lain. Tetapi sama saja, mereka memunyainya. Jika Anda dapat memasuki perasaan batin seseorang dan menemukan sasaran-sasarannya, Anda dapat berbicara banyak tentang orang tersebut dan kesempatannya melakukan banyak hal yang produktif.

Sasaran yang Tidak Realistis

Terkadang, sasaran yang kita buat tidak realistis. Mereka tidak mengevaluasi dengan hati-hati potensi orang dan sumber daya. Misalnya, tidak realistis bagi sebuah jemaat dalam komunitas 10.000 orang dan terpisah 100 mil dari komunitas lain, menetapkan sasaran 20.000 orang anggota jemaat! Namun, untuk wilayah metropolitan yang besar, angka tersebut masih bisa dikatakan realistis.

Sasaran yang Tidak Spesifik

Pada sisi lain, sasaran yang kita miliki tidak dapat tercapai karena tidak spesifik. Menjangkau sebanyak mungkin orang dengan Injil Kristus bukanlah suatu sasaran yang sesungguhnya, namun merupakan maksud baik. Sebuah sasaran yang spesifik di dalam sebuah tujuan adalah membagikan Injil dari pintu ke pintu kepada 10.000 rumah dalam komunitas Anda selama periode waktu 3 bulan.

Sebagian orang sama sekali tidak suka sasaran. Bagaimana dengan kemahakuasaan Allah? Baik, memang benar Allah Mahakuasa, dan Dialah yang mengatur segala sesuatu di alam semesta. Akan tetapi, Dia juga bekerja melalui manusia. Dia yang menetapkan cara dan tujuan-Nya. Kita bertanggung jawab kepada-Nya. Sering kali, sasaran mencerminkan keyakinan dan iman kita kepada Allah yang berkuasa. Apakah kita memercayai Dia untuk melakukan pekerjaan-Nya di dalam kita?

Mempertahankan Jumlah dalam Perspektif

Yang disebut "permainan angka" adalah area masalah sasaran, yang biasanya dihadapi. Kehadiran pengunjung yang lebih besar di gereja dalam minggu ini adalah sebuah sasaran. Namun, sasaran tersebut belum tentu pantas bagi orang-orang percaya yang memiliki kesungguhan terhadap prinsip-prinsip Alkitab.

Terkadang, sasaran kita didasarkan pada motif kedagingan, dengan membandingkannya dengan orang lain. Hanya kepada Allah kita bertanggung jawab. Kontes, hadiah, persaingan, dan penghargaan sering kali digunakan untuk merangsang orang mencapai sasaran-sasaran tertentu. Tanpa ingin untuk berargumentasi mengenai keabsahan penggunaan metode seperti itu dalam organisasi Kristen, setidaknya kita dapat menekankan motif yang menggarisbawahinya. Jika metode yang ada tidak bertentangan dengan firman Allah, dan jika motifnya pantas dan alkitabiah, maka metode tersebut dapat digunakan. Mungkin Anda tidak ingin menggunakan metode tersebut di atas, tetapi bagi sebagian orang masih memungkinkan.

Pelajarilah kebenaran ini: tidaklah bijaksana mengembangkan sasaran berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Jangan mencoba untuk melakukan sesuatu yang besar, hanya untuk menjadi lebih besar dari orang lain. Jadilah sebagaimana yang Allah kehendaki. Anda bertanggung jawab kepada Allah atas penggunaan talenta dan kemampuan Anda, bukan atas apa yang orang lain miliki.

Beberapa pemimpin mencoba untuk menghindari penggunaan angka dan berakhir tanpa berbuat apa-apa. Mereka tidak memiliki sasaran yang spesifik, dan dengan demikian tidak ada jalan untuk memperbaiki diri sendiri atau organisasi mereka. Mereka akan menonton suatu situasi menjadi buruk sebelum melakukan sesuatu. Sikap apatis dan kemalasan semacam itu bukanlah karakteristik seorang pemimpin rohani. Selalu ada ruang untuk perbaikan. Tuhan layak menerima yang terbaik dari kita!

Menurut pengalaman saya, jumlah adalah penting untuk evaluasi yang memadai. Pertimbangkan kelas sekolah minggu yang terus menurun dalam jumlah pengunjung selama suatu periode. Suatu evaluasi harus dilakukan. Jika tidak ada angka yang nyata, yang memperlihatkan penurunan, maka hal itu tidak dapat dilakukan. Sebab-sebab penurunan adalah pembahasan lain yang memerlukan evaluasi yang teliti dan dengan mempertimbangkan semua fakta. Pemimpin yang tidak peduli pada apa yang terjadi dan tidak melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan, hanya menunjukkan bahwa mereka tidak pantas untuk menjadi pemimpin.

Pemimpin yang baik pasti punya strategi. Strategi bukan suatu pilihan melainkan esensi. Dengan kata lain, kita semua memiliki strategi, entah tertulis atau tidak, baik atau buruk. Strategi sebagian orang bersifat "mediocre" (tidak terlalu baik atau buruk). Mereka tidak melakukan sesuatu kecuali mempertahankan "status quo" [keadaan/situasi dalam kekosongan, Red] -- hal yang mustahil.

Jika pada saat ini Anda sedang melayani sebagai pemimpin rohani, mengapa tidak berhenti sejenak dari membaca dan mulai menuangkan strategi Anda? Jangan lupa untuk menetapkan sasaran dalam kehidupan pribadi, keluarga, juga kehidupan organisasi Anda.

Diambil dan disunting dari:

Judul asli buku: The Seven Laws of Christian Leadeship
Judul buku terjemahan: Rahasia Keberhasilan Seorang Pemimpin
(7 Hukum Kepemimpinan Rohani)
Judul asli artikel: Pemimpin Yang Baik Memiliki Strategi
Penulis: David Hocking
Penerjemah: Martin Muslie, Deddy, Suryadi, Xavier Quentin Pranata
Penerbit: Yayasan ANDI, Yogyakarta 1994
Halaman: 223 -- 227
Jenis Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar