Pemimpin Adalah Pelayan

Sudah menjadi keharusan bahwa di dalam setiap kelompok masyarakat diperlukan seorang pemimpin. Hal ini tidak hanya berlaku dalam kelompok atau organisasi besar, tetapi juga dalam kelompok-kelompok kecil. Pemimpin dan kepemimpinan sekarang sudah menjadi kebutuhan penting dalam masyarakat modern. Ada banyak orang, baik dengan cara langsung ataupun dengan gaya malu-malu kucing ingin menjadi pemimpin. Tentu ada banyak alasan yang dapat dikemukakan untuk tujuan tersebut. Tetapi, salah satu di antaranya adalah adanya pemikiran bahwa menjadi pemimpin berarti akan menjadi tuan dari yang dipimpin dan ini jelas sebuah konsep yang berlawanan dengan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, yang menyatakan bahwa pemimpin harus menjadi pelayan dari semuanya (Matius 22:11).

Gambar: Yesus membasuh kaki murid

Telah diakui secara umum bahwa dewasa ini, kita sedang mengalami krisis di bidang kepemimpinan. Hal ini juga terjadi dalam gereja atau lembaga Kristen. Krisis ini semakin diperburuk oleh pemimpin-pemimpin gereja atau lembaga Kristen, yang meniru dan memraktikkan gaya kepemimpinan sekuler. Sebagai akibatnya, tentu saja pengaruh dunia semakin dalam masuk ke gereja. Apakah salahnya memraktikkan kepemimpinan sekuler dalam pelayanan gereja? Permasalahan yang utama adalah kita tidak dapat memimpin suatu gereja dengan sukses, karena dalam prinsip-prinsip kepemimpinan sekuler, tidak mengenal kuasa Roh Kudus. Tetapi ada satu perkembangan yang menarik untuk diperhatikan, yaitu dunia bisnis yang sering diasumsikan sebagai dunia sekuler dan kotor, justru tanpa disadari lebih banyak mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan alkitabiah, sementara gereja meninggalkannya. Dengan satu kalimat singkat dapat dikatakan bahwa dalam kepemimpinannya, bisnis semakin alkitabiah dan gereja semakin sekuler.

Hal yang sangat mengkhawatirkan sekarang adalah kecenderungan lembaga gereja yang bergantung pada prinsip-prinsip kepemimpinan manusia, sehingga tidak tertutup kemungkinan suatu saat di dalam gereja, kita akan berusaha melakukan pekerjaan Tuhan dengan cara manusia.

Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang melayani. Ini artinya bahwa seorang pemimpin Kristen bukan menerapkan kekuasaannya berdasarkan ego, tetapi berdasarkan tanggung jawab. Seorang pemimpin yang berdasarkan ego akan memuaskan egonya dalam setiap tujuan, sedangkan pemimpin yang dimotivasi oleh tanggung jawab, akan membuat dia mengorbankan egonya bagi suatu tujuan. Perlu diwaspadai bahwa seorang pemimpin yang dikendalikan ego, akan mengurangi integritasnya. Kepemimpinan membutuhkan kemauan keras, bukan kemauan yang egois atau keras kepala, melainkan kemauan yang tetap untuk melakukan apa yang perlu dilakukan. Esensi kepemimpinan Kristen tidak terletak pada jabatan, gelar, atau pangkat, tetapi pada "kain dan basi" sebagaimana teladan Yesus saat Ia membasuh kaki murid-murid-Nya.

Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Mereka yang diangkat menjadi pemimpin di tengah-tengah umat Allah, selalu diangkat untuk melayani, entah sebagai imam, raja, atau nabi. Ketika Salomo diangkat menjadi raja, hal yang paling menyenangkan hati Tuhan adalah ketika dia memohon hati yang paham untuk membedakan antara yang baik dan jahat (1 Raja-Raja 3:9). Di sini jelas, permintaan ini bukan untuk kepentingan pribadinya, tetapi untuk pelayanan kepada masyarakat yang dipimpinnya.

Demikian juga Harun saat ia ditahbiskan menjadi imam, di pundak kiri dan kanannya memikul masing-masing 6 nama dari 12 suku Israel yang ditulis pada batu permata, dan pada tutup dadanya ada 12 permata yang juga melambangkan suku-suku Israel. Hal ini dilakukan sebagai lambang tanggung jawab Harun untuk senantiasa berdoa bagi suku-suku yang dipimpinnya (Keluaran 28:12, 29). Demikian juga dengan para nabi, mereka dipanggil untuk memimpin dan melayani umat.

Model kepemimpinan melayani adalah model yang absah dan alkitabiah, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Facebook Twitter WhatsApp Telegram

Tuhan Yesus juga mengacu pada model yang sama. Ia mengajar murid-murid-Nya cara memimpin yang harus mereka miliki, "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu." (Matius 20:25-27) "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, ia hendaknya menjadi yang terakhir dan pelayan dari semuanya." (Markus 9:30-37)

Dalam konteks Markus 9, yang dipermasalahkan oleh murid-murid adalah soal siapa yang terhebat di antara mereka. Ironisnya, hal itu terjadi setelah Yesus memberitahukan untuk kedua kalinya bahwa Ia akan menuju salib. Setelah peristiwa itu, Yesus mengajar mereka bahwa yang ingin menjadi pemimpin harus menjadi hamba, dan Yesus merangkul seorang anak kecil sebagai model. Dalam Lukas 22:26, Yesus kembali menekankan bahwa yang memimpin hendaklah menjadi pelayan. Selama pelayanan-Nya di dunia, Yesus dengan keras menegur para ahli Taurat dan orang Farisi, yang pada saat menjabat sebagai pemimpin jemaat "suka duduk di tempat terhormat" (Matius 23:6-7).

Akhirnya, hal yang paling sulit untuk dilakukan dalam kepemimpinan yang melayani adalah, banyak orang beranggapan bahwa jika seorang pemimpin mengambil bagian dalam melakukan tugas sederhana dianggap dapat menurunkan kewibawaannya sebagai pemimpin. Jangan menganggap bahwa merendahkan diri itu hal yang mudah bagi seorang pemimpin. Masyarakat kita saat ini sudah memiliki konsep bahwa yang memimpin adalah bos, sehingga kalau seorang pemimpin mengerjakan tugas sederhana, ini tentu akan dianggap sebagai hal yang aneh. Dunia mustahil dapat menerima pandangan seperti ini, sebab yang dipandang wajar oleh dunia adalah seorang pemimpin harus menunjukkan kekuasaannya atas orang yang dipimpinnya. Tetapi kepemimpinan seperti ini menurut Yesus tidak dapat diterapkan dalam gereja, dan hal yang harus selalu diingat bahwa gereja dipanggil untuk melakukan kehendak Allah. Perlu diingat bahwa dalam konsep "pemimpin pelayan" yang menjadi tekanan bukanlah aspek "pemimpin", tetapi aspek "pelayan". Pemimpin pelayan bukan pemimpin yang melayani, tetapi pelayan yang memimpin.

Download Audio: Pemimpin Adalah Pelayan

Diambil dan diedit seperlunya dari:
Nama situs : Gereja Pemberita Injil
Alamat situs : http://www.gepembri.org/cgi-bin/show.cgi?file=art/071211.id"
Judul artikel : Pemimpin Adalah Pelayan
Penulis : G.I. Kristison
Tanggal Akses : 5 Mei 2011
Kategori Bahan Indo Lead: 
File: 

Komentar