Kepemimpinan Ala Bintang dari Timur

KEPEMIMPINAN ALA BINTANG DARI TIMUR
Oleh: Dian Pradana

Natal adalah sebuah momen yang penting; momen di mana kita sekali lagi diingatkan bahwa seorang bayi telah lahir, seorang bayi yang menjadi Juru Selamat bagi kita semua.

Seperti kita lihat pada umumnya, ada banyak cara untuk memperingati momen spesial ini. Sebut saja pementasan drama natal yang diadakan di gereja-gereja dan sekolah minggu, ibadah Natal, atau bahkan permainan-permainan yang berhubungan dengan kelahiran Yesus. Semua itu diadakan dan dijalankan setiap tahun untuk memeriahkan suasana Natal, terkhusus untuk kembali menghayati apa makna Natal sebenarnya.

Terlebih daripada itu semua, sebenarnya ada suatu teladan kepemimpinan yang dapat kita ambil dan pelajari dari apa yang terjadi lebih dari dua ribu tahun yang lalu saat Yesus lahir.

Jika sekarang Anda ditanya ingin menjadi apa saat Tuhan Yesus lahir (Natal pertama), apakah jawaban Anda? Tentu ada banyak pilihan jawaban atas pertanyaan ini. Jawaban Anda pun pasti berbeda dengan jawaban orang lain. Anda bisa saja menjawab pertanyaan itu dengan jawaban seperti Maria, Yusuf, orang Majus dari Timur, para gembala, kandang domba, dan hal-hal lain yang menyertai saat Yesus lahir. Tentunya ada alasan tersendiri dalam memilih salah satu jawaban tersebut. Namun, saya akan memilih menjadi bintang; bintang yang ada saat Yesus lahir dan menjadi penuntun bagi para orang Majus dari Timur kepada Juru Selamat (Mat. 2:1-12).

Alasannya, ada teladan kepemimpinan dalam peran yang dilakonkan oleh bintang tersebut. Setidaknya, ada dua teladan kepemimpinan yang diperlihatkannya.

  1. BINTANG ITU BERSINAR TERANG

    Alkitab memang tidak menyebutkan bahwa bintang itu bersinar terang. Namun, marilah kita sedikit berlogika. Orang-orang Majus bisa melihat bintang itu karena bintang itu bersinar terang. Jika tidak demikian, bagaimana mungkin orang-orang Majus itu bisa melihatnya dan menjadikannya sebagai penuntun?

    Dalam hal ini, kita bisa meneladani terang yang dipancarkan oleh bintang tersebut. Saat kita bersinar terang, kita akan menjadi panutan dan penuntun bagi sesama kita. Nah, bagaimanakan kita bisa memancarkan terang sehingga kita dapat menjadi seorang pemimpin yang dapat menuntun orang lain? Jawabannya mudah. Terang akan secara otomatis bersinar jika kita memperlihatkan pikiran-pikiran dan perilaku-perilaku yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin: memiliki kredibilitas, komitmen, integritas, kompetensi, kerendahan hati, kedisiplinan, pikiran positif, dan keberanian untuk berinisiatif.

    Memang tidak mudah untuk dapat memiliki semua karakter tersebut, bahkan pada faktanya, tidak mungkin kita dapat memiliki semua karakter tersebut sekaligus. Namun, kepemilikan salah satu karakter tersebut sudah dapat menjadikan Anda sebagai panutan; sebagai seorang yang diikuti dan diteladani. Anda tidak perlu menjadi orang yang populer dan sukses terlebih dahulu agar diikuti. Saat Anda mulai mempraktikkan dan menerapkan salah satu karakter tersebut dalam hidup dan lingkungan Anda, orang lain akan mengerti bahwa Anda layak diikuti dan dijadikan panutan. Seperti yang Albert Einsten katakan: "Try not to become a man of success but rather try to become a man of value." Berusahalah bukan untuk menjadi orang yang sukses, namun orang yang bernilai.

  2. BINTANG ITU MENUNTUN KEPADA KEBENARAN

    Matius 2:9 menyebutkan, "Setelah mendengar kata-kata raja itu, berangkatlah mereka. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu berada." Jelas sekali dikatakan di ayat tersebut bahwa bintang itu membawa orang-orang Majus kepada Kebenaran Sejati; Yesus Kristus.

    Demikian juga sebaiknya kita bersikap seperti bintang itu. Saat kita menjadi pemimpin dan panutan bagi orang lain yang mengikuti kita, kita tidak boleh membawa mereka pada jalan yang salah. Sebaliknya, kita harus membawa mereka kepada kebenaran. Hikmat bijaksana diperlukan untuk menuntun orang lain menuju kepada kebenaran. Dan hikmat bijaksana itu dapat diperoleh dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, baik dengan berkomunikasi melalui doa maupun dengan tekun mendalami firman-Nya. "Karena Tuhanlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian" (Ams. 2:6).

    Saat Anda mampu membawa orang-orang yang Anda pimpin menuju kepada kebenaran, Anda akan membawa mereka kepada sebuah kebahagiaan dan sukacita, seperti halnya orang-orang Majus yang bersukacita saat mereka menemukan kebenaran yang sejati (Mat. 2:10).

Nah, bagaimana dengan Anda, Apakah Anda telah atau siap menjadi bintang dari Timur yang memancarkan terang dan menuntun orang-orang pada kebenaran sejati?

File: 

Komentar