Login / Register    » RSS GEMA Feed

Sejarah Lagu "Jangan Aku Dilalui"

admin's picture

Syair : Pass Me Not, O Gentle savior, Fanny J. Crosby, 1868. Lagu : PASS ME NOT, William H. Doane, 1868. Lukas 18:35-43; Mazmur 73:25; 130:2,5 Seorang wartawan sedang mengadakan wawancara dengan seorang wanita tua. Wanita tua itu telah mengarang beribu-ribu nyanyian pujian, termasuk yang disoroti dalam pasal ini.

Sesaat sebelum hari ulang tahunnya yang ke-93, ia diwawancarai, agar wartawan itu dapat memuat riwayat hidupnya dalam sebuah majalah Kristen. Wanita tua itu mengatakan: "Bagi saya, yang paling berharga ialah memiliki isi Alkitab yang tersedia, siap dipakai. Hal itu sangat berguna dalam tulisan saya, dan juga dalam seluruh hidup saya." Cerita Alkitab Dalam Nyanyian Memang isi Alkitab sangat berguna bagi pengarang wanita itu, pads saat ia menulis lagu yang dikisahkan dalam pasal ini. Lukas 18:35-43 menceritakan "seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: `Apa itu?' Kata orang kepadanya: `Yesus orang Nazaret lewat.' Lalu ia berseru: `Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"' Dan Yesus pun singgah kepada orang buta itu serta menyembuhkannya. Bukankah cerita Alkitab yang indah itu berkumandang dalam ingatan pengarang pada saat ia menulis kata-kata ini? "Jangan aku dilalui, dengar doaku; Orang lain Tuhan singgahi; jangan t'rus lalu." Siapakah wanita tua yang mengarang lagu pilihan itu? Dalam wawancara sesaat sebelum ia mencapai umur 93 tahun, wanita itu mengatakan juga: "Sebenarnya saya tidak bercacad. Apa artinya kehilangan salah satu dari pancaindra, jika hal itu menolong saya mendapatkan sekian banyak kesempatan? Segenap hidup saya mungkin takkan berguna, andaikan mata saya tidak buta." Nyatalah bahwa wanita tua yang menulis "Lagu Berdasarkan Kitab Suci" itu adalah seorang tunanetra! "Kasihan Gadis Cilik Buta Ini Ini!" Nama selengkapnya ialah Frances Jane Crosby. Sesuai dengan adat bangsanya pada tahun 1820, yakni saat ia lahir di Amerika Serikat, gadis kecil itu diberi nama julukan "Fanny." Ketika si Fanny baru berumur enam minggu, ia menderita sakit mata. Seorang dokter memberikan pengobatan yang salah, dan sebagai akibatnya bayi itu menjadi buta. Ketika si Fanny berumur satu tahun, ayahnya meninggal. Rupa-rupanya hidup akan serba sulit untuk gadis kecil itu. Ketika Fanny berumur lima tahun, tetangga-tetangganya mengumpulkan dana untuk mengirimkan dia kepada seorang dokter ahli mata. Ibunya membawa anak itu ke kota besar New York. Tetapi dokter mata yang ternama itu pun tak dapat berbuat apa- apa. Sewaktu si Fanny diantar keluar dari ruang pemeriksaan, ia mendengar dokter itu berbisik: "Ah, kasihan sekali gadis cilik yang buta ini!" Pasti dokter itu tak dapat membayangkan, betapa bahagia, indah, dan mulianya hidup "gadis cilik yang buta" itu kelak. Fanny Menjadi Ternama Walau mata si Fanny tidak berguna, namun telinga dan pikirannya tajam sekali. Pada umur delapan tahun ia sudah mulai menulis syair. Ia mendengarkan dengan cermat sekali kepada siapa pun yang rela membacakan baginya. Ia pun mengembangkan ingatannya, sehingga pada umur sepuluh tahun ia sudah dapat menghafalkan kelima kitab pertama dalam Perjanjian Lama, dan keempat Kitab Injil dalam Perjanjian Baru! Ketika Fanny Crosby berusia 15 tahun, ia diperbolehkan pindah ke kota New York dan masuk sebuah sekolah khusus untuk anak-anak tunanetra. Di situ ia menjadi murid teladan, sehingga sepuluh tahun kemudian ia pun diminta menjadi guru di sekolah itu. Pada tahun-tahun selama Fanny Crosby mengajar anak-anak buta di New York, ia sempat berkenalan dengan banyak orang yang tersohor. Dialah wanita pertama yang diizinkan berpidato di depan Kongres (DPR), di ibu kota Washington. Ia pun menjadi teman dari beberapa Presiden Amerika Serikat. Fanny Crosby juga menjadi pengarang yang ternama. Ia menggubah lagu-lagu populer yang diterbitkan dan dinyanyikan di seluruh Amerika. Pada tahun 1858 ia menikah dengan Alexander Van Alstyne, seorang pria tunanetra dari sekolah luar biasa di New York itu. Sesudah pernikahannya Fanny hendak mencantumkan nama pada karangannya sebagai "Ny. Van Alstyne." Tetapi suaminya menasihati dia bahwa namanya yang dahulu sudah cukup terkenal, dan sebaiknya dipakai terus. Maka Fanny menerima nasihat suaminya itu. Tetapi ia pun memakai tidak kurang dari duaratus nama samaran. Rupa-rupanya ia tidak mau dikenal sebagai pengarang sekian banyak lagu! Haluan Hidup yang Baru William B. Bradbury adalah seorang ahli musik yang terkenal. (Lihatlah JILID 2, pasal 13; JILID 3, pasal 11; dan JILID 4, pasal 7 dan 10 dari seri buku ini.) Pada tahun 1864 ia memberi saran kepada Fanny Crosby. "Tuhan sudah mengaruniakan bakat kepada ibu," demikianlah kata Bapak Bradbury. "Bukankah lebih baik jika ibu menggunakan bakat itu untuk membuat nyanyian bagi Tuhan?" Fanny Crosby menerima baik usul itu. Segeralah ia mengarang nyanyian rohaninya yang pertama. Selama sisa hidupnya yang panjang sekali, ia tidak pernah lagi mengarang lagu-lagu pop. Sebaliknya, ia mengarang hampir sembilan ribu nyanyian pujian! Sebagai pengarang Kristen, wanita buta yang penuh bakat itu menjadi lebih ternama lagi daripada sebelumnya. Kebanyakan nyanyian populernya sudah dilupakan, tetapi beberapa lagu rohani di antara yang ribuan itu masih tetap dinyanyikan oleh umat Kristen di seluruh dunia. Fanny Crosby sering menghadiri kebaktian di gereja dan kebangunan rohani. Ia senang mendengar orang-orang lain menyanyikan karangannya. Juga khotbah, bacaan Alkitab, dan kesaksian sering menimbulkan buah pikiran untuk nyanyian pujian yang baru. Sampai saat ia meninggal pada tahun 1915, Fanny Crosby terus menggunakan keahlian nya demi Tuhan. Pengurus Pabrik Merangkap Musikus Pada tahun 1868, empat tahun setelah ia mulai mengarang lagu-lagu rohani, Fanny Crosby menulis nyanyian yang disoroti dalam pasal ini. Lagu itulah yang mula-mula membuat dia terkenal sebagai pengarang nyanyian pujian, di samping pengarang lagu pop. Tentu saja satu alasan "Lagu Berdasarkan Kitab Suci" itu telah menjadi lagu pilihan umat Kristen di mana-mana, ialah karena melodinya. Not-not itu seolah- olah memohon, membujuk dengan sangat agar Tuhan Yesus memperhatikan dan menolong orang yang sedang menyanyi. Siapakah pengarang lagu yang bernada halus itu? Namanya William Howard Doane; ia dilahirkan pada tahun 1832, dan meninggal pada tahun 1915. Anehnya, ia sebenarnya bukan seorang ahli musik; ia menjadi pengurus sebuah pabrik besar di kota Cincinnati, negara bagian Ohio. Riwayat hidup William Howard Doane yang lebih lengkap terdapat pada pasal 9 dalam JILID 4 dari seri buku ini. Ia bersahabat baik dengan Fanny Crosby. Banyak sekali syair karangan wanita tunanetra di New York itu, yang musiknya dilengkapi oleh pengurus pabrik di Ohio. (Lihatlah juga pasal 10 dari JILID 3 dalam seri buku ini.) Anehnya, kadang-kadang Bapak Doane lebih dahulu mengarang not-notnya, dan baru kemudian Fanny Crosby menulis kata-katanya! Demikianlah yang terjadi dalam hal "Lagu Berdasarkan Kitab Suci. Pada saat Bapak Doane menyerahkan kepada temannya suatu melodi baru, ia pun berkata: "Saya ingin supaya orang-orang insaf bahwa Tuhan Yesus senantiasa dekat kepada mereka, dan bahwa Ia pasti takkan melewati mereka." Dari gagasan itu, dan dari ingatannya akan cerita Yesus dan pengemis buta di pinggir jalan, Fanny Crosby menciptakan sebuah lagu pilihan. Setelah Empatpuluh Tahun Berpuluh-puluh tahun kemudian, Fanny Crosby disapa oleh seorang pria di sebuah stasiun kereta api besar. "Senang sekali saya bertemu dengan ibu di sini!" kata orang itu. "Sudah lama sejak saya melihat ibu di Inggris, pada waktu kebangunan rohani besar." "Maaf, pak," kata Fanny Crosby dengan sopannya. "Saya belum pernah mengarungi Samudra Atlantik ke Inggris." "Wah! Betul? Kalau begitu, saya seolah-olah melihat ibu, di dalam lagu-lagu karangan ibu." Dan pria itu terus bercerita bagaimana lagu "Jangan Aku Dilalui" itu telah dipakai oleh Tuhan untuk membawa dia kepada pertobatan dan hidup baru. "Tahun berikutnya setelah saya bertobat, saya pun pindah ke Amerika," demikianlah ia menutup ceritanya. "Itu 'kan sudah empatpuluh tahun yang lalu, tapi saya masih tetap membawa serta ke mana-mana sebuah salinan dari lagu karangan ibu itu." Sebelum mereka berpisah, pria itu memberi Fanny Crosby sebuah cek bank untuk sejumlah uang yang cukup besar. Pasti wanita tunanetra itu senang atas pemberian yang tak terduga. Tetapi ia pun lebih senang lagi oleh karena lagu karangannya telah menjadi pedoman kepada hidup kekal di dalam Yesus Kristus.

Author
: H.L. Cermat
Sumber
: Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian, Jilid 1
® Lembaga Literatur Baptis
Submitted by admin on 27 June, 2006 - 11:22
 

Komentar