Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs C3I

Dampak yang Lebih Luas dari Konflik yang Tidak Diselesaikan

Konflik dalam pekerjaan yang tidak diselesaikan dapat menimbulkan berbagai masalah dalam bidang lain kehidupan Anda. Saya melewati periode kacau akibat perseteruan dengan bos yang tidak peka. Kemudian, saya menemukan adanya efek negatif terhadap istri dan anak-anak saya. Di rumah, saya tidak "hidup", saya cenderung banyak berpikir, dan -- seperti yang mereka katakan kepada saya sekarang -- saya "tidak terlalu senang ditemani".

Ketika rasa frustasi yang berat membayangi kita, kualitas pekerjaan kita dan keakraban hubungan kita dengan orang lain akan terpengaruh. Kesehatan kita -- secara fisik maupun emosional -- juga dapat terganggu. Mungkin kita akan berhenti berolahraga atau menarik diri dari teman-teman dan gereja pada saat kita merasa semakin frustasi atau tertimpa kesedihan. Kerinduan saya -- karena saya juga pernah mengalaminya -- adalah memberi wawasan dan pengharapan bagi Anda yang mengalami konflik seperti ini.

Saya ingin Anda tahu bahwa penyelesaian akan masalah pekerjaan ini berkisar pada beberapa hal penting di bawah ini:

  • Identifikasi masalah (Apakah ini masalahku atau masalah mereka?);

  • Segera menghadapi masalah (Kalau tidak, masalah itu akan semakin buruk);

  • Mengandalkan Allah;

  • Tanggung Jawab (Belajar bersikap terbuka, jujur, dan tekun berdoa bersama orang lain); dan

  • Antisipasi (Mengharapkan Allah menolong dan mengarahkan Anda dalam setiap situasi).

DUA SUMBER KONFLIK

Sebelum kita mulai, saya ingin menjelaskan sesuatu. Kita biasanya menganggap bahwa konflik disebabkan oleh seseorang atau sesuatu diluar diri kita. Namun, sering kali kita juga frustasi karena konflik-konflik internal. Kita ambil kisah Luke sebagai contoh.

Eksternal.Luke mempunyai masalah dalam hubungan dengan rekan sekerja dan bosnya. Saya harus menentukan apakah memang mereka yang salah atau apakah Luke memiliki kelemahan tak disadari yang turut memicu masalah. Kami menemukan kesalahan pada kedua pihak. Luke memiliki beberapa kebiasaan yang sangat menjengkelkan, dan bosnya perlu "pencangkokan kepribadian"! Konflik berkepanjangan dengan orang lain merupakan sumber utama konflik eksternal.

Internal. Luke tidak sanggup memutuskan meninggalkan pekerjaannya. Jadi, ia tetap mendua hati, berada di antara dua pilihan: rasa aman (disertai kebosanan) dan risiko (disertai kegairahan). Kondisi ini merupakan sumber konflik yang sangat besar, dan sikapnya terus memburuk selama beberapa tahun ini. Luke telah membuat komitmen untuk mengikuti Kristus dan hidup sebagai orang Kristen sejak kecil, namun secara perlahan ia menjadi orang Kristen "Minggu-an". Ia merasa terpisah dari Allah karena ia juga semakin dalam terlibat perselingkuhan dengan seorang rekan kerjanya yang sudah menikah, dan ini menambah kekacauan yang sudah ada.

Kebanyakan orang yang saya tangani mengalami peperangan batin antara kepercayaan diri, rasa bersalah, dan ketakutan. Langkah pertama untuk keluar dari konflik adalah menyediakan waktu untuk dengan jujur dan hati-hati mengidentifikasikan sumber atau berbagai sumber yang sesungguhnya dari konflik yang Anda hadapi. Hal ini termasuk memandang diri secara positif.

MENANGANI KONFLIK

Dalam hidup ini, saya terbiasa menggunakan reaksi "sentakan lutut" (terlalu cepat bereaksi) dan pendekatan "kepala di dalam pasir" (bersembunyi dari masalah) untuk memecahkan konflik dalam pekerjaan. Berharap bahwa jika Anda mengabaikan masalah maka masalah itu akan berlalu adalah hal yang mudah. Reaksi manusiawi semacam ini jarang berhasil. Jarang sekali masalah lenyap dengan sendirinya. Dan, Anda juga tidak dapat mengandalkan orang lain untuk memecahkan masalah Anda. Ketegangan Luke mulai mencair ketika ia menyadari bahwa dirinya bukanlah korban. Selama itu ia justru telah memusatkan diri pada banyak hal yang ia anggap merupakan kesalahan atau tanggung jawab orang lain. Ketika ia mampu menyadari bahwa dirinya punya masalah dalam berkomunikasi dan mulai mengambil langkah-langkah perubahan, ia terkejut menemukan orang lain tiba-tiba lebih mudah bekerja sama dengan dirinya. Tidak, ia tidak dapat menjadi sahabat terbaik untuk bosnya yang sulit itu. Namun, ia mampu menjalin hubungan kerja yang tulus dalam sisa waktunya bekerja di tempat tersebut.

Kita bukanlah pion yang dapat dimanfaatkan oleh situasi atau orang lain. Ada sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki situasi kerja Anda yang buruk, meskipun Anda bukan penyebabnya. Dan, sebagai orang Kristen, saya dapat meyakinkan Anda bahwa Allah menghargai orang-orang yang mencari Dia dan menantikan pertolongan-Nya dalam setiap situasi, juga orang-orang yang bersedia melakukan tugas yang harus dikerjakan karena adanya perubahan. Banyak di antara kita berada dalam jurang penderitaan. Kita terpaksa bertahan dalam konflik karena perubahan terlalu berisiko. Keluar dari jurang itu membutuhkan penyelesaian konflik dan peralihan ke tahap pertumbuhan berikutnya. Itu artinya melepaskan cara berpikir dan bertindak yang lama, dan bertanggung jawab atas kedewasaan diri dan kebutuhan kerja kita.

Saya tidak akan mengatakan bahwa satu jawaban "cocok untuk semuanya". Itu mustahil karena Allah merancang kita secara unik dan kita memiliki pola alamiah yang berbeda dalam menangani konflik, perubahan dan komunikasi. Sahabat baik saya, Spike, senang menangani situasi dengan segera. Selama bertahun-tahun ia harus belajar untuk tidak terlalu cepat bertindak. Saya lebih suka menganalisis dan menunda setiap tindakan. Saya harus belajar untuk bisa lebih cepat dan tepat dalam menghadapi masalah. Intinya adalah mempelajari keterampilan baru yang Anda perlukan untuk menolong diri Anda membuat perubahan yang tepat dalam hidup Anda.

Sumber:

Judul Buku : Bebas dari Konflik
Judul Artikel : Dampak yang Lebih Luas dari Konflik yang Tidak Diselesaikan
Penulis : Paul Tomlinson
Penerbit : Yayasan Media Buana Indonesia, 2001
Halaman : 6 - 9

Komentar