Teladan Alkitab Tentang Konselor

Edisi C3I: e-Konsel 032 - Gereja dan Pelayanan Konseling

Sudah sejak lama konseling menjadi bagian dari gereja, bahkan sebelum konseling terpola menjadi satu program pelayanan dalam gereja. Jika secara luas kita mendefinisikan konseling sebagai seseorang yang mendampingi, memberi ketentraman hati, menunjukkan apa yang benar, atau memberikan bimbingan, maka Alkitab mempunyai banyak contoh mengenai konseling.

  1. MUSA merupakan salah satu dari para konselor pertama yang terdaftar dalam Alkitab. Sebagian besar harinya dalam perjalanan di gurun menuju Kanaan dipakai untuk mendengarkan dan memberikan keputusan untuk semua keluhan/permasalahan yang disampaikan kepadanya. Keputusan dan nasihat bijaksana yang diberikannya merupakan penuntun bagi orang Israel dalam menjalani kehidupan mereka sehari-hari (Keluaran 18:15-16).
  2. YITRO, mertua Musa mengatur orang-orang dalam kelompok-kelompok, sehingga orang lain dapat membantunya dalam memberikan konseling (Keluaran 18:21-22). Jika masalah yang dihadapi terlalu rumit dan sulit dimengerti oleh seorang konselor, maka dia akan menyerahkan masalah tersebut kepada seorang hakim yang lebih tinggi, sampai jika betul-betul diperlukan, masalah itu akan disampaikan kepada Musa.
  3. TEMAN-TEMAN AYUB datang untuk memberikan bimbingan, memberi semangat, dan mendukung Ayub selama masa krisisnya (Ayub 2:11,13).
  4. DAUD, si gembala muda, dibawa menghadap Raja Saul untuk menghiburnya dengan musik. Bagi Saul, yang saat itu sedang mengalami tekanan emosional yang amat besar, permainan musik Daud merupakan satu bentuk dukungan terapi. Saat itu merupakan kesempatan Saul untuk mengalami masa-masa pemulihan emosi dan mentalnya (1Samuel 16:23). Tugas-tugas para gembala berhubungan dengan tugas konseling. Mereka terlibat untuk menguatkan orang yang dalam kelemahan, menolong orang-orang yang "lumpuh", memulihkan perasaan yang sakit, dan menemukan mereka yang terhilang.
  5. Nabi-nabi seperti ELIA dan ELISA menerapkan konseling dalam bentuk khotbah dan menjelaskan Firman Tuhan kepada orang-orang (1Raja-raja 17-19). Nasehat mereka, walaupun terkadang tidak dituruti, memberikan indikasi yang jelas bahwa datangnya dari Tuhan untuk memberikan kedamaian. Umat Allah membutuhkan konseling yang bijaksana dari mereka. Para raja dan pemimpin militer dari negara-negara di sekitar Israel juga membutuhkan nasehat dari para nabi ini.
  6. Pelayanan YESUS seringkali melibatkan pemberian konseling untuk orang lain. Dia memberikan tuntunan kepada para pendengar-Nya mengenai cara untuk:
    • dapat masuk dalam Kerajaan Allah (Matius 19:23-30),
    • menerima pemulihan (Yohanes 3:1-16; Matius 12:10-14), dan
    • memperbaiki hubungan yang retak (Matius 5:23-26).
    Dalam Yesaya 9:5 Nabi Yesaya mencatat bahwa "Penasihat Ajaib" (Konselor) akan menjadi salah satu sebutan Yesus. Yesus membicarakan tentang 'mendengarkan' -- keahlian yang penting dalam konseling -- lebih dari 200 kali. Yesus memberikan teladan dengan bersikap menerima, ramah, dan lemah lembut kepada wanita Samaria yang ditemuinya di sumur (Yohanes 4) dan juga kepada wanita yang telah berzinah (Yohanes 8). Yesus menunjukkan kemampuan-Nya dalam melakukan konseling melalui:
    • cara-Nya mendengarkan (Lukas 24:17-24),
    • kemampuan-Nya dalam menghadapi masalah (Lukas 24:25; Matius 8:26),
    • pengertian-Nya/pemahaman-Nya tentang orang (Matius 19:16-22), dan
    • melalui kemampuan-Nya untuk menghubungkan kata-kata dalam Firman Tuhan dengan kebutuhan manusia (Lukas 6:47-49).
  7. Rasul PAULUS menunjukkan empati dan kepeduliannya kepada para penatua di Efesus (Efesus 1:1; 16-18). Pada waktu dia pergi dari rumah ke rumah untuk mengajarkan tentang kebenaran Firman Tuhan, tidak diragukan lagi dia menjadi terlibat dalam banyak pengalaman konseling. Surat-surat Paulus kepada gereja menunjukkan kedekatan hubungannya dengan jemaat (Kolose 4; Roma 16). Banyak tulisannya dimotivasi oleh keinginannya untuk memecahkan sebuah masalah penting yang dihadapi gereja atau seorang jemaat dalam gereja (lihat Filipus, 1Korintus).

Gereja mula-mula menetapkan orang-orang awam untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan mengurus bantuan yang sesuai (Kisah Para Rasul 6:1-7). Memenuhi kebutuhan jasmani, mental, dan rohani orang banyak telah menjadi tema yang konsisten di sepanjang sejarah gereja. Walaupun metode dan teknik yang dipakai untuk membantu jemaat yang membutuhkan bervariasi dari generasi ke generasi, gereja selalu menjadi tempat tujuan dari jemaat yang mengalami tekanan fisik, emosi, atau rohani. Kristus menegaskan agar gereja menjadi model untuk menyatakan kasih yang tak bersyarat dan menerima setiap mereka yang membutuhkan.

Sumber
Halaman: 
331 - 333
Judul Artikel: 
Foundations of Ministry
Penerbit: 
A BridgePoint Book, Illinois, 1992