Tersenyum di Tengah Duka

Oleh: Ev. Margareth Linandi

Sebagian orang berpikir kehidupan mengikut Yesus gampang, tapi dalam lapangannya banyak sekali kerikil-kerikil tajam, batu-batu besar yang harus dilewati oleh setiap orang Kristen.

Kerikil-kerikil itu seperti hubungan keluarga yang tidak baik, penyakit yang mungkin tidak kunjung sembuh, anak yang pemarah dan tidak perhatian pada orang tua, atau suami yang tidak mengasihi istrinya dengan sepenuh hati.

Bagaimana respon kita terhadap masalah yang datang silih berganti? Terkadang satu masalah belum selesai muncul lagi masalah yang besar dan tidak dapat kita pikul, tapi Tuhan tidak tidur. Ketika masalah kita belum diselesaikan dan doa kita tidak dijawab oleh Tuhan, sebagian kita ada yang bertanya ”Mengapa Tuhan? Di mana Tuhan?”


Saudara-saudaraku, itu adalah pertanyaan yang lumrah dialami oleh orang percaya, akan tetapi ingatlah, Tuhan tidak pernah tertidur. Masalah yang kita alami mungkin membuat kita tertekan dan sedih atau memikirkan terus menerus sampai kita kehilangan sukacita akan tetapi dalam Filipi 4:4 dikatakan bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah.”

Ketika dalam kebahagiaan, berkat melimpah, sehat selalu mudah bagi kita untuk bersukacita. Dari kata bahasa inggris mempunyai 2 kata yaitu happy dan joy. Happy biasa dilakukan orang ketika orang sedang dapat kesenangan, ulang tahun, sehat dan lainnya. Tapi yang Tuhan inginkan adalah kita memiliki ”joy”. Joy adalah perasaan bersukacita, senang, bahagia walau dalam keadaan menderita, walau penghasilan pas-pasan, walau keluarga sedang dalam masalah. Joy itu juga dialami oleh Paulus.

Paulus bisa menikmati” joy” padahal waktu itu Paulus sedang dipenjara di Filipi bukan karena dia jahat tapi karena mengikut Tuhan dan memberitakan Injil, ia dipenjara. Penjara zaman dahulu bukan seperti penjara saat ini, benar-benar menderita, orang ditaruh di tempat penjara yang sangat pengap dan penuh dengan binatang-binatang seperti tikus dan ular-ular kecil, akan tetapi Paulus tidak tenggelam dalam duka melainkan dia bisa bersukacita di tengah penderitaannya.

Itulah sebabnya Paulus menghimbau jemaat Filipi untuk bersukacitalah senantiasa. Kata senantiasa artinya adalah terus menerus jadi dalam keadaan duka pun tetap bisa tersenyum dan bahagia.

Mungkin kita berpikir ”Bagaimana mungkin bisa?” Aku sedang dalam beban berat, penderitaan berat sulit untuk tersenyum yang pastinya adalah penuh air mata. Paulus menegaskan bahwa kehidupan orang percaya harus selalu diisi dengan sukacita yang dari Tuhan, bahkan dalam I Tesalonika 5:16 dikatakan ”Bersukacitalah senantiasa”.

Mengapa kita harus bersukacita saat beban berat menimpa hidup kita?

1. Karena kalau kita bersukacita walau beban berat menimpa itu berarti kita menyerahkan masalah kita sepenuhnya dan bersandar pada Tuhan.

2. Karena kalau kita bersukacita, beban kita akan terasa ringan walau kita sedang menghadapi beban berat.

3. Karena kalau kita bersukacita, kita akan memahami tangan Tuhan sedang merancang untuk kita yang terbaik walau kita belum dapat memahami.

Belajarlah seperti Ayub, Ayub adalah seorang yang kaya raya namun takut akan Tuhan, satu kali kita ingat dia dicobai iblis mendapat sakit berat, 10 anaknya mati dalam sekejap, harta benda musnah akan tetapi dia tidak meninggalkan Tuhan, tetap bisa mempercayai Tuhan di tengah penderitaannya, dan bahkan mengatakan ”Masakan kita hanya menerima yang baik dari Allah tapi tidak mau menerima yang buruk?"

Kalau kita belajar menyerahkan semua beban masalah kita pada Tuhan, sesungguhnya kita akan menerima bahwa Tuhan punya maksud indah dan kita tetap bisa tersenyum di kala duka. Tuhan memberkati kita semua dan memberi keringanan dalam penderitaan kita.