Mentalitas Kerajaan

oleh: Pdt Yahya Mulyono, MA

Hidup yang sudah ditebus oleh darah Kristus dengan lunas dibayar, maka sepatutnya hidup ini mau dibentuk untuk memiliki mentalitas kerajaan. Sebab saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Raja maka kita disebut sebagai orang yang merdeka dan berhak mewarisi janji-janji Bapa. Karena itu sebagai ahli waris kerajaan Allah, seharusnya kita memiliki mentalitas kerajaan (Roma 8:14-17).


Apakah yang dimaksud dengan MENTALITAS ? Definisi dan Pengertian dari mentalitas adalah : keadaan dan aktivitas jiwa (batin), cara berpikir dan berperasaan. Mentalitas inilah yang akan menentukan gaya hidup, perilaku dan keputusan-keputusan yang akan kita ambil. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna diciptakan lengkap dengan unsur: roh, jiwa dan tubuh. Roh itu sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan dunia roh, termasuk dengan Tuhan. Sedangkan jiwa merupakan sarana manusia dalam bersikap dan bertindak. Pikiran dan perasaaan termasuk dalam aktivitas jiwa. Manusia dikendalikan oleh jiwanya sebelum menggerakkan fisik/tubuh. Nah, jika kita disebut sebagai warga kerajaan Allah maka seharusnya mentalitas kerajaan Allah nampak dalam hidup kita.

Apakah yang dimaksud dengan KERAJAAN ? Dalam kamus Inggris, terdapat arti kata "kingdom" yang salah satu definisinya adalah "tingkatan, kualitas keadaan atau atribut raja; kekuasaan raja." Isilah ini hampir sama pengertiannya dengan arti kata malkuth (bahasa Ibrani PL) dan basileia (bahasa Yunani PB), yang diartikan "tingkatan, kekuasaan, dan kedaulatan yang dimiliki seorang raja". Arti utama basileia adalah kekuasaan untuk memerintah atau berbicara tentang kedaulatan raja.
Ladd berkesimpulan bahwa arti sesungguhnya Kerajaan Allah adalah pemerintahan, kekuasaan Allah, bukan wilayah. Dalam Mazmur 103:19 dikatakan bahwa "Tuhan sudah menegakkan takhta-Nya di surga dan kerajaan-Nya berkuasa atas segala sesuatu ." Kerajaan Allah itu universal atas seluruh bumi dan segala abad (Mazmur 145:11; Mazmur 145:13; Daniel 2:37, 5:26). Wilayah pemerintahan Allah adalah langit dan bumi.

Ketika Yesus datang ke dalam dunia, Yohanes Pembaptis berkata: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 3:2). Atau dalam kitab Markus, Lukas dan Yohanes memakai istilah “Kerajaan Alla”. Sebenarnya dua istilah ini sama artinya, baik Kerajaan Sorga maupun Kerajaan Allah. Kehadiran Yesus ke dalam dunia menghadirkan Kerajaan Allah/Sorga. Karena itu dalam Doa Bapa Kami, Yesus mengajarkan doa: “Datanglah Kerajaan-Mu di bumi seperti di Sorga.” Jadi ketika kita berbicara tentang Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga, bukan berbicara sesuatu yang “nun jauh di sana” tetapi berbicara tentang kehadiran Tuhan dan kedaulatan kuasa-Nya. Karena itu setalah Yesus bangkit Ia berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.” (Matius 28:18).
Jika kita ingin memiliki mentalitas kerajaan maka kita harus memiliki gaya hidup kerajaan sehingga kita dapat menghadirkan kerajaan Allah di bumi ini.

Bagaimana cara kita dapat memiliki gaya hidup Kerajaan Allah? Yesus mengatakan, agar kita “mencari Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya” (Matius 6:33). Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma 14:17). Ketika kita memprioritaskan waktu kita untuk mencari hadirat Tuhan dan firman-Nya (karena firman adalah kebenaran – Yohanes 17:17) maka kita akan memiliki gaya hidup dan mentalitas kerajaan. Karena itu setiap hari kita harus memiliki persekutuan dengan Tuhan (Saat Teduh).

Mengapa saat teduh menjadi sesuatu yang kita utamakan?
1. Meneladani Tuhan Yesus (Mark 1:35). Yesus setiap pagi membangun hubungan pribadi dengan Bapa-Nya. Ia pergi ke bukit untuk berdoa, meskipun pada hari sebelumnya Ia sibuk sekali. Kalau Yesus yang adalah Anak Allah masih memerlukan waktu teduh bersama dengan Bapa-Nya, apalagi kita.
2. Allah merindukan persekutuan dengan kita anak-anak-Nya. Suatu hal yang luar biasa, bahwa sang Pencipta langit dan bumi benar-benar menginginkan persekutuan dengan ciptaan-Nya (Yesaya 55:6). Apakah kita memiliki kerinduan untuk bersekutu dengan DIA.
3. Tanpa waktu teduh yang teratur, kita sulit bertumbuh dalam iman (Ibrani 5:11-14). Orang-orang saleh yang dipakai Tuhan dari abad ke abad, semuanya mempunyai waktu teduh yang teratur, misalnya Daud (Maz. 5:4), Daniel (Dan 6:11), dan lain-lain. (YM)