Kepribadian dan Keilahian Roh Kudus

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th
 
Khotbah Ibadah Raya GBAP El Shaddai Palangka Raya
Minggu, 16 Desember 2012

“Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu” (Yohanes 14:16-17)

PENDAHULUAN

Roh Kudus adalah Allah dan Pribadi ketiga dari Trinitas. Ia setara dengan Allah Bapa dan Allah Anak. Karena itu sesungguhnya bagi Dia pun selayaknya diberikan penghormatan, penghargaan dan kemuliaan yang sama. Kita tidak seharusnya memperlakukan Dia sebagai Pribadi yang lebih rendah. Kita seharusnya mengenal Dia sebagaimana kita mengenal kedua pribadi Allah yang lain (Kis 5:3,4).


Banyak orang Kristen beranggapan bahwa Roh Kudus itu hanyalah kekuatan tak berwujud atau suatu pengaruh dan bukan suatu pribadi. Mereka memerlukan Roh Kudus sepertinya Roh Kudus itu hanya semacam kekuatan listrik atau bentuk kekuatan yang lain, sehingga mereka dapat mematikan dan menyalakannya sesuka mereka. Penyangkalan atas kepribadian Roh Kudus bukanlah hal yang baru. Pada abad ke keempat, Arius mengajarkan bahwa Roh Kudus hanyalah energi Allah yang dipancarkan ke dalam dunia. Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang hampir sama dengan Arius. Socinus mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah energi yang keluar dari Allah. Saat ini, kaum Unitarianisme menyangkal kepribadian Roh Kudus. Konsep ini salah sama sekali. Roh Kudus adalah Pribadi. Ia adalah Satu Pribadi yang memiliki otoritas (wibawa) dan Kuasa yang besar (possesses great), tapi Ia sendiri jauh lebih besar dari kekuatan yang dimilikiNya. Ia jelas layak menerima penghargaan dan hormat yang kita berikan pada Allah Yang Mahakuasa.

BUKTI-BUKTI ALKITAB BAHWA ROH KUDUS ADALAH PRIBADI

Alkitab menjelaskan bahwa Roh Kudus merupakan satu keberadaan yang berpribadi, bukan suatu kekuatan yang tidak berpribadi (impersonal). Sementara Keilahian Kristus terus menjadi perdebatan, maka pengakuan akan kepribadian Roh Kudus juga terus menjadi perdebatan. Berikut ini argumentasi dan bukti-bukti Alkitab yang membela bahwa Roh Kudus adalah suatu Pribadi.

Pertama, bukti berdasarkan pertimbangan grammatikal. Kata benda dan kata kepemilikan dalam bahasa Yunani Perjanjian Baru membedakan jenis kelamin yang disebut gender yang dapat menunjukkan sifat maskulin, feminim, atau netral. Kata Yunani untuk “roh” adalah “pneuma” pada umumnya bergender netral. Namun, ketika Yesus menjelaskan pelayanan Roh Kudus, maka Ia memakai kata “Pneuma” dengan kata ganti Yunani bentuk maskulin “ekeinos”, seperti yang tercatat dalam Yohanes 16:13, “Tetapi apabila Ia (ekeino) datang, yaitu Roh (Pneuma) Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang” (1 Yohanes 16:13). Disini Yohanes sengaja menggambarkan Roh Kudus sebagai satu pribadi bukan suatu kekuatan besar (baca juga Yohanes 14:17; 15:26). Setiap bukti Alkitabiah tersebut membawa pada kesimpulan bahwa Roh Kudus, meskipun keberadaan-Nya adalah roh, sesungguhnya adalah Pribadi yang sama seperti Bapa, atau anak, atau kita.

Kedua, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus memiliki dan menunjukkan sifat-sifat dasar dari suatu pribadi. Sesuatu dikatakan berpribadi apabila ia memiliki dan menunjukkan sifat-sifat dasar pribadi seperti kecerdasan, perasaan, dan kehendak. Karena pribadi yang sesungguhnya memiliki kecerdasan, perasaan, dan kehendak, dan oleh karena Roh Kudus memiliki semua sifat ini, maka pasti Dia adalah suatu Pribadi. Alkitab menyatakan bahwa: (1) Roh Kudus memiliki kecerdasan. Dia mengetahui dan menyelidiki segala sesuatu yang dari Allah (1 Korintis 2:10-11); Dia memiliki pikiran (Roma 8:27); dan Dia dapat mengajar manusia (1 Kor. 2:13). (2) Dia menyatakan perasaan. Dia dapat berdukacita karena segala tindakan orang-orang percaya yang penuh dosa (Efesus 4:30 --- suatu pengaruh tidak dapat merasa berdukacita). (3) Dia memiliki kehendak. Dia menggunakan kehendak untuk membagikan karunia-karunia kepada tubuh Kristus (1 Korintus 12:11). Dia juga memimpin seluruh akitivitas orang Kristen (Kisah Para Rasul 16:6-11).

Ketiga, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus menunjukkan dan melakukan tindakan-tindakan dari suatu pribadi. Perhatikanlah pernyataan-pernyataan tentang kepribadian Roh Kudus di bawah ini : Ia dapat menghibur (Kisah Para Rasul 9:31), Ia dapat berbicara (Kisah Para Rasul 13:2), Ia dapat berdoa (Roma 8:26), Ia dapat mengajar (Yohanes 14:26), Ia dapat mengerjakan seperti yang dikehendakiNya (1 Korintus 12:11), Ia dapat melarang (Kisah Para Rasul 16:6), Ia dapat melakukan mujizat-mujizat (Kisah Para Rasul 19:6). Ia memimpin kita ke dalam kebenaran dengan cara mendengar, berbicara, dan menunjukkan (Yohanes 16:13). Dia meyakinkan akan dosa (Yohanes 16:8).

Keempat, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus mengalami perlakukan suatu pribadi. Suatu kuasa atau pengaruh tidak sanggup untuk merasakan hal-hal yang Roh Kudus dapat rasakan. Contohnya, kita diperingatkan untuk tidak "mendukacitakan" Roh Kudus (Efesus 4:30). Ananias dan Safira "mendustai Roh Kudus" (Kisah Para Rasul 5:3,4). Suatu kuasa atau kekuatan tidak dapat didukacitakan. Kita tidak dapat mendukacitakan atau menyakiti kekuatan daya listrik misalnya, hal itu tidak mempengaruhi jika menipu ataupun mencobainya. Suatu wujud kuasa atau kekuatan bukan merupakan satu pribadi yang dapat merasakan hal-hal seperti itu. Tetapi seseorang atau satu pribadi dapat didukacitakan, disakiti, didustai dan dicobai. Berikut ini perlakukan yang dapat dilakukan manusia kepada Roh Kudus yang menujukkan bahwa Roh Kudus adalah suatu pribadi: Ia adalah Oknum yang harus ditaati (Kisah Para Rasul 10:19-21); Dia dapat dibohongi (Kisah Para Rasul 5:3); Dia dapat ditentang (Kisah Para Rasul 7:51); Dia dapat dibuat berdukacita (Efesus. 4:30); Dia dapat dihujat (Matis 12:31); Dia dapat dihina (Ibrani 10:29). Untuk berpikir bahwa suatu pengaruh dapat bertindak dan bereaksi seperti hal-hal di atas adalah tidak benar.

Kelima, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus berhubungan suatu pribadi dengan pribadi-pribadi lainnya. Kemampuan Roh Kudus dalam berelasi dengan pribadi-pribadi lainnya menujukkan bahwa Ia adalah suatu Pribadi. (1) RelasiNya dengan para rasul. Roh Kudus berhubungan dengan para rasul dalam suatu cara yang menunjukkan kepribadian-Nya sendiri yang tidak sama (Kisah Para Rasul 15:28). Dia adalah suatu Pribadi sama seperti mereka adalah pribadi-pribadi juga; nanmun demikian, Dia adalah pribadi yang tidak sama dan dapat dikenali. (2) RelasiNya dengan Yesus. Roh Kudus berhubungan dengan Tuhan Yesus dalam cara sedemikian rupa sehingga jika Tuhan Yesus memiliki kepribadian, maka seseorang harus berkesimpulan bahwa Roh Kudus memiliki kepribadian juga. Namun, Dia tidak sama dengan Kritus (Yohanes 16:14). (3) RelasiNya dengan Pribadi-Pribadi Trinitas lainnya. Roh Kudus berhubungan dengan Pribadi-Pribadi lainnya dalam Trinitas sebagai Pribadi yang sama derajatnya (Matius 28:19; 2 Korintus 13:14).

BUKT-BUKTI ALKITAB BAHWA ROH KUDUS ADALAH ALLAH

Pengakuan akan keilahian Roh Kudus adalah pernyataan Alkitab. Menyangkali Keilahian Roh Kudus berarti penyangkalan terhadap doktrin Trinitas. Berikut ini argumentasi dan bukti-bukti Alkitabiah yang membela Keilahian Roh Kudus.

Pertama, bukti berdasarkan penyataan Alakitab bahwa sebutan Roh Kudus dan Allah atau Tuhan dapat saling dipertukarkan (interchangeable). (1) Apa yang disampaikan Paulus dalam Kisah Para Rasul 28:25-27 itu ia kutip dari Yesaya 6:8-10. Paulus berkata bahwa “firman itu disampaikan oleh Roh Kudus” dengan perantaraan nabi Yesaya, tetapi Yesaya 6:8-10 menyebutkan bahwa itu adalah “suara Tuhan” kepadaNya. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah Tuhan sendiri! (2) Pernyataan dalam Ibrani 3:7-11 jika dibandingkan dengan Mazmur 95:7b-11 dan Keluaran 17:1-7, maka kita menemukan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN. Kata-kata dalam Ibrani 3:7-11 merupakan kata-kata Roh Kudus, maka kata-kata “mencobai Aku” berarti “mencobai Roh Kudus”. Jika kita melihat dalam Mazmur 95:7b-11, yang hampir-hampir identik dengan Ibrani 3:7-11 tadi, maka bisa kita dapatkan dari Mazmur 95:8 bahwa itu adalah peristiwa yang terjadi di Masa dan Meriba (Keluaran 17:1-7). Dalam Keluaran 17:7 dikatakan, "Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba, oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai TUHAN dengan mengatakan: “Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau tidak?". Jadi disini dipakai istilah “mencobai TUHAN”, padahal dalam Ibrani 3:7-11 dikatakan bahwa mereka “mencobai Roh Kudus”. Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah TUHAN! (3) Selanjutnya, Ibrani 10:16-17 merupakan kutipan sebagian dari Yeremia 31:33,34. Dalam Yeremia 31 disebutkan bahwa kata-kata itu diucapkan oleh TUHAN. Perhatikan kata-kata “firman TUHAN” dalam Yeremia 31:31,32c,34b. tetapi dalam Ibrani 10:15-17 disebutkan bahwa itu merupakan “kesaksian / firman Roh Kudus” (Ibrani 10:15b,16b). Ini menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah TUHAN sendiri! (4) Hal yang sama dapat kita lihat dalam Kisah Para Rasul 5:3-9, bahwa Ananias yang “mendustai Roh Kudus" (ayat 3) sama dengan “mendustai Allah” (ayat 4) dan “mencobai Roh Tuhan” (ayat 9). (5) Paulus menyatakan bahwa tubuh orang percaya adalah “bait Allah” dan bahwa “Roh Allah diam di dalam kamu’ (1 Korintus 3:16. Jika tubuh orang percaya adalah bait Allah, maka artinya Allahlah yang tinggal di dalam tubuh kita, tetapi Paulus mengatakan Roh Allah atau Roh Kuduslah yang tinggal di dalam orang percaya. Hal ini menunjukkan bahwa Roh Kudus itu adalah Allah (bandingkan 1 Korintus 6:19).

Kedua, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus memiliki dan menunjukkan sifat-sifat KeilahianNya. Sebagaimana telah disebutkan diatas, Roh Kudus memiliki sifat-sifat yang menunjukkan bahwa dia adalah Pribadi yang sesungguhnya. Tetapi Roh Kudus juga memiliki sifat-sifat yang hanya dimiliki Allah, yang karenanya menunjukkan bahwa Dia adalah Allah. Sifat-sifat itu adalah: Kekal (Ibrani 9:14), Mahatahu (Yesaya 40:13; 1 Korintus 2:12), Mahahadir (Mazmur 139:7), dan Mahakuasa (Ayub 33:4; Mazmur 104:30; Matius 12:28).

Ketiga, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa Roh Kudus menunjukkan dan melakukan tindakan-tindakan yang hanya dilakukan oleh Allah. Perhatikanlah perkerjaan dan tindakan yang dilakukan oleh Roh Kudus berikut ini: (1) Dialah penyebab terjadinya Kelahiran Perawan (Lukas 1:35). (2) Dialah pelaku yang memberikan ilham kepada para Penulis Kitab Suci (2 Petrus 1:21). (3) Dia terlibat dalam penciptaan dunia (Kejadian 1:2). Di sini sama seperti dalam penggunaan kata “Roh Allah” lainnya di dalam Perjanjian Lama, kita mungkin bertanya apakah ayat-ayat tersebut secara jelas menunjuk kepada Pribadi ketiga dari Trinitas ataukah kepada Allah sebagai Roh (sebab Dia adalah Roh). Berdasarkan ayat 2, tidak diragukan bahwa ini menunjuk kepada Roh Kudus.

Keempat, bukti berdasarkan pertimbangan persatuan Roh Kudus dengan Pribadi-pribadi Lainnya dalam Keallahan Membuktikan Bahwa Dia Adalah Allah. (1) Roh Kudus sebagai Yahweh. Perjanjian Baru mengenalkan Roh Kudus sebagai Yahweh dalam Perjanjian Lama, terutama sekali pada kutipan dari suatu bagian Perjanjian Lama yang menyatakan Allah berfirman dan yang sebenarnya dimaksudkan dalam kutipan itu adalah Roh Kudus (bandingkan: Kisah Para Rasul 28:25 dengan Yesaya 1-13 dan Ibrani 10:15-17 dengan Yeremia 31:31-34). Hal tersebut merupakan bukti yang kuat bahwa para Penulis Perjanjian Baru menganggap Roh Kudus adalah Allah. (2) Roh Kudus dan Allah. Menghujat dan berdusta kepada Roh Kudus adalah sama dengan melakukan hal-hal tersebut kepada Allah (Mat. 12:31-32; Kis. 5:3-4). (4) Kedudukan-Nya setara. Roh Kudus selalu disejajarkan kedudukan-Nya dengan Bapa dan Anak (Matius 28:19; 2 Korintus 13:14). Secara khusus, frase Yunani yang tertulis di Matius 28:19 yaitu “baptizontes autous eis to onoma tou patros kai tou uiou kai tou agiou pneumatos” yang diterjemahkan menjadi “baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Anak, dan Roh Kudus”, dimana hal yang menarik adalah bahwa sekalipun di sini disebutkan tiga buah nama yaitu Bapa, Anak, dan Roh Kudus, tetapi kata kata Yunani “eis to onomo” yang diterjemahkan “dalam nama” adalah nominatif singular (bentuk tunggal, bukan bentuk jamak)! Dalam bahasa Inggris diterjemahkan name (bentuk tunggal), bukan names (bentuk jamak). Karena itu ayat ini bukan hanya menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu setara, tetapi juga menunjukkan bahwa ketiga Pribadi itu adalah satu atau esa. Kata “esa” yang digunakan dalam Ulangan 6:4 dalam bahasa Ibraninya adalah “Ekhad” yang menunjuk kepada “satu kesatuan yang mengandung makna kejamakan; dan bukan satu yang mutlak”. Jika yang dimaksud “satu-satunya; atau satu yang mutlak” maka dalam bahasa Ibrani yang digunakan adalah “yakhid”.

Kelima, bukti berdasarkan pertimbangan bahwa sebutan-sebutan yang dikenakan pada Roh Kudus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah . Nama-nama ilahi dari Roh Kudus menyatakan Keallahan-Nya. Enam belas kali Roh Kudus (Pneuma Agion) disebutkan dengan nama dua pribadi lainnya dari Trinitas, yaitu “Roh Yesus/Pneuma Christou” (Kisah Para Rasul 16:7) dan “Roh Allah/Pneuma Theou” (1 Korintus 6:11) . Selanjutnya, Yesus disebut “Pengantara” atau “Parakletos” (1 Yohanes 2:1), dan Roh Kudus disebut “Penolong” atau “Parakletos” yang lain (Yohanes 14:16). Janji Tuhan Yesus untuk mengirin seorang Penolong (Parakletos) “yang lain” disini berarti seorang yang lain dari Pribadi Trinitas. Kata Yunani yang diterjemahkan denhan frase “yang lain” adalah “allos”. Ada dua kata Yunani yang berarti “yang lain”, yaitu “allos” dan “heteros”. Tetapi kedua kata ini ada bedanya. Kata “allos” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang sama; Sedangkan “heteros” menunjuk pada “yang lain” dari jenis yang berbeda. Sebagai contoh, saya mempunyai satu botol minuman sprite. Jika saya mengingin¬kan satu botol sprite “yang lain”, yang sama dengan yang ada pada saya ini, maka saya akan menggunakan kata “allos”. Seandainya saya menghendaki minuman “yang lain”, misalnya fanta, maka saya harus menggunakan “heteros”, bukan “allos”. Jadi pada saat Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong yang lain”, ini menunjukkan bahwa Roh Kudus mempunyai jenis atau kualitas yang sama dengan Yesus.

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas, bersama dengan dengan Millard J. Erickson kita dapat menyimpulkan bahwa pengertian yang tepat mengenai siapa dan apa Roh Kudus itu membawa implikasi-implikasi tertentu, yaitu:

Pertama, Roh Kudus itu Pribadi bukan kekuatan atau energi. Karena itu, kita dapat bersekutu denganNya, kita dapat dan harus memanjatkan doa kepadaNya.

Kedua, Roh Kudus yang sepenuhnya bersifat Ilahi harus diberi kehormatan dan ketaatan yang sama yang kita berikan kepada Bapa dan Anak, Dia layak disembah. Roh Kudus jangan dipandang sebagai hakikat yang lebih rendah dari Bapa dan Anak, meskipun perananNya kadang-kadang berbeda dari Bapa dan Anak.

Ketiga, Roh Kudus itu satu dengan Bapa dan Anak. KaryaNya merupakan ungkapan rencana KetigaNya. Diantara Pribadi dan kegiatan Mereka tidak terdapat pertentangan dan ketegangan.

Keempat, Allah bukanlah Allah yang jauh. Di dalam Roh Kudus, Allah Tritunggal menghampiri kita begitu dekat bahkan sampai masuk ke dalam masing-masing orang percaya. Melalui Roh Kudus, Dia benar-benar menjadi “Imanuel” yaitu “Allah menyertai kita”.
 
Referensi:
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, Jilid 1. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI: Jakarta
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya: Bandung.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 2 & 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
Gutrie, Donald., 1991 New Testamant Theology, Jilid 1, diterjemahkan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta. Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth: A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK: Jakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Morris, Leon., 2006. New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid 1 dan 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Ridderbos, Herman., 2004. Paul: An Outline of His Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth: A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK: Jakarta.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. Jilid 1 dan 2, Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.

* Pdt. Samuel T. Gunawan adalah seorang Protestan-Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya.