Apakah Kepercayaan Kristen Itu Rasional?

Oleh: Samuel Teresia Gunawan, M.Th

PROLOG

Para kritikus selama berabad-abad khusus pada masa pencerahan dan pasca  pencerahan2  telah menganggap Kekristenan sebagai agama yang tidak masuk akal (irasional). Hal ini dikaitkan dengan kepercayaan Kristen terhadap Trinitas, pribadi Kristus (Allah-Manusia), kelahiran Kristus dari seorang perawan, dan kepercayaan pada Alkitab yang dianggap banyak mengandung kesalahan dan kontras.

Tuduhan yang ditujukan pada Kekristenan lebih keras lagi dengan menganggap bahwa Kekristenan itu anti rasionalitas.  Benarkah demikian, bahwa kepercayaan Kristen itu tidak masuk akal bahkan anti rasionalitas ? Lalu, bagaimana sikap orang Kristen menanggapi tuduhan tersebut ?



Selama berabad-abad itu juga orang Kristen terus melakukan pembelaan dalam upaya mempertanggungjawabkan iman mereka sebagaimana yang dikatakan dalam 1 Petrus 3:15-16 “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu”.  Kata “mempertanggungjawabkan iman”  dalam ayat ini  adalah “apologia” yang  berarti “pembelaan dengan cara yang rasional”. 3

Kritik yang menyerang kepercayaan Kristen yang mengatakan bahwa iman Kristen itu bertentangan atau anti rasionalitas itu justru sebenarnya tidaklah masuk akal.4 Iman Kristen bukanlah “lompatan di dalam kegelapan” melainkan didukung oleh bukti-bukti dan dapat dipertanggung jawabkan.

IMAN KRISTEN, RASIONALITAS DAN HUKUM LOGIKA

Ketika kita mempertimbangkan kepercayaan yang masuk akal  kita perlu mengingat bahwa kecerdasan manusia yang terbatas itu tidak dapat sepenuhnya memahami kebenaran ilahi yang tidak terbatas. Tetapi, kenyataan bahwa segala sesuatu itu tidak dapat dimengerti sepenuhnya bukan berarti  bahwa sesuatu itu tidak masuk akal. Pertimbangkan tiga hal berikut:

1. Kapasitas berpikir kita merupakan bagian dari gambar Allah di dalam diri kita. Rasionalitas manusia menggambarkan rasionalitas Pencipta. Penggunaan pikiran atau akal budi kita merupakan tindakan yang memuliakan Allah.

2. Iman Kristen bukanlah tidak masuk akal. Tidak satu pun yang irasional dari kepercayaan yang diwariskan kepada kita. Iman selalu melibatkan unsur-unsur pengetahuan (fakta-fakta), ketaatan (kebenaran) dan tindakan kehendak (percaya). Kita mendengar, memproses, dan merespon Tuhan (firman) dengan menggunakan pikiran kita. Iman dan akan budi tidak bertentangan tetapi saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

3. Kepercayaan Kristen itu sangat masuk akal berbeda dengan kepercayaan dan agama-agama  lainnya di dunia ini. Iman Kristen bersedia untuk diuji  secara rasional baik fakta-faktanya maupun keakuaratannya.

Dengan demikian, seseorang yang menjadi Kristen tidak berarti ia menjadi tidak logis. Sebagai orang Kristen justru kita seharusnya logis dalam pemikiran, menaruh perhatian dengan berpegang pada kebenaran yang sungguh-sungguh dan bukan yang salah, terutama mengenai Tuhan dan apa yang dikatakanNya di dalam Alkitab.5 Kecerobohan yang disebabkan oleh suatu pemikiran yang tidak logis tidaklah merefleksikan kerohanian, tetapi merupakan sesuatu yang bertentantangan dengan kerohanian itu. Justru orang-orang Kristen yang irasional dan tidak logis menyatakan kurangnya rasa kasih kepada Allah, dasar dari segala pemikiran dan kelogisan.6

Pilar-pilar yang mendasar untuk pemikiran, pencarian kebenaran, dan pengumpulan pengetahuan ialah hukum-hukum logika. Ini adalah bagian dari akal sehat yang diberikan oleh Tuhan. Hukum-hukum logika mengatur tentang bagaimana kita berpikir. Hukum logika adalah alat yang membantu bagaimana berpikir logis. Melalui hukum logika akan dapat diketahui apakah sesuatu itu kontradiksi atau tidak, absah atau tidak absah. Berikut ini tiga hukum logika yang saling berkaitan satu dengan lainnya.

1. Hukum non kontradiksi (A bukanlah Non A) yaitu hukum yang menyatakan bahwa dua pernyataan yang kontradiktif tidak mungkin benar kedua-duanya pada saat yang sama dan pengertian yang sama. Contoh: Ayam A bukanlah non Ayam A atau saya sedang membaca koran bukan membaca yang lain pada waktu bersamaan

2. Hukum identitas (A adalah A) yaitu hukum yang menyatakan bahwa sesuatu adalah dirinya dan bukan yang lain pada saat yang sama. Contoh: Saya adalah saya bukan yang lain.

3. Hukum excluded middle (A atau Non A) yaitu hukum yang menyatakan sesuatu itu adalah dirinya sendiri ATAU bukan dirinya sendiri pada saat yang sama dan dalam arti yang sama. 7

MENJAWAB PARA KRITIKUS

Sebagaimana telah disebutkan di atas, Kekristenan dituduh irasional saat dikaitkan dengan kepercayaan terhadap Trinitas, pribadi Kristus (Allah-Manusia),  kelahiran Kristus dari seorang perawan, dan kepercayaan pada Alkitab yang dianggap banyak mengandung kesalahan dan kontras. Berikut ini ringkasan saya mengenai jawaban Kristen terhadap tuduhan-tuduhan tersebut.

1. Trinitas

Tentang TRINITAS kekristenan telah dituduh mempercayai SATU Allah dan pada waktu bersamaan mempercayai TIGA ALLAH. Ini impossible kata para kritikus.

Jawaban: Orang Kristen memberi pembelaan bahwa “mereka hanya percaya satu Allah (esensi/hakikat) yang menyatakan diri dalam tiga pribadi (substansi/oknum/persona). Ini disebut dengan Trinitas yang berasal dari kata three dan unity. 8 Ini bukannya tidak masuk akal (irasional) tetapi masuk akal walaupun melampaui akal.

Jadi secara logis kita menggambarkan bahwa “Allah adalah satu dalam A (esensi) dan tiga dalam B (pribadi). Ini bukan kontradiksi. Suatu kontradiksi akan muncul jika kita mengatakan bahwa “Allah adalah satu dalam esensi (A) dan tiga dalam esensi (Non A) atau tiga pribadi (B) dan satu pribadi (non B)” pada saat yang sama dan dalam pengertian yang sama.

Ajaran tentang Trinitas ini begitu jelas diungkapkan di dalam Alkitab dan begitu penting bagi kehidupan Kristen, tetapi mengapa begitu sulit dipahami? Harus diakui, tidak ada penjelasan yang dapat secara tuntas menjelaskan tentang Trinitas, bagaimana pun akan ada hal-hal yang tetap menjadi misteri, tetapi bukannya tidak masuk akal. Sebab bagaimana mungkin Tuhan yang tidak terbatas dapat dipahami dan dikenali secara tuntas olah manusia ciptaan yang terbatas? C.S. Lewis menggambarkan pergumulan kita untuk memahami sifat Tuhan seperti suatu mahluk yang terbatas pada dua dimensi, tetapi berusaha mengerti dunia tiga dimensi. 9

2. Pribadi Kristus

Tentang PRIBADI KRISTUS, kekristenan dituduh membuat cerita imajinasi dengan mempercayai bahwa Kristus adalah Allah. Bagaimana mungkin Kristus yang dilahirkan sebagai manusia dan  Ia adalah Allah pada waktu yang bersamaan. Ini tidak masuk akal, nonsen, dan irasional kata para kritikus tersebut.

Jawaban: Terhadap tuduhan ini orang Kristen menjawab “bahwa Kristus adalah Allah yang mengambil rupa manusia (inkarnasi), dalam kemanusiaannya Ia tidak pernah berhenti menjadi Allah atau kehilangan hakNya sebagai Allah atau berkurang sifat-sifatNya sebagai Allah, tetapi kepadaNya ditambahkan sifat kemanusiaan, yang mana Ia dengan rela membatasi diriNya menggunakan atribut keAllahanNya ketika menjadi manusia”. Kesatuan Allah-Manusia ini dalam bahasa teologi disebut HIPOSTATIS yaitu “Kristus SATU PRIBADI yang mempunyai DUA NATUR (sifat) yaitu Allah-Manusia”. Ini tidak bertentangan dengan hukum logika.

Inkarnasi Kristus sekilas kelihatannya kontradiksi, tetapi bila dicermati dengan teliti tidaklah demikian. Perhatikan formula ini “Kristus adalah satu pribadi (A) tetapi dua dalam natur (B). Gereja Kristen tidak mengatakan bahwa Kristus adalah Allah (A) dan bukan Allah (non A).  atau Kristus adalah manusia (B) dan bukan manusia (Non B). Kristus adalah A dan B  dengan semua atribut yang terkena di dalamnya. 10

Alkitab mengajarkan bahwa Juruselamat yang memadai sebagai PENGANTARA manusia dengan Allah adalah Pribadi Yesus Kristus. Karena Kristus adalah manusia sempurna dan Ia adalah Allah. Ini penting karena “Juruselamat haruslah manusia supaya Ia bisa mati bagi dosa-dosa kita; dan Juruslamat haruslah Allah supaya Ia bisa bangkit dan hidup dari kematian bagi pembenaran kita”. Sebab jika Juruselamat itu hanya memiliki natur manusia maka ia akan mati dan tidak bangkit lagi.

3. Kelahiran Juruselamat Melalui Perawan

Tentang Juruselamat yang lahir dari seorang perawan Kekristenan juga dianggap tidak masuk akal. Bagaimana tanggapan Kristen terhadap tuduhan ini ?

Jawaban: Sejarah mencatat kelahiran yang tidak lazim. Misalnya ditahun 1961 wanita berusia 54 tahun di Birma melahirkan bayi seberat kurang lebih 3 pon yang sudah mengapur setelah dikandung selama 25 tahun. Sejarah juga mencatat seorang wanita bernama Lesley Brown pada tanggal 25 Juli 1978 melahirkan “bayi tabung” pertama di Inggris. Pembuahan dilakukan diluar rahim sang ibu. Saat ini soal “pinjam rahim” untuk melahirkan anak sudah bisa dilakukan dengan bantuan medis dan teknologi.

Kelahiran Kristus berbeda dari kelahiran lainnya. 700 tahun sebelum kelahiranNya nabi Yesaya telah meramalkannya (Yesaya 7:14). Ia akan dilahirkan dari seorang perawan. Matius menjelaskan bahwa yang bertanggung jawab dalam kehamilan Maria ini adalah Roh Kudus bukan Yusuf (Matius 1:18). Lukas dalam Injil Lukas merincikan peristiwa luar biasa ini adalah karya Roh Kudus dan kuasa Allah (mujizat) yang turun atas Maria yang mendapat kasih karunia. Wajarlah Maria terkejut mendengar kabar tersebut dengan bertanya “bagaimana mungkin hal itu terjadi, sedangkan aku belum bersuami” (Lukas 1:34). Yesaya menggunakan kata Ibrani ??????? ('almah) yang berarti perawan (bukan sekedar perempuan muda. Jika yang dimaksud perempuan muda yang menikah atau belum menikah maka kata yang biasa digunakan dalam budaya Yahudi adalah ????????? (bethulah). Matius mengutip Yesaya dengan menggunakan kata Yunani ????????? (parthenos) untuk menerjemahkan kata almah yang berarti perawan.

Kelahiran dari perawan  bukannya tidak masuk akal ini adalah suatu mujizat yaitu karya Allah yang melampaui akal.11  Empat teori penciptaan ini perlu diperhatikan: yaitu: (1) Allah menciptakan Adam tanpa menggunakan laki-laki dan perempuan; (2) Allah menciptakan Hawa hanya menggunakan laki-laki tanpa perempuan; (3) Allah menciptakan saya dan saudara melalui proses alamiah dengan menggunakan ayah dan ibu kita masing-masing. Sampai disini, Allah menggunakan 3 (tiga) teori penciptaan. Tinggal 1 (satu) teori lagi yang belum ia gunakan, yaitu: (4) Allah mencipta (inkarnasi) Yesus Kristus, tanpa laki-laki tapi hanya menggunakan perempuan saja. Setelah keempat teori ini, pada prinsipnya tidak ada lagi teori penciptaan yang muncul. Ini melampaui akal tetapi tidak melanggar hukum logika. Ini dimungkinkan karena mujizat dari Sang Pencipta yaitu Tuhan.12

Kelahiran perawan ini penting sebab: Pertama, untuk menunjukkan keunikan juruselamat itu yang berbeda dari manusia lainnya. Kedua, untuk menunjukkan ketidakberdosaanNya. Seandaikan Kristus dilahirkan dari pembuahan yang wajar, maka Ia akan mewarisi sifat berdosa yang ditularkan melalui proses kelahiran yang menggerakan semua orang berbuat dosa.  Ketiga, Untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Anak Allah tanpa cacat, sepenuhnya murni, tanpa dosa sebagai korban bagi pendamaian dan penebus dosa manusia. Hanya korban ini yang bisa diterima secara sempurna oleh Allah.

4. Alkitab

Tuduhan dari mereka yang menganggap bahwa Alkitab mengandung kesalahan (error) dan pertentangan (contradiction), sehingga orang Kristen dituduh mempercayai Kitab yang kontradiksi (suatu kepercayaan yang tidak masuk akal), maka orang Kristen telah melakukan pembelaan bahwa apa yang dituduhkan itu TIDAK BENAR.

Jawaban: Apa yang dianggap kesalahan dan kontradiksi sebenarnya adalah kesulitan, misteri dan paradoksi. Kontradiksi itu tidak dapat dijelaskan dan melanggar hukum logika, tetapi kesulitan, misteri dan paradoksi itu tidak melanggar hukum logika. Kesulitan bisa dicari solusinya. Misteri adalah hal-hal yang belum ditemukan jawabannya tetapi suatu saat pada masa yang akan datang akan disingkapkan dan ditemukan jawabannya. Sedang paradoksi bukanlah kontradiksi. Kontradiksi tidak dapat dijelaskan, sedangkan paradoksi dapat dijelaskan. Paradoksi sepertinya bertentangan tetapi bila dicermati maka akan ditemukan penjelasannya.

Sebagai contoh tentang kematian Yudas. Injil Matius 27:5 menyebutkan bahwa kematian Yudas itu disebabkan karena ia gantung diri; Sedangkan Lukas dalam Kisah Para Rasul 1:18 menulis bahwa kematian Yudas disebabkan karena ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan semua isi perutnya terrumpah keluar”. Para kristikus menuduh mana yang benar, dan menyatakan bahwa ini kontradiksi. Kekristenan menjawab bahwa ini adalah paradoksi yang bisa dijelaskan yaitu “bahwa kedua laporan penulis Kitab itu benar”. Yudas memang gantung diri, kemudian oleh sesuatu hal talinya putus, ia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah dan isi perutnya semuanya keluar.13 Tetapi masalah dalam kisah kematian Yudas ini belum selesai, sebab dalam Matius 27:6-7 disebutkan bahwa para imam yang membeli tanah hakal dama itu; sedangkan menurut Kisah Para Rasul 1:18 menyebutkan bahwa Yudas yang membeli tanah tersebut. Dari kedua laporan tersebut, mana yang benar ? sekali lagi Alkitab oleh para kritikus dituduh kontradiksi. Sebenarnya TIDAK kontradiksi tetapi sekali hanya paradoksi yang bisa dijelaskan. Jadi kedua laporan itu benar adanya, yaitu bahwa para imam membeli tanah tersebut atas nama Yudas (sertifikat hak milik Yudas).

Jadi, jelas bahwa kontradiksi tidak bisa dijelaskan karena melanggar hukum logika, tetapi paradoksi bisa dijelaskan dan tidak melanggar hukum logika. Alkitab, tidak mengandung kesalahan dan kontradiksi; tetapi memang ada misteri dan paradoksi yang membutuhkan penyelidikan serta penjelasan lebih lanjut.

Apa yang dijelaskan diatas hanya satu dari banyaknya kesulitan-kesulitan dalam Alkitab yang telah dianggap (dituduh) sebagai kontradiksi oleh para kritikus.

EPILOG

Kekristenan adalah kepercayaan yang rasional dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal-hal yang dianggap sebagai kesalahan (error) dan kontradiksi dalam kepercayaan Kristen sebenarnya hanyalah kesulitan (difficulty), misteri dan paradoksi yang membutuhkan penyelidikan dan penjelasan lebih lanjut. Sedangkan hal-hal yang dianggap tidak masuk akal sebenarnya adalah melampaui akal. Ini tidak bertentangan dengan hukum logika tetapi ini mujizat dan supranatural.

1. Pertanyaan untuk evaluasi dan refleksi:
a) Setelah mendengarkan artikel ini bagaimana saudara melihat diri sendiri sekarang? Apakah saudara dapat memberikan pertanggungan jawab iman yang saudara percayai kepada setiap orang dalam segala waktu dan keadaan?
b) Apakah yang menjadi penghalang utama bagi saudara dalam memberikan penjelasan mengenai apa yang Saudara percayai dan mengapa Saudara percaya? 14

2. Saran-saran praktis
a) Bacalah Kitab Suci secara menyeluruh. Apabila Saudara belum pernah membaca Kitab Suci secara menyeluruh dan lengkap, mulailah sekarang melakukannya. Berdasarkan pertimbangan dan prioritas, pilihlah waktu yang terbaik untuk membaca dan mempelajari Alkitab secara teratur.
b) Bersikaplah kritis. Saudara perlu bersikap kritis jika saudara benar-benar ingin memahami apa dan siapa yang saudara percayai dan hidup berdasarkan pemahaman itu. Apabila ada yang tidak Saudara ketahui atau tidak jelas dari pembacaan Alkitab itu, berusahalah mencari tahu jawabannya.
c) Perhatikan lima prinsip umum berikut:
o Pelajari Alkitab secara sistematis. Dalam mempelajari Alkitab yang diperlukan adalah studi yang sistematis, teratur dan terencana menurut pola tertentu. 
o Buatlah pertanyaan yang tepat. Kunci utama untuk mempelajari Alkitab adalah tahu bagaimana mengajukan pertanyaan yang tepat. Semakin banyak pertanyaan yang diajukan tentang bagian atau ayat yang dipelajari, semakin banyak yang akan diketahui dan dimengerti.
o Persiapkan alat-alat bantu, seperti : buku catatan pribadi, konkordansi, kamus Alkitab, kamus Bahasa, ensiklopedi, tafsiran Alkitab, atlas Alkitab, dan lain-lain.
o Buatlah catatan. Mencatat hasil dari studi merupakan hal yang penting, sebab dengan mencatat akan membantu kita untuk mengingat, memikirkan dan merenungkan hasil studi kita.
o Renungkanlah Firman. Tujuan akhir mempelajari Alkitab adalah penerapan, karena Alkitab diberikan bukan untuk memperluas pengetahuan semata-mata, tetapi untuk mengubah hidup kita, mengubah karakter kita menjadi serupa dengan Kristus.
d) Bergantunglah pada Roh Kudus. Diperlukan sikap yang sadar untuk bergantung kepada Roh Kudus yang dinyatakan dalam kerendahan hati, pikiran dan keinginan dalam mempelajari  apa yang telah diajarkan oleh Roh kepada orang lain di sepanjang sejarah.
e) Muliakanlah Tuhan senantiasa. Mengetahui isi Alkitab dengan tepat dan jelas, seharusnya merupakan suatu pengalaman yang mengubah, meyakinkan, memperluas pengetahuan dan pada akhirnya membawa pada penghormatan yang dalam bagi Allah.

CATATAN TAMBAHAN

1. Penulis adalah teolog Protestan-Kharismatik,  Pendeta di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya. Mendapatkan gelar S.E dari UNPAR; S.Th Christian Education,  M.Th Christian Leadership (2007) dan M.Th Theology Systematic (2009) dari STT-ITC Trinity. Setelah mempelajari Alkitab selama ± 15 tahun  menyimpulkan tiga keyakinannya terhadap Alkitab yaitu : 1) Alkitab berasal dari Allah. Ini mengkonfirmasikan kembali bahwa Alkitab adalah wahyu Allah yang tanpa kesalahan dan Alkitab diinspirasikan Allah; 2) Alkitab dapat dimengerti dan dapat dipahami oleh pikiran manusia dengan cara yang rasional melalui iluminasi Roh Kudus; dan  3) Alkitab dapat dijelaskan dengan cara yang teratur dan sistematis.
2. Dalam sejarah Kekristenan, Rasionalisme yang dimulai awal abad ke 18 muncul sebagai reaksi terhadap gerakan pietisme. Rasionalisme ini  telah membuka jalan bagi era modern untuk lahirnya Liberalisme yang menentang otoritas dan kredeibilitas Alkitab. Pandangan liberalisme secara umum diringkaskan sebagai berikut: 1) Hal-hal yang tidak dapat diterima oleh rasio harus ditolak; 2) Inspirasi Alkitab didefinisikan ulang, yaitu merupakan tulisan hasil pengalaman religius manusia; 3). Supranatural diartikan sebagai alam pikiran abstrak manusia; 4) Sesuai dengan pikiran evolusi, maka Alkitab adalah tulisan primitif kalau dibandingkan dengan pikiran teologis modern; 5) Menjunjung tinggi nilai etika, tapi menolak tafsiran teologinya; dan 6) Alkitab harus ditafsirkan secara historis, sebagai konsep teologis dari penulis Alkitab sendiri.
3. Istilah “apologetika” berasal dari bahasa Yunani apologia, yang berarti “pembelaan”. Salah satu contoh paling terkenal dari penggunaan kata ini dalam literatur Yunani adalah pembelaan (apologia) Socrates di depan pengadilan Athena. Kata apologia juga dipakai dalam Alkitab sebanyak 8 kali (Kisah Para Rasul. 22:1; 25:16; 1 Korintus 9:3; 2 Korintus 7:11; Filipi. 1:7, 16; 2 Timotius 4:16; 1 Petrus 3:15), sedangkan kata kerja  apologeomai (membela) muncul sebanyak 10 kali (Lukas 12:11; 21:14; Kisah Para Rasul 19:33; 24:10; 25:8; 26:1, 2, 24; Roma. 2:15; 2 Korintus 12:19).
4. Disini saya menggunakan kata kepercayaan Kristen dan iman Kristen dalam pengertian yang sama. Iman (keyakinan, kesetiaan) adalah kata benda, kata ini dipakai dalam Perjanjian Baru merupakan terjemahan dari kata Yunani p?st?? (pistis). Sedangkan percaya (yakin, setia) adalah kata kerja, terjemahan dari kata p?ste??  (pisteuô). Kata pistis (iman) dan pisteuô (percaya) berasal dari kata Yunani pei?? (peitô, verb, to trust, have confidence, be confident, to obey, percaya, yakin, setia, tunduk).
5. Ada pengajar di dalam Kekristenan yang mengajarkan bahwa iman bertentangan dengan logika. Hal ini kontras dengan pernyataan Kitab Suci, karena kita diperintahkan untuk mengasihi Tuhan dengan akal budi (rasionalitas) kita. Matius 22:37 mencatat,  Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu”.
6. Berikut ini contoh dari kecerobohan pemikiran yang tidak logis. Saya pernah mendengar pengajaran tentang orang Kristen duniawi yang menjadi mangsa Iblis  dengan mengutip dua bagian ayat dari kitab Kejadian. Dua ayat yang dimaksud adalah : Kejadian 3:14 yang berbunyi : “Lalu berfirmanlah TUHAN  Allah kepada ular itu : “karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kau makan seumur hidupmu.” Dan Kejadian 2:7 yang berbunyi : “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjai mahluk yang hidup.” Berdasarkan kedua ayat tersebut dengan semberono pengajar tersebut menafsirkan demikian “Ular adalah Iblis yang makanannya adalah debu tanah, dimana debu tanah itu adalah manusia”. Disadari atau tidak, implikasi dari kesimpulan demikian telah menyalahkan Tuhan, bahwa Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi mangsa Iblis. Seharusnya pengajar itu mempertimbangkan bahwa  1). Ular yang dimaksud adalah ular sebenarnya karena tertulis frase “terkutuklah engkau (ular dan bukan Iblis) di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan”. Ular (Ibrani, ??? - nakasy atau nakash, Yunani ?f?? – ophis)  termasuk reptil ia berkepala, bertubuh dan berekor, tapi tidak punya anggota tubuh. Ular menjalar di atas tanah dengan menggunakan perutnya. Karena lidahnya menjulur bergerak-gerak keluar masuk, maka sering dikatakan ular menjilat atau memakan debu (Kejadian 3:14; bandingkan Yesaya 65:25; Mikha 7:17; dan terutama Amsal 30:19). Ular ini berbeda dari Iblis karena iblis bukanlah binatang, tetapi mahluk roh yang pada saat itu merasuki si ular. 2). Kutuk yang dijatuhkan Allah atas ular terjadi sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, jadi tidak pernah dan tidak mungkin Allah membuat manusia dari debu tanah hanya untuk dimangsa oleh ular. Memang benar bahwa sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa Iblis mempengaruhi, menguasai atau memperbudak manusia, tetapi adalah benar juga mengatakan bahwa tafsiran “Ular adalah Iblis yang makanannya adalah debu tanah, dimana debu tanah itu adalah manusia”  dengan mengutip kedua ayat di atas adalah tafsiran yang  jelas-jelas salah. Karena yang Musa maksudkan selaku penulis Kitab Kejadian tidaklah demikian. Umumnya salah tafsir  demikian disebabkan oleh: 1) Mengambil ayat lepas dari konteksnya. 2) Mencari-cari arti rohani dalam setiap ayat. 3) Tidak memahami prinsip-prinsip hermenutika. dan 4) Kesalahan dalam melakukan eksegese.
7. Selanjutnya, ketiga hukum logika tersebut akan diterapkan dalam menjelaskan bahwa iman Kristen itu rasional dan dapat dipertanggung jawabkan.
8. Ketika mendiskusikan Trinitas, kita perlu ingat bahwa kata “Trinitas” (atau Tritunggal) tidak digunakan dalam Alkitab. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Haruslah dimengerti bahwa ini TIDAK berarti ada tiga Allah. Tritunggal berarti satu Allah yang terdiri dari tiga Pribadi. Walaupun istilah Trinitas tidak ditemukan dalam Alkitab, namun tidak ada salahnya menggunakan istilah tersebut. Lebih mudah mengucapkan kata “Trinitas” daripada mengatakan “Allah yang Esa yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan.” Jikalau ada yang keberatan dengan istilah ini, cobalah pertimbangkan yang berikut ini: kata “kakek” juga tidak ada dalam Alkitab walaupun kita tahu bahwa dalam Alkitab ada banyak kakek. Abraham adalah kakek dari Yakub. Jadi jangan kandas pada istilah “Trinitas” itu sendiri. Apa yang penting adalah bahwa konsep yang diwakili oleh kata “Trinitas” ada dalam Alkitab.
9. Baca, C.S. Lewis dalam Mere Christianity. (lihat daftar referensi).
10. Contoh ilustrasi: telur-telur ayam yang kehilangan induknya dapat dieramkan oleh induk bebek. Hal ini tidak menghilangkan identitasnya sebagai ayam karena ia telah dieramkan oleh induk bebek tersebut. Ia tetap ayam walaupun dierami oleh bebek.
11. Sebagai seorang nonsessasionisme yang percaya bahwa Allah masih melakukan mujizat hingga kini, saya mengikuti Wayne Grudem dalam mendefiniskan mujizat. Mujizat dapat didefinisikan sebagai ”suatu aktivitas Allah yang kurang lazim (tidak umum) dimana Ia membangkitkan rasa terpesona dan ketakjuban manusia dan memberikan kesaksian tentang diriNya sendiri.” (catatan: Definisi ini berbeda dari definisi kebanyakan teolog reformed). Bila memperhatikan terminologi Alkitabiah untuk kata mujizat  seringkali menunjukkan kepada gagasan mengenai pekerjaan kuasa Allah yang membangkitkan kekaguman dan keterpesonaan manusia. 1) Kata Ibrani ”ot” dan Yunani ”semeion” umumnya diterjemahkan dengan kata ”tanda”. Artinya sesuatu yang menunjuk kepada atau mengindikasikan sesuatu yang lain, terutama mengacu kepada mujizat, yang menujukkan adanya aktivitas dan kuasa Allah. 2) Kata Ibrani ”mopet” dan Yunani ”teras” diterjemahkan dengan kata ”keajaiban” yaitu suatu peristiwa yang menyebabkan orang kagum atau heran. 3) Kata Ibrani ”gaburah” dan Yunani ”dunamis” diterjemahakan dengan mujizat atau pekerjaan yang berkuasa, artinya suatu tindakan yang memperlihatkan kuasa besar,  terutama kuasa ilahi (mengacu pada mujizat).
12. Tuhan yang Mahakuasa adalah pencipta, Ia menciptakan langit, bumi dan segala isinya. Tuhan yang sanggup menciptkan dunia ini, Ia juga Tuhan yang sanggup mengutus AnakNya ke dalam dunia melalui cara dilahirkan oleh anak dara (perawan).
13. Beberapa teolog, menyebutkan bahwa tali yang dipakai Yudas gantung diri sengaja diputuskan/ditebas tanpa menyentuh tubuh Yudas, sebab menyentuh mayat merupakan hal najis pada masa itu.
14. Pengetahuan tentang apa yang kita percayai bersumber pada pemahaman terhadap doktrin-doktrin dalam Kitab Suci (teologi). Sedangkan kemampuan untuk memberi penjelasan mengapa kita mempercayai disebut apologia.
 
REFERENSI UNTUK STUDI LEBIH LANJUT

Daftar berikut ini adalah buku terpilih oleh penulis dengan pertimbangan bahwa buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kecuali buku Wayne Grudem, Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Berdasarkan pertimbangan diatas tidaklah sulit untuk mendapatkan buku-buku tersebut di toko buku Kristen atau penerbit buku. Selanjutnya, di dalam buku-buku tersebut terdapat referensi lanjutan sesuai dengan rujukan para penulis buku tersebut. Tanda astrik (*) dianjurkan untuk bacaan awal, selanjutnya tanda astrik (** dan ***) dianjurkan sebagai bacaan lebih lanjut.

Daftar Referensi untuk Teologi Sistematika:
Arrington, French L., 2004. Christian Doctrine A Pentacostal Perspective, 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Departemen Media BPS GBI : Jakarta.**
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. 6 Jilid, Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.***
Brill, J. Wesley., 1993. Dasar Yang Teguh. Penerbit Yayasan Kalam Hidup : Bandung. *
Boice, James M.,  2011. Fondations Of The Christian Faith: A Comprehensive And Readable Theology. Terjemahan, Penerbit  Momentum : Jakarta.***
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang. *
Cornish, Rick.,  2007. Five Minute Theologian. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.*
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.**
Enns, Paul., 2000. Approaching God, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit Interaksara : Batam. *
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.***
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.***
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth : A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK : Jakarta.**
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology.   2 Jilid, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.***
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang. **
Tabb, Mark, ed., 2011. Theology. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.*
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.**

Daftar Referensi untuk Apologetika:
Akers N. Jhon, J.H. Amstrong & J.D. Woodbrige, ed.,  2002. This We Believe Terjemahan, Penerbit  Gospel Press : Batam.*
Archer, Gleason, L., 2009. Encyclopedia Of Bible Difficulties. Terjemahan, Penebit Gandum Mas : Malang.***
Cornish, Rick.,  2007. Five Minute Apologist. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.**
Daun, Paulus., 1994. Bidat-Bidat Kristen dari Masa ke Masa. Yayasan Daun Family : Manado**
Frame, John M., 2010. Apologetics To The Glory Of God: An Introduction. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.***
Geisler, Norman & David Geisler., 2010. Conversational Evangelism. Terjemahan, Yayasan Gloria: Yogyakarta.**
Grudem, Wayne., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta. *
Kennedy, D. James., 2000. Why I Believe. Terjemahan, Penerbit Interaksara : Batam.*
Lewis, C.S.,  2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.*
Matindas, B.E.,  2010. Meruntuhkan Benteng Ateisme Modern, Penerbit  Andi Offset: Yogyakarta.**
Sproul, R.C., 2008. Defending Your Faith: An Introduction To Apologetics. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.***
Strobel, Lee.,  2002. The Case For Christ. Terjemahan, Penerbit  Gospel Press : Batam.**
Strobel, Lee.,  2006. The Case For Creator Terjemahan, Penerbit  Gospel Press : Batam. **
Strobel, Lee.,  2005. The Case For Faith. Terjemahkan, Penerbit  Gospel Press : Batam.
Tabb, Mark, ed., 2011. Worldview. Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.**
Williamson, G.I., 2012. Westminster Confession Of Faith. Terjemahan, Penerbit  Momentum : Jakarta.***
Zacharias, Ravi.,  2006. Jesus Among Other Gods. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.*
_____________, ed., 2006. Who Made God?  Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.*

Daftar Referensi untuk sejarah Gereja:
Cornish, Rick., 2007. Five Minute Church Historian. Terjemahan, Penerbit  Pionir Jaya : Bandung.*
End, Th. Van den., 2007. Harta Dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.**
Hughes, Robert Don., 2011. History, Terjemahan, Penerbit Yayasan Gloria : Yogyakarta.*
Urban, Linwood.,  2006. Sejarah Ringkas Pemikiran Kristen. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.***
Wongso, Peter., 1992. Sejarah Gereja. Seminari Alkitab Asia Tenggara : Malang*